31. Bercengkrama Berdua

17 5 6
                                    

" Acha kangen banget sama mas. " ujar ku pada Wira saat kami hanya berdua.

Kini bahkan Wira mulai berbaring di samping ku di atas ranjang. Beruntungnya ranjang yang ada di kamar rawat inap ku ini cukup besar untuk kami berdua tiduri. Aku pun berbaring perlahan untuk menghadap dirinya walau sempat merasakan nyeri di bagian bawah perut ku yang masih dalam masa pemulihan setelah operasi sesar.

" Mas tidur di sini bikin kamu sesak ya geraknya? " tanya Wira sembari menyusupkan tangannya di bawah tubuh ku dan mulai mengelus pinggang juga punggung ku dengan perlahan. Tahu jika saat ini aku sempat merasakan nyeri di tubuh ku bagian bawah.

Dan pertanyaannya ini membuat ku menggeleng pelan sembari memandang dirinya yang begitu tampan di mata ku saat ini. Sudah lama rasanya aku tak memandang suami ku sedekat ini.

" enggak sesak kok. Mas di sini aja tidur sama Acha ya. Acha kangen tidur sama mas. " jawab ku mulai menarik sebelah tangan bebasnya untuk semakin mendekat ke arah ku.

Beruntung nya Wira langsung memahami mau ku dan mulai merapatkan tubuh nya pada ku. Membuat ku dapat menghirup aroma tubuhnya yang begitu ku rindukan selama ini. Aroma yang selalu memenangkan dan membius ku.

" sekarang kamu bebas mau melakukan apa sama mas. Sama tubuh mas pun kamu bebas melakukan apa saja. Kamu bebas mau minta apa pun sama mas. Mas akan ngelakuin apa pun buat kamu. Mas akan kabulkan permintaan kamu apa pun itu. Tidur panjang kamu kemarin, bikin mas semakin sadar. Mas harus bahagiain kamu gimana pun caranya. Bahkan di atas bahagia nya mas, kamu harus selalu bahagia. " ucap Wira panjang lebar dan memandang ku lekat.

" mas benar - benar akan membahagia kan mu sayang. Mas gak sanggup rasanya kehilangan kamu. Kamu tidur panjang kemarin bikin mas sadar. Mas gak bisa hidup tanpa kamu. " tambah Wira yang berhasil membuat ku mengubur wajah ku di  tubuh nya saat ini.

" maaf ya mas. Acha gak sadar selama ini malah bikin mas susah. " ujar ku pelan di dalam pelukan Wira. Beruntungnya suami ku ini masih dapat mendengar ucapan lirih ku ini.

" eh, kenapa cantiknya mas ini malah minta maaf sayang. Harusnya mas yang minta maaf sama kamu cantik. Mas yang gak becus jagain kamu. Sampai kamu dan jagoan kita berdua harus berjuang untuk bertahan hidup. Mas yang harusnya minta maaf sama kamu. Mas bikin kamu harus terbaring di rumah sakit sakit selama ini. " sahut Wira mengusap punggung ku dengan perlahan.

Membuat ku menikmati keintiman ku bersama Wira saat ini yang sudah begitu lama tak ku rasakan.

*****

" mas. " panggil ku pada Wira sembari mengangkat kepala ku untuk memandang dirinya.

" hm? Kenapa sayang? " tanya Wira mengalihkan pandangannya pada ku.

" memangnya bener ya kata dokter Yuna? " tanya ku seraya mengangkat sebelah tangan ku untuk mengusap pipi suami ku yang kini terlihat sedikit tirus. Tak terlalu kenyal seperti sebelum terjadi masalah yang menimpa ku.

" Kata dokter Yuna? Bener apa memangnya? " tanya Wira balik pada ku.

" katanya dokter Yuna, mas sampai gak memperhatikan apa pun lagi. Mas cuma terfokus sama aku? Bahkan mas gak memperbolehkan siapa pun untuk membersihkan tubuh ku? " tanya ku penasaran.

Karena dokter Yuna benar - benar memberitahu ku tentang semua nya selama aku terbaring tak sadarkan diri. Dirinya memberitahu semua hal mengenai Wira. Tentang kegelisahan Wira, tentang kekalutan Wira dan tentang posesif nya Wira pada ku yang saat itu masih tertidur panjang. Bahkan dokter Yuna memberitahu ku, jika Wira melarang adanya perawat laki - laki yang masuk ke ruangan ku.

" iya. Mas gak mau ninggalin kamu. Mas takut saat mas meninggalkan kamu sebentar, kamu akan ninggalin mas. Mas takut kamu gak mau bangun lagi karena marah mas tinggal.  " jawab Wira memeluk tubuh ku semakin erat namun tak menyakitkan.

Si Fueras MiaWhere stories live. Discover now