30. Sadar

20 5 10
                                    

Aku beberapa kali mengerjapkan ke dua mata ku. Mencoba untuk membiasakan pengelihatan ku dengan cahaya lampu yang menerangi ruangan tempat di mana aku berada saat ini. Kepingan kejadian - kejadian yang terakhir kali menimpa ku pun mulai menyatu di dalam fikiran ku dan membuat ku mengingat semuanya. 

Tentang aku dan mas Wira yang baru tiba di rumah, tentang kedatangan tiba - tiba papa dan mama yang cukup mengejutkan ku, juga tentang aku yang sengaja di dorong mama hingga terjatuh dan membuat banyak darah yang keluar dari bagian bawah tubuh ku hingga mas Wira yang menemukan ku terjatuh dengan wajah cemas nya.

Saat aku tengah mengingat - ingat kejadian yang ku lewati kemarin, ku rasakan tangan kini berada di wajah seseorang yang tengah tertidur di dekat ku. Dan begitu aku melirik ke arah tangan ku yang terasa berat. Aku menemukan Wira tengah tertidur dengan tangan ku yang berada di bagian bawah wajahnya.

" Mas. " panggil ku lirih.

" Mas Wira. " panggil ku sedikit lebih kencang di banding panggilan ku sebelumnya dan membuat Wira sedikit terganggu tidurnya.

" Mas Wira. " ucap ku sekali lagi dan akhirnya membuat Wira membuka mata.

"Acha? kamu sadar sayang? " tanya dirinya langsung duduk tegak dan memandang ku dengan tatapan tak percaya. Ku lihat beberapa bulir air mata menetes dari ke dua mata Wira yang memandang ku lekat.

" iya Acha sudah bangun mas. " jawab ku lirih. 

Dirinya pun mulai mendekati ku dan menempelkan bibirnya di bibir ku. Tanpa lumatan, tanpa kecupan dan tanpa nafsu. Ku rasakan beberapa bulir air mata menetes dari ke dua matanya. Sangat terasa dirinya menyalurkan perasaannya yang terlalu berkecambuk di hatinya saat ini.

" Acha lama ya tidurnya mas? " Tanya ku saat dirinya melepaskan ciumannya pada ku dan memandang ku lekat. Sangat terasa sekali dirinya mencium ku dengan mengeluarkan semua beban yang menghimpit dada nya selama ini.

" tiga minggu lebih sayang. Nyaris satu bulan kamu koma. Mas nyaris gila lihat kamu gak sadar sadar sayang. " Jawab wira dan membuat ku terdiam cukup lama. 

Terkejut karena aku tertidur selama itu dan di nyatakan koma. Tak menyangka jika selama itu aku tak sadarkan diri dan membuat Wira seperti orang yang tak terurus seperti ini.

" mas kenapa nangis? " Tanya ku terkejut karena melihat Wira yang kembali menangis saat memandang ku.

Dengan perlahan aku pun mulai mengangkat tangan ku yang tak di infus secara perlahan untuk mengusap pipi pria yang begitu ku cintai ini.

" mas merindukan mu. " ujar Wira seraya berdiri sedikit untuk memencet bell dan memanggil perawat juga dokter untuk memeriksa ku.

" Anak kita gimana mas? Anak kita baik - baik aja kan? " Tanya ku mulai di liputi rasa khawatir karena mengingat betapa banyak darah yang keluar saat aku terjatuh.

" sstt. Relax sayang. " ucap Wira menenangkan ku dan mengenggam tangan ku erat.

" anak kita gimana mas? " tanya ku sekali lagi dengan rasa was - was dan takut. Aku akan merasa bersalah sekali jika aku gagal menjaga buah hati ku bersama kak Wira.

" Dia bertahan sayang. Dia jagoan yang kuat dan dia sekarang mencoba untuk tetap bertahan. " jawab Wira mengangguk. Mencoba meyakinkan ku jika anak yang ku lahirkan baik - baik saja saat ini.

" jagoan? Dia laki - laki mas? " Tanya ku speechless.

" iya sayang. Dia laki - laki. Sesuai yang kamu mau. Anak pertama kita laki - laki. " Jawab Wira mulai tersenyum lebar. Aku tak menyangka jika apa yang ku ingin kan terkabul. Aku memiliki anak laki - laki bersama suami ku ini.

Si Fueras MiaWhere stories live. Discover now