4. Hari Pertama Menjadi Istri

41 5 0
                                    

" eungh. "

Aku mulai terjaga dari tidur ku dan merasa memeluk sesuatu entah itu apa. Terasa empuk tapi juga keras dan hangat. Belum sempat aku membuka mata, aku mendengar sesuatu yang membuat kening ku berkerut.

" good morning. "

Dan bisa ku rasakan sebuah lengan kekar mulai mengelus pinggang ku perlahan. Membuat ku membuka ke dua mata ku dan pemandangan pertama yang ku lihat adalah dada bidang polos yang langsung tersaji di hadapan ku. Dengan tangan ku yang memeluk tubuhnya.

Nyaris saja aku berteriak terkejut dengan apa yang ku lihat, Tapi semua ingatan tentang pernikahan ku kemarin bersama dengan Wira membuat ku akhirnya mundur sedikit seraya melepaskan tangan ku dari perutnya yang di penuhi roti sobek. Aku langsung menjaga jarak pada Wira dan memandang wajahnya yang sedikit berada di atas ku.

" Tidur mu nyenyak? " Tanya Wira mulai membuka matanya dan membuat kami saling berpandangan.

" Aku tidur sambil memeluk mu. Maaf kak. " Ujar ku tak nyaman.

Aku sama sekali tak sadar jika aku memeluk dirinya selama tertidur. Padahal, Aku merasa, aku cukup menjaga jarak dari Wira saat akan tidur kemarin malam. Tapi ternyata kami saling berpelukan dengan aku yang begitu nyaman bersandar pada tubuhnya saat aku terbangun.

" Tak apa. Toh aku senang melihat mu tidur nyenyak di pelukan ku. " Sahut Wira semakin menarik tubuh ku lembut untuk semakin mendekat ke arahnya.

Jangan lupa dengan sebelah tangannya yang semenjak tadi terus saja mengelus punggung juga pinggang ku. Ulah Wira ini membuat ku mau tak mau akhirnya semakin mendekat ke arahnya dan mulai melingkarkan tangan ku untuk memeluk tubuhnya dengan perlahan dan hati - hati.

Jujur saja, aku sedikit malu dengan posisi intim kami berdua saat ini. Dengan Wira yang bertelanjang dada, dan aku yang hanya memakai gaun tidur bertali spagetti. Di tambah selimut yang menutupi tubuh kami berdua. Cukup membuat ku merasakan panas di wajah ku. Sehingga aku memilih untuk mengubur wajah ku di dadanya dan menghirup aroma tubuh Wira yang mulai aku sukai saat ini.

" aku makin ngantuk kakak elusin begitu punggung ku. " ucap ku jujur.

Karena entah mengapa, dengan dirinya yang terus mengusap punggung ku dengan tangannya, rasa kantuk mulai kembali menyerang ku. Rasa aman di tambah rasa terlindungi membuat ku sama sekali tak mempermasalahkan pelukan Wira ini.

" suka? " tanya Wira dan membuat ku mengangguk pelan.

" iya. Acha suka. " jawab ku. Bagaimana mungkin aku tak suka dengan perlakuan lembut dan manis yang Wira lakukan ini.

" tidurlah lagi. Hari masih subuh. " Ujar Wira terus saja mengelus punggung ku secara teratur.

Dan tanpa bisa ku tahan, ulahnya ini memang sangat berhasil mengembalikan rasa kantuk ku yang kembali menyerang. Tak perlu waktu lama, aku mulai tertidur kembali di pelukan Wira dan di temani dekat jantung Wira yang terdengar oleh ku sebagai suara pengantar tidur untuk ku.

" Bagaimana pun caranya, Aku akan membuat mu bahagia. Mengganti semua kesusahan dan penderitaan mu selama ini. Aku akan jadi tempat mu bersandar dan menggantungkan seluruh hidup mu. Aku ingin suatu saat nanti kamu akan bersyukur karena sudah menjadi istri ku. Dan membawa mu jauh dari kedua orang tua mu yang suka menyiksamu itu. " Janji Wira berbisik pada ku begitu dirinya merasakan deru nafas ku yang sudah teratur. Tertidur di dalam pelukannya.

Masih jelas di ingatannya tak kala dirinya bermalam di rumah ku dulu dan tidur di kamar Reza. Tanpa sengaja, dirinya melihat ku di siksa oleh orang tua ku karena aku terlambat membuka pintu saat ke dua orang tua ku pulang dari acara. Dan itu pemandangan yang tak nyaman untuk di lihat oleh dirinya.

Si Fueras MiaWhere stories live. Discover now