8. Penjelasan Wira

27 4 2
                                    

" Apa itu kak? " Tanya ku saat melihat dirinya membawa sebuah kotak kecil mendekat pada ku dan kembali duduk di hadapan ku seperti sedia kala.

" nih. Buka aja. Kamu lihat sendiri. " ujar Wira seraya menyerahkan kotak itu pada ku. Dan dengan sedikit ragu aku pun mulai meraih kotak itu dan membukanya dengan perlahan.

" Cha, familiar dengan apa yang kamu lihat? " tanya Wira tersenyum tipis saat melihat ku tertegun karena isi kota tersebut.

" i... Ini kan? Plester luka waktu aku kecil? " gumam ku saat melihat beberapa plester luka yang ada di dalam kotak kecil tersebut.

Bagaimana mungkin aku tidak mengenali nya. Sedangkan ada ukiran kecil nama ku di setiap ujung plester luka itu. Dan aku tahu betul jika itu tulisan Sera dan Reza. Mereka berdua sengaja menuliskan nama ku dan nama mereka berdua di setiap ujung plester itu dengan ukiran kecil.

Agar aku ingat jika mereka sebenarnya menyayangi ku walau mereka berdua tak bisa mengumbar itu semua apalagi di hadapan ke dua orang tua kami. Itu lah ucapan Reza dan Sera dulu saat aku bertanya mengapa ada ukiran nama kami bertiga di semua plester luka yang mereka beri untuk ku.

" Kian. Azkiandri. Kian nya Acha itu kakak, Cha. Kakak lah teman yang kamu cari. " ujar Wira dengan senyum yang semakin lebar dan membuat ku refleks langsung memeluknya erat.

" kakak Kian? Kian nya Acha? " tanya ku berulang dan membuat Wira mengangguk.

" iya. Kakak Adalah Kian. Kakak adalah Kian nya Acha. " jawab Wira balas memeluk ku erat.

Dan ucapannya Wira ini berhasil membuat menangis tergugu. Tak menyangka jika teman laki - laki masa kecil ku. Yang selalu menolong ku bahkan membuat dirinya terluka adalah sosok laki - laki yang menjadi suami ku sekarang.

" Kian. " ucap ku terisak.

" hey sweet heart. " sahut Wira tersenyum senang. Karena kini Aku sudah mengetahui siapa dirinya. Dan sesuai dengan perkiraannya. Aku pasti akan menangis tersedu karena mengingat dirinya.

*****

" kakak kenapa bisa masih nyimpen plester luka ini? Kakak ke mana selama ini? " tanya ku.

Kini aku sedang duduk di atas pangkuan Wira yang tengah bersandar di ranjang dan duduk di tempat kami tadi duduk. Dengan sebelah tangan Wira yang mengusap pinggang ku. Dan sebelah tangannya yang lain mulai menyampirkan beberapa anakan rambut ku yang terlepas dari ikatan rambut ku.

" sejak kakak kecil, kakak selalu terfokus pada mu, Cha. Saat kamu yang panik setiap kakak terluka. Saat kamu dengan tatapan khawatir menyerahkan plester luka itu pada kakak. Saat kamu mengobati luka kakak dan menempelkan plester luka itu di luka kakak. Sejak itu, kakak sudah gak bisa liat perempuan lain selain kamu Cha. " jelas Wira dan membuat ku memandangnya lekat.

" itu udah belasan tahun lewat kak. Dan kakak masih ingat? Kakak ke mana aja selama ini? " tanya ku pelan.

Aku pun mulai menyandarkan tubuh ku pada dirinya. Dan meletakkan kepala ku di bahunya seraya menghadapkan wajah ku ke lehernya. Membuat ku nyaman dengan posisi kami berdua saat ini.

" tentu saja kakak ingat. Kamu selalu ada di ingatan dan hati kakak, Cha. Kakak memang sempat pindah saat ayah pindah tugas. Dan kakak minta maaf karena kakak enggak memberitahu mu tentang kepindahan kakak itu. Sejak kakak masuk SMA, kakak pindah lagi ke sini. Kakak nyari kamu juga. Ternyata rumah kamu gak berubah. Tapi kakak selalu melihat kamu yang murung. Melihat kamu yang pendiam dan ada beberapa memar juga luka di tubuh kamu. Dan baru kakak ketahui kalau kamu punya kakak. Bahkan Reza dan Sera adalah teman satu kelas kakak. Itu membuat kakak tak menolak dekat dengan mereka berdua karena kakak bisa terhubung lagi dengan mu walau secara perlahan. " jelas Wira panjang lebar dan membuat ku terus mendengarkan.

" kenapa kakak gak langsung ketemu aku? Kenapa baru sekarang kak? Acha rindu sama kakak. " tanya ku sekali lagi dan melingkarkan ke dua tangan ku di tubuhnya.

