12. Panggilan Sayang

30 5 4
                                    

Tok... Tok... Tok...

" kak? "

" masuk Cha. Pintunya gak kakak kunci. " terdengar suara kak Wira di telinga ku dan membuat aku membuka pintu perpustakaan yang juga menjadi ruang kerja milik Wira.

" kakak gak tidur? " tanya ku mendekat ke arah dirinya yang masuk berkutat dengan semua buku juga laptop di hadapan nya. Tak lupa ku tutup pintu perpustakaan ini agar rasa sejuk dari pendingin ruangan yang ada di dalam ruangan ini tak hilang.

" duluan aja Cha. Kakak masih mau baca - baca literatur sama abstrak buat ujian sidang kakak minggu depan. " ucap Wira tetap tak menatap ku dan masih terfokus dengan apa yang ada di depannya. Ulah nya ini membuat aku menghela nafas karena tahu dirinya tak ada istirahat seharian ini.

" kakak belum ada istirahat lho hari ini. Tadi habis pulang kampus langsung mengurung diri di sini. Istirahat dulu ya? " ucap ku pelan sembari mengusap bahu nya lembut dan membuat Wira akhirnya memandang ku dengan tatapan yang tak bisa ku artikan.

Tanpa banyak bicara, dengan perlahan Wira menarik tangan ku untuk mendekat pada dirinya dan mulai memeluk perut ku. Mengubur wajahnya di perut ku.

" elusin. " pintanya pelan. Yang untung nya saja terdengar oleh ku.

" hm? Kenapa kak? " tanya ku takut salah dengar dengan permintaannya barusan.

" elusin kepala kakak, sayang. Kakak pusing. " ulangnya meminta.

Dan membuat ku perlahan menggerakkan sebelah tangan untuk mengelus kepala suami ku ini sesekali memijatnya sedikit. Sedangkan sebelah tangan ku yang lain mulai mengusap bahu juga punggungnya. Tahu jika saat ini sebenarnya Wira sedang lelah dan ingin beristirahat.

" elusan tangan kamu enak. Kakak suka. " gumam Wira dan mulai mengecup perut ku beberapa kali.

Salahkan aku yang saat ini hanya memakai tanktop tipis yang membuat kecupan Wira begitu terasa di tubuh ku. Tapi entah mengapa, ulah nya ini memberi reaksi yang begitu ku sukai. Dan membuat ku tersenyum tipis karena ulah nya ini.

Aku merasa ada gelenyar aneh karena ulah Wira ini. Terasa ada sensasi ribuan kupu - kupu yang terbang di dalam rongga perut ku. Dan karena ada rasa asing yang menyenangkan inilah, yang membuat aku tanpa sadar semakin menekan bahu Wira untuk semakin mengubur wajahnya di perut ku. Beruntungnya Wira tak menolak dan mengikuti refleks tangan ku.

" istirahat sebentar ya kak. Nanti lanjut lagi belajarnya. Sakit nanti kamu. " ujar ku pada dirinya.

" kakak gak papa. Bentar ya. Posisi kita jangan berubah. " sahutnya dengan sedikit memelas ku rasa.

" hm? Kenapa? Kok gitu? " tanya ku tak paham dengan maksud ucapan Wira barusan pada ku.

" kakak mau ngecharger tenaga kakak dulu sambil meluk kamu. Jangan di lepas ya. Kakak mau istirahat sama kamu. " ucap Wira dan membuat ku mengangguk pelan. Mengiyakan permintaannya yang sama sekali tak menyulitkan ku ini.

Aku pun terus menyisir rambut hitam dan tebal miliknya dan membiarkan posisi kami berdua tak berubah. Setidaknya aku hendak sedikit berguna untuk nya. Dengan membantu dirinya istirahat kecil seperti saat ini.

*****

" aku yakin kakak pasti bisa. Ujian kakak pasti lancar. Kakak kan pintar. " ujar ku mencoba menyemangatinya.

" kakak mau cepet lulus. " sahut Wira tiba - tiba.

" kenapa? Di suruh bunda sama ayah ya biar cepet lulus? " tanya ku dan membuat Wira menggeleng.

" enggak. Bukan karena suruhan bunda atau ayah. Kakak mau cepet lulus biar kakak bisa wisuda. Biar kakak bisa bikin bangga kamu. Biar kamu gak malu suaminya masih kuliah. Biar kakak bisa fokus ke kerjaan kakak dan ngebangun karir kakak. Supaya kamu hidup layak dengan status istri kakak. " jawab Wira yang langsung menerbitkan senyum di wajah ku.

Si Fueras MiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang