26. Berbelanja

22 4 10
                                    

" mas hari ini sibuk gak? " tanya ku tak kala aku mendekat ke arah Wira yang tengah duduk bersantai di ruang tengah sembari menonton salah satu kartun pagi yang memang biasa di putar di tv saat hari minggu.

" Hm? Enggak sih sayang. Kenapa? " tanya Wira meminta ku untuk duduk di samping nya kini.

" enggak papa sih. Tapi, Aku cuma mau ngajak mas pergi keluar. " ujar ku duduk di samping dirinya sesuai dengan kemauan Wira. Dan membuat ku bersandar di bahu nya.

" Boleh. Mau ke mana kamu? Udah hamil besar gini, mas tapi agak takut bawa kamu keluar. " ucap Wira dengan sebelah tangannya mengusap perut ku yang besar.

" aku mau beli barang - barang buat dede bayi. Kan kita belum ada beli buat perlengkapan dede bayi lahir. " sahut ku menikmati elusan tangan Wira pada perut ku.

Karena memang jujur saja, aku dan Wira sampai saat ini belum ada membeli perlengkapan bayi untuk anak kami berdua. Bahkan aku dan Wira sampai saat ini belum mengetahui jenis kelamin bayi yang ada di dalam kandungan ku ini.

Aku dan Wira memang sepakat untuk tidak mau mengetahui jenis kelamin bayi yang ku kandung. Yang terpenting bayi yang ku kandung ini sehat dan baik - baik saja. Itu sudah sangat cukup untuk ku dan Wira. Dan selama ini setiap kami ke dokter Yuna untuk kontrol kami hanya menanyakan kondisi kandungan ku tanpa menanyakan jenis kelamin calon anak kami berdua.

" boleh. Nanti kita pergi ya. Berarti nanti beli barang - barang nya warna netral aja sayang. Kan biar bisa di pakai cowok atau cewek. " balas Wira dan membuat ku mengangguk.

" iya mas. Mas mau nya dede bayi cowok atau cewek? " tanya ku meraih tangannya yang terus mengusap perut ku dan mengenggamnya erat.

" mas sedikasih nya aja sama yang di atas. Selama dede bayi nya sehat, sempurna, Kamu juga sehat. Mas gak perduli mau cowok atau cewek. Selama itu adalah anak mas sama kamu. Mas gak pernah jadikan jenis kelamin itu masalah sayang. Kalau kamu? " tanya Wira seraya melirik ke arah ku.

" Aku mau nya sih anak pertama kita cowok mas. Tapi kalau dapetnya cewek juga Acha gak papa. Senang - senang aja. " jawab ku tersenyum lebar. Membayangkan aku memiliki bayi mungil bersama Wira. Itu adalah bayangan yang sangat menyenangkan untuk ku saat ini.

" kenapa memangnya kamu mau cowok? " tanya Wira sekali lagi.

" Kalau anak pertama Acha sama mas cowok kan bisa bantu Acha sama mas buat jaga adek adeknya nanti. Kayak mas jaga Dinda dan kak Reza jaga kak Sera sama aku. " sahut ku dan membuat Wira segera mendaratkan kecupan manis di bibir ku.

" dan bisa bantu papa nya buat jaga mama cantiknya kalau papa kerja. " balas Wira saat melepaskan ciuman kami berdua.

" mas mau panggilan papa dan mama? " tanya ku.

" iya. Boleh? " tanya Wira balik dan membuat ku mengangguk.

" boleh papa. Mama ikut kata papa aja. " jawab ku tersenyum pada dirinya dan memandang ku lekat. Membuat kami saling berpandangan dalam waktu yang lama.

" Manis senyum mu. " gumam Wira pelan namun masih bisa ku dengar.

" Acha sayang sama mas. Acha benar - benar sayang sayang sama mas. Papanya anak Acha. " ucap ku. Dan sekali lagi. Membuat Wira menyatukan bibir kami berdua dalam waktu yang lama.

*****

" mas. Acha boleh tanya sama mas? " tanya ku pada dirinya. Yang berhasil membuat dirinya menoleh ke arah ku.

" boleh dong. Memang Acha mau tanya apa sama mas? " tanya Wira balik pada ku.

" mas mau punya anak berapa? " tanya ku pada dirinya sembari menyandarkan kepala ku di bahu nya dan membuat Wira melirik ku sekilas.

Si Fueras MiaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant