Chapter 8

658 112 0
                                    

POV DIANA

Setelah kepergian Lucas, Claude datang menghampiri kami. Tadi dia sempat pergi untuk bertemu utusan kerajaan lain.

"Kenapa kau sendirian di sini? Di mana penyihir itu? Bukankah tadi aku menyuruhnya untuk menjagamu?" tanyanya secara beruntun.

"Aku menyuruhnya kembali ke kamar karena dia tampaknya lelah," jawabku.

"Seharusnya dia tetap di sini menjaga kalian berdua selama aku pergi tadi," keluh Claude.

"Tak apa, Claude. Di sini ramai jadi tidak mungkin ada yang berbuat jahat. Lagi pula tidak mungkin ada orang yang berani mencelakai permaisuri dan putri di tempat ramai seperti ini," balasku.

"Baiklah, tapi tetap waspada!" peringat Claude.

Aku mengangguk patuh.

Claude mengambil Athanasia dari pangkuanku dan menggendongnya. "Halo, putri ayah."

Athanasia tersenyum senang saat melihat Claude. Dia terus tertawa dan bermain-main dengan ayahnya itu.

"Apakah kau senang karena banyak orang di sini?" tanya Claude disertai kekehan karena melihat putrinya itu.

Athanasia menganggukkan kepalanya.

"Apa kau mau dibuatkan pesta lagi lain kali?" tanya Claude lagi.

Athanasia pun mengangguk lagi.

"Baiklah, nanti akan ayah buatkan pesta lagi untukmu," ucap Claude.

Athanasia yang seakan mengerti hal tersebut pun tertawa kegirangan.

"Saat Athanasia sudah ada teman nanti, undanglah mereka ke istana ya," kataku pada Athanasia.

"Tidak, Athanasia tidak butuh teman. Dia sudah punya aku," sambar Claude.

Keningku mengkerut. "Apa yang kau katakan, Claude? Tentu saja dia butuh teman sebayanya."

"Benar, yang mulia. Tuan putri harus mempunyai teman seusianya nanti," timpal Felix.

"Felix, mundur sepuluh langkah!" perintah Claude.

Ksatria itu menuruti perintah Claude dengan patuh.

"Kenapa kau menyuruh Felix untuk menjauh? Bukankah kau menugaskannya untuk menjagaku?" tanyaku.

"Dia terlalu mengganggu. Lagi pula dia bisa menjagamu dari jarak segitu," jawabnya.

"Tetap saja kau tak boleh seperti itu," tegurku.

Mendapatkan teguran dariku sepertinya membuat sang kaisar Obelia tersebut tak senang hati. Terlihat dengan jelas dari raut wajahnya yang berubah.

Melihatnya yang seperti itu membuatku ingin menggodanya. "Apakah raja Obelia sedang merajuk?"

"Jangan goda aku, Diana," kesalnya.

Melihat raut wajah kesalnya yang menggemaskan itu membuatku tertawa. "Bagaimana kalau kita berdansa? Kita belum pernah berdansa semenjak hari pernikahan kita, kan?"

Tanpa berkata apapun, Claude menghampiri Felix dengan Athanasia digendongannya. "Jaga Athanasia. Jangan sampai ada lalat yang menghampirinya!"

Felix menggendong Athanasia. "Baik, yang mulia. Omong-omong, bolehkah saya mengajak putri Athanasia ke balkon? Di sini terlalu ramai, jadi saya rasa putri butuh udara segar."

Claude mengangguk. "Boleh, tapi jangan terlalu lama di luar karena anginnya tidak baik untuk Athanasia."

"Baik, yang mulia," jawab Felix.

Setelah itu Claude mendekatiku dan mengulurkan tangannya. "Apakah anda berkenan dansa denganku, yang mulia permaisuri?"

Aku tersenyum melihat sikap Claude. "Tentu. Dengan senang hati saya menerima ajakan anda, yang mulia." Aku menerima uluran tangan Claude.

Reinkarnasi Diana ( END )Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora