11. Ke Rumah Ayah dan Bunda

42 5 4
                                    

" Cha. " panggil Wira saat dirinya masuk ke kamar kami berdua. Aku baru saja keluar dari kamar mandi yang tak jauh dari pintu kamar kami.

" Ya? Kenapa kak? " Tanya ku memandang dirinya.

" bunda tadi nelpon kakak. Nyuruh kita berdua nginep di rumah. Kangen katanya sama kamu. " Ujar Wira seraya dirinya mulai berjalan mendekati ku.

" Boleh. Tapi gak papa kak? Aku takut ngerepotin nanti di rumah ayah sama bunda. " Ucap ku membalas pertanyaannya dengan rasa yang tak nyaman dan takut merepotkan ke dua orang tua Wira ini. 

Apalagi, semenjak aku menikah dengan Wira, Ayah dan bunda benar - benar memperlakukan ku seperti anak mereka sendiri. Dan Dinda pun begitu. Dinda benar -benar menyayangi ku seperti kakaknya sendiri.

" Kamu ngerepotin apa emang? Lagi pula kalau pun kami ngerepotin juga gak papa. Kakak sama sekali gak masalah. Dan kakak yakin ayah sama bunda juga gak masalah tentang hal itu. " ujar Wira menghendikkan bahunya.

Ucapan Wira barusan mungkin terdengar biasa untuk orang lain. Tapi bagi ku, Dirinya yang mau aku repotkan benar - benar membuat ku terharu dan membuat hati ku menghangat. Akhirnya, kini, aku memiliki satu orang yang bisa ku jadikan sandaran untuk hidup ku. Tempat ku bergantung setiap saat dan tempat aku pulang menemukan kehangatan.

" Makasih banyak kak. " ujar ku tulus dan membuat dirinya mengusap pipi ku lembut.

" jangan bilang makasih sama kakak. Kakak senang melakukannya. " Jawab Wira sembari tersenyum tipis. Wira pun mengecup bibir ku dengan singkat, namun memberikan efek yang menyenangkan untuk ku.

*****

" Kita berapa lama nginep di tempat bunda sama ayah kak? " Tanya ku seraya membuka lemari untuk menyiapkan segala keperluan kami berdua untuk menginap di rumah mertua ku.

" mungkin sampai minggu aja Cha. Senin kamu kuliah pagi kan. Keteteran nanti kalau berangkat dari rumah bunda. " jawab Wira yang tengah bersandar di kepala ranjang sembari di sibukkan dengan tab miliknya. Entah di sibukkan dengan masalah apa.

" ya udah. Aku nyiapin barang - barang sama pakaian yang mau di bawa ya. " ujar ku.

" Iya sayang. Tolong baju kakak juga di siapin ya. Kakak masih hectic banget ngurus berkas seminar hasil skripsi kakak. " Sahut Wira yang membuat ku terdiam memandang dirinya.

" kakak manggil aku apa barusan? " Tanya ku pelan. Takut jika aku salah dengar tadi.

" hm? Kenapa? " Tanya Wira tak fokus dengan pertanyaan ku barusan pada dirinya.

" Kakak. Tadi barusan manggil aku apa? " Tanya ku sekali lagi.

Dan menggulang pertanyaan ku pada dirinya. Pertanyaan ku ini pun membuat Wira balas memandang ku dan membuat kami berdua saling bertatapan.

" oh itu. Sayang. Kakak manggil kamu sayang. " Jawab Wira dan kembali membuat ku terdiam sembari terus memandang dirinya.

" ..... "

" Kok diam Cha? Gak suka ya kakak panggil kamu begitu? " Tanya Wira sekali lagi.

Sepertinya dirinya salah paham pada ku. Dan dengan cepat aku pun menggelengkan kepala ku. Mencoba membuat dirinya tak salah paham dengan diam ku ini.

" enggak. Enggak gitu kak. Aku suka kakak manggil aku sayang. Aku cuma kaget aja kakak tiba - tiba manggil aku begitu. Rasanya udah lama gak ada yang bilang sayang ke Acha. dan sekarang kakak tiba - tiba manggil sayang ke aku. " Ujar ku tersenyum tipis dan membuat Wira juga ikut tersenyum bersama ku.

" Kalau gitu, kakak akan panggil kamu sayang terus. " Putusnya dan Wira berhasil memunculkan semburat rona merah di ke dua pipi ku saat ini.

*****

Si Fueras MiaWhere stories live. Discover now