15. Teguran Untuk Wira

35 3 2
                                    

" Cha? " 

Panggil Wira tak kala dirinya baru saja keluar dari kamar mandi dan menemukan ku masih bergelung di dalam selimut dan memejamkan mata. Dengan perlahan, dirinya pun mulai berjalan mendekati ku dengan hanya memakai handuk di pinggangnya.

" Sayang? " ucap Wira lagi seraya duduk di samping ku dan mengusap pipi ku perlahan. Ulahnya ini berhasil membuat ku membuka ke dua mata ku dengan perlahan.

" mas. " ucap ku lirih.

" mas ganggu tidur mu ya? " Tanya Wira dan membuat ku menggeleng pelan.

" Udah bangun sebenernya. Tapi masih pengen merem. " jawab ku.

" Masih gak enak perutnya sayang? " Tanya Wira sembari mengusap pipi ku lembut dengan jemarinya yang dingin.

" udah enakan kok. Kan kemaren mas udah bikinin aku cokelat hangat sebelum tidur. Ampuh kok buat bikin aku enakan. " jawab ku dengan gelengan kepala untuk ke dua kalinya.

" mas udah mandi? " tanya ku balik pada dirinya dan membuat dirinya mengangguk.

" hm. Iya sayang. Mas baru selesai mandi. Kamu hari ini mas antar ke rumah ayah sama bunda ya? Biar istirahat di sana? Hari ini Dinda juga gak ada kuliah rasanya. Jadi bisa nemenin kamu juga di rumah nanti. " ujar Wira mengingat adiknya yang memang tidak ada jadwal kuliah hari ini.

" Enggak deh, Acha di sini aja. Lagian juga biasanya Acha juga di rumah kan. " jawab ku menggeleng.

" Iya tapi kan selama ini mas temani kamu di rumah. Hari ini mas harus keliling ke semua percetakan yang mas punya, Pasti akan butuh waktu yang lama dan mas gak bisa pulang cepat. Jadi mending kamu di rumah ayah dan bunda. Mas lebih tenang kalau kamu di sana. Ya? " Pinta Wira pada ku dan membuat ku memandang dirinya lekat.

" emang gak papa? Acha takut ngerepotin mas. Apalagi Acha lagi dapet tamu bulanan begini. " ujar ku agak takut dan membuat suami ku ini tersenyum tipis.

" Mana pernah kamu ngerepotin, Cha. Lagipula ayah sama bunda pasti senang, anak cantiknya ini ke rumah ayah bunda. " sahut Wira kembali mengusap pipi ku dan membuat ku menikmatinya.

" nanti kalau di suruh nginap gimana mas? " tanya ku lagi.

" Ya gak papa sayang. Kan pakaian mas sama pakaian kamu masih ada beberapa di rumah bunda sama ayah. Nanti pembalut mu kan bisa mas belikan di minimarket pas mas pulang kalau persediaan di rumah bunda sama ayah udah abis. Lagipula mas kan juga tahu kamu pakai pembalut yang mana, Jadi mas bisa aja nanti belikan sekalian mas beli jajanan buat kamu di rumah ayah sama bunda. " ujar Wira santai namun berhasil membuat ku merona malu akibat ucapannya ini.

" Memang mas gak malu beli pembalut? " tanya ku. Karena dia seorang pria dan justru mau membelikan ku pembalut nanti.

" ya enggak lah. Kenapa harus malu? " Tanya Wira bingung.

" Kan mas laki - laki. " jawab ku polos.

" memang kenapa kalau mas laki - laki dan beli pembalut? Malu kenapa juga? Mas kan belikan buat istri mas. Salah memangnya? " Ujar Wira yang berhasil menerbitkan senyum di wajah ku.

" siapa tahu mas malu. " cicit ku dan berhasil membuat Wira menggeleng.

" mana mungkin mas malu, apalagi buat istri mas. Gak mungkin bikin mas malu. " jawab Wira.

" makasih ya mas. " ujar ku mengangkat tangan ku untuk mengusap wajahnya, Bergantian dengan dirinya.

" sama - sama sayang. Sekarang kamu istirahat aja ya, Mas yang siapin barang mu. Nanti mas antar ke rumah ayah sama bunda. " titah Wira yang membuat ku mengangguk. Karena aku juga tahu jika kapasitas ku saat ini yang memang tidak memungkinkan untuk bergerak cepat.

Si Fueras MiaWhere stories live. Discover now