" kakak cari kamu Cha. Selalu. Kakak bahkan tahu kamu selalu di sakiti ke dua orang tua kamu. Tapi kakak bisa apa waktu itu. Kakak saat itu masih muda. Masih belum bekerja. Kakak belum punya penghasilan dan kakak gak bisa tiba - tiba bawa kamu pergi dari neraka itu tanpa ada rencana yang matang. Sampai akhirnya kakak gak tega pada mu. Dan kakak akhirnya membongkar semuanya pada Reza. Sejak itu Reza selalu meminta kakak menginap di rumah mu agar orang tua mu tak terlalu bisa menyakiti mu secara bebas. "  ucap Wira yang berhasil membuat ku semakin memeluk Wira dengan erat.

Ucapan Wira ini kembali mengingatkan ku bagaimana aku di siksa oleh ke dua orang tua ku. Dan aku amat sangat berterima kasih pada ke dua kakak ku yang membuat ku bisa bersama dengan Wira kini.

" lalu suatu saat, ketika kita sudah kuliah dan kakak sudah punya kerjaan yang berpenghasilan cukup, tiba - tiba Reza menghubungi kakak. Dan mengatakan kamu akan di jual oleh ke dua orang tua mu dengan kedok perjodohan. Tentu saja kakak gak rela. Kakak gak rela kamu harus tersiksa lebih dari itu. Itu yang membuat kakak dan Reza mengatur agar kakak yang membeli mu dan melamar mu. Itu semua atas bantuan Reza. Dan kakak bisa berani melakukannya, karena kakak sudah bisa membawa mu pergi. Bisa menhidupmu secara layak dengan kerjaan kakak. Walau pun kita berdua masih kuliah. " tambah Wira yang berhasil membuat ku menghela pelukan kami berdua dan menatap dirinya dengan ke dua mata ku yang sudah berkaca - kaca.

" kakak serius? " tanya ku terisak dan membuat Wira mengangguk pelan.

" kamu fikir, jika itu bukan kamu. Kakak akan mau menikah secepat ini? Enggak Cha. Itu karena kamu. Karena kamu, kakak mau terikat dalam pernikahan. " sahut Wira yang kembali membuat ku memeluknya erat dan mengubur wajah ku di ceruk lehernya.

" makasih kak. Makasih banyak. " gumam ku dengaan air mata yang terus mengalir karena fakta yang baru saja ku ketahui ini.

" kamu adalah alasan kakak kenapa kakak selama ini cuek dan dingin pada semua orang. Apalagi perempuan. Karena sampai saat ini, bahkan cuma kamu Cha yang ada di hati dan fikiran  kakak dari dulu sampai hari ini. Kakak gak perduli dengan orang di luar sana. Cuma kamu yang kakak perdulikan. " beritahu kak Wira yang selalu lagi membuat ku bersyukur akan kehadiran dirinya di hidup ku. Sejak dulu hingga kini.

*****

" aku hutang makasih sama kak Reza sama kak Sera. Karena udah bantuin kakak buat sama aku. " ujar ku pelan.

Aku kembali mengingat saat Wira tiba - tiba ada di rumah papa dan mama dan mengatakan jika dirinya akan melamar ku. Dan aku kembali mengingat ini lah alasan Reza berucap terima kasih dan hutang budi pada Wira. Karena Wira menyelamatkan ku dari mama dan papa yang ingin menjual ku dengan kedok perjodohan.

" mereka berdua sayang pada mu Cha. Tapi sayangnya, mereka tahu. Jika mereka menyayangi mu. Maka kamu akan jadi bulan - bulanan ke dua orang tua mu lagi. " jelas Wira.

" sampai sekarang aku masih gak ngerti kak. Kenapa papa dan mama begitu membenci ku. Aku tahu, papa dan mama gak mengharapkan kehadiran ku. Tapi kenapa mereka gak bisa menyayangi ku Seperti kak Sera dan kak Reza? " tanya ku lirih.

Jujur saja bahkan sampai saat ini aku sedikit banyak masih berharap jika ke dua orang tua ku bisa menyayangi ku selayaknya mereka berdua menyayangi ke dua kakak kembar ku.

" jangan di fikirkan Cha. Gak usah di cari tahu juga. Itu mungkin akan menyakiti mu. Yang penting, kamu udah hidup sama kakak. Dan kakak akan bikin kamu bahagia karena hidup bersama kakak. Pegang janji kakak, Cha. " janji Wira yang membuat ku mengangguk pelan. Mengiyakan ucapannya.

" sepertinya rasa terima kasih yang banyak gak akan cukup aku kasih untuk kakak, kak Reza dan kak Sera. " ujar ku yang berhasil menerbitkan tawa di wajah Wira.

" cukup kamu bahagia udah jadi kebahagiaan ku Cha. Dan aku yakin Reza dan Sera pun begitu. Asal kamu bahagia. Aku yakin mereka juga akan bahagia. " ujar Wira yang lagi - lagi membuat ku mengangguk.

*****

Si Fueras MiaWhere stories live. Discover now