27. Papa dan Mama

22 4 12
                                    

" kamu masuk duluan ya sayang. Terus duduk di ruang tengah ya. " pinta Wira tiba - tiba saat kami berdua baru saja tiba di rumah dan dirinya memakirkan mobil yang kami naiki ini.

" lho kenapa mas? " Tanya ku bingung dengan permintaannya yang tiba - tiba ini.

" gak papa cantik. Kamu kecapean kan habis kita keliling tadi. Istirahat ya sayang. "ujar Wira mengusap pipi ku lembut.

" Acha gak papa kok mas. " ujar ku menggeleng dan menolak ucapannya ini. Tolakan dari ku ini pun  berhasil menerbitkan senyuman tipis di wajah pria tampan di samping ku ini.

" Mas yang khawatir sayang. " ujar Wira.

" Tapi barang bawaan kita banyak lho. Gimana nanti mas bawanya kalau aku istirahat di ruang tengah. " ucap ku memandang dirinya lekat.

" Gak papa. Mas bisa kok bawa barang - barang belanjaan kita sendirian. Yang penting kamu istirahat. Ini perut mu nanti pasti kram lagi kalau keseringan jalan. Ya? Nurut sama mas ya cantik? " ujar Wira memandang ku dalam seraya mengusap pipi ku lembut dan jujur saja membuat ku lemah tak berdaya dan tak bisa menolaknya.

" ya udah. Iya mas. Acha nurut. " jawab ku setuju pada dirinya.

" good wife. " puji Wira tersenyum memandang ku.

Membuat ku akhirnya mengangguk menyetujui ucapan dirinya ini dan masuk tanpa membantu dirinya untuk mengangkat semua barang belanjaan kami yang kami beli tadi untuk keperluan dede bayi. Bahkan dirinya juga yang memasukkannya langsung ke kamar kami berdua dan aku hanya memandangnya sambil duduk nyaman bersandar di sofa.

*****

" kamu rebahan sayang. " pinta Wira saat dirinya duduk di samping ku dan membawa sebotol olive oil di tangan kirinya.

" eh, kok? Kenapa mas? " Tanya ku bingung.

" Pegal pasti kakinya habis jalan - jalan kan. Mas mau pijatin kaki kamu. " jawab Wira dan membuat ku mengulurkan tangan ku untuk mengusap pipi kenyal suami ku ini.

" Mas capek lho seharian ini. Kerja kan tadi pagi keliling percetakan mas, terus keliling sama aku buat beli perlengkapan buat dede bayi, habis itu angkatin semua belanjaan kita juga kan. Yang capek itu mas lho bukan aku. " ujar ku menggeleng dan membuat Wira terkekeh sebelum menyatukan bibir lembutnya ke bibir ku.

" mas memang capek, tapi capek mas hilang setiap mas sama kamu. Lhat senyum kamu. Justru mas gak mau kamu yang capek. Apalagi di tambah kamu kan sekarang hamil anak kita berdua. Mas gak bisa bantu apa - apa untuk meringankan beban kamu yang harus mengalami semua hal - yang harus di rasakan oleh seorang istri. Jadi wajar rasanya mas mencoba menghilangkan rasa capek kamu. " jelas Wira panjang lebar.

Dan tanpa bisa ku tahan, ucapan Wira ini membuat ku berkaca - kaca. Sangat terlihat begitu berusahanya Wira mencoba untuk membahagiakan ku bahkan dengan hal - hal sekecil ini.

" nanti mas kecapean. Mas sakit kan bikin aku sedih. " ujar ku dan membuat Wira sekali lagi mengecup bibir ku singkat.

" capek mas selalu hilang setiap sama kamu. Dan kamu harus tahu kalau kamu yang jadi semangat mas. " balas Wira yang kembali menerbitkan senyum di wajah ku.

Tanpa menunggu jawaban ku atas permintaannya tadi, Wira pun dengan lembut dan perlahan mulai membantu ku untuk berbaring di sofa dengan ke dua kaki ku yang berada di atas pahanya yang duduk di ujung sofa.

Dan dalam diamnya, Wira mulai memijat kaki ku secara keseluruhan, termasuk telapak kaki ku. Jujur saja. perlakuannya ini membuat ku tak nyaman dan merasa bersalah karena begitu di ratukan oleh dirinya.

" mas Wira. " panggil ku pelan pada pria yang terus memijat kaki ku.

" ya? Kenapa sayang? "

" Maaf ya, Acha jadinya malah ngerepotin mas. " ujar ku merasa tak nyaman.

Si Fueras MiaWhere stories live. Discover now