10. Suami Siaga

45 5 4
                                    

" mmh. " Aku terbangun untuk ke dua kalinya dari tidur ku saat ini. Aku merasakan sebuah tangan yang melingkar di pinggang ku yang kini mulai mengusap lembut pinggang juga pinggul ku.

" Selamat Pagi Cha. " sapa Wira yang terdengar seksi di telinga ku.

Membuat aku dengan perlahan membuka ke dua mata ku dan menemukan jika aku saat ini sedang menghadap tubuh Wira yang sama sama menghadap ku. Dan membuat kami saat ini saling berhadapan dengan dirinya yang juga memandang diri ku.

" pagi juga kak. " jawab ku seraya sembari tersenyum ke arah dirinya.

Entah sejak kapan aku mulai merasakan jika aku sudah jatuh hati dengan dirinya dan juga wajah tampannya ini. Aku begitu menyukai tatapan dan juga bentuk bibirnya saat dirinya tersenyum. Bukan tatapan dan senyuman yang manis dan hangat. Tapi tatapan tajam dan senyumannya yang tipis. Aku begitu menyukai senyum dan tatapan milik Wira itu.

Awalnya aku merasa heran pria di hadapan ku ini, mengapa dirinya tiba - tiba ingin melamar dan menikahi ku. Tapi setelah dirinya mengungkapkan semua cerita antara kami berdua, tentang masa lalu aku dan juga dirinya. Membuat ku bersyukur dan senang karena bisa hidup bersama dengan Wira. Menjadi istrinya dan mendapat semua limpahan kasih sayang dari Wira sendiri mau pun keluarganya.

" Hari ini kamu gak ada kuliah kan? " Tanya Wira yang ku jawab dengan gelengan kepala. Dengan perlahan, aku pun mengubur wajah ku di dadanya dan menghirup aroma tubuhnya yang mulai ku sukai.

" Gak ada. Kenapa kakak tahu aku gak ada kuliah? " gumam ku tak jelas karena mengubur wajah ku di dadanya.

" Kakak kan hafal jadwal kuliah mu, Cha. " jawab Wira terkekeh yang juga ikut membuat ku tersenyum.

" kakak memang kenapa nanya gitu? " Tanya ku sekali lagi pada dirinya.

" Enggak papa sih. Hari ini kakak minta kamu istirahat aja di rumah. Gak usah ke mana - mana dulu. Gak usah jalan - jalan. Sakit pasti bagian bawah mu kalau di bawa jalan. " ucap Wira yang jujur saja membuat wajah ku memerah saat ini.

*****

Beruntungnya aku saat ini tengah mengubur wajah ku di dadanya sehingga dirinya tak bisa melihat semburat merah di wajah ku akibat ucapannya ini. Walau ku tahu dirinya berucap seperti ini pada ku karena khawatir, Tapi tetap saja. Membahas nya membuat ku malu. Apalagi ini adalah pertama kalinya kami berdua melakukannya sehingga segala sesuatunya terasa baru untuk aku dan Wira.

" iya. Kakak ada kuliah gak hari ini? Atau mau kerja? " Tanya ku sedikit mendongakkan wajah ku dan membuat ku memandang ke arah wajah Wira yang ternyata juga sedang menundukkan wajahnya untuk memandang ku.

" Enggak sepertinya. Kakak gak ada kuliah hari ini. Dan sepertinya juga gak kerja dulu hari ini. Kakak di rumah aja sama kamu. " Jawab Wira menggeleng dan membuat ku mengernyitkan kening ku.

" kok gitu? Kenapa kak? " Tanya ku.

" Kakak mau temenin kamu di rumah. Pasti kamu bakal susah buat ngapa - ngapain kan karena gak enak badannya. Sakit - sakit badannya karena ulah kakak. Jadi kakak temenin kamu di rumah aja. Sekalian beresin rumah gantiin kamu. " jawab Wira yang tentu saja ku tolak.

Bagaimana mungkin aku membiarkannya berberes rumah sendirian tanpa ku bantu sedikit pun. Padahal selama kami berdua pindah, Aku yang lebih sering mengurus rumah. Aku tak akan tega padanya.

" Gak usah kak. Acha gak papa. Lagipula biasanya kan Acha yang beberes. Kenapa jadi kakak. " Sahut ku.

" Kamu lagi susah buat jalan begitu, tega emang kakak buat kamu beresin rumah hari ini? Kamu hari ini cukup istirahat aja. Dan kakak gak nerima penolakan Cha. " ujar Wira tak terbantahkan dan membuat ku mengerucutkan bibir ku.

Si Fueras MiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang