20. Pergi Ke Dokter Kandungan

24 5 10
                                    

" Ibu Acha dan bapak Wira, benar? " tanya seorang dokter wanita saat aku dan Wira baru saja masuk ke dalam ruang prakter dokter tersebut. Wira memang sengaja mencarikan aku dokter wanita dan bukan laki - laki.

" mas takut gak bisa tahan cemburu mas kalau kamu di periksa sama dokter pria. " itu lah alasan Wira saat ku tanya mengapa dirinya begitu ngotot mencari dokter kandungan perempuan di kota ini. 

Sikapnya ini membuat jujur saja tertawa karena kecemburan nya ini. Karena Wira tak pernah terlihat cemburu seperti ini kepada ku. Dan beruntungnya saja, dirinya medapatkan informasi dokter ini dari Dinda yang rupanya memiliki teman adik dari dokter yang kami datangi ini. Sehingga kami lebih mudah mengurus semuanya.

" panggil Acha aja dok. " sahut ku tak nyaman dengan panggilan embel - embel ibu sembari tersenyum malu pada beliau. Karena jika di lihat - lihat memang lebih tua dokter di hadapan kami berdua ini di banding aku dan Wira.

" saya juga panggil Wira saja dok. " ucap suami ku mengikuti perkataan ku tadi.

" baiklah Acha dan Wira ya. Perkenalkan saya adalah dokter kandungan yang akan menangani Acha. Nama saya Yuna Amaliningtyas. Kalian bisa panggil saya Yuna. Dan mulai sekarang, Acha adalah pasien yang saya tangani hingga melahirkan nanti. Jadi, jangan sungkan pada saya. Dan kalau ada apa - apa, kalian berdua bisa menghubungi saya pribadi di nomor ini. " ujar dokter tersebut dengan senyum lembutnya.

Seraya beliau menyerahkan dua kartu nama miliknya pada ku juga pada Wira. Yang tentu saja langsung aku dan Wira terima sembari berterima kasih pada beliau.

" terima kasih dok. "

" makasih dok. "

" Sama - sama. Ngomong - ngomong, ini kehamilan yang ke berapa? " tanya dokter Yuna pada ku dan Wira.

" kehamilan yang pertama dok. Saya dan suami baru saja menikah. Belum dua tahun. " jawab ku memberitahu beliau.

Karena aku tahu Wira tak mungkin mau menjawabnya. Aku sudah cukup tahu bagaimana interaksi Wira dengan orang lain. Acuh dan dingin. Apalagi dengan orang yang baru di kenal nya. Di tambah jika itu adalah perempuan. Jelas dirinya tak akan mau bersusah payah untuk beramah tamah. Dirinya lebih memilih diam dan tak berinteraksi sama sekali.

" benarkah? Baiklah. Sekarang, saya minta Acha untuk ikut saya ya. kamu berbaring di atas ranjang. Dan kita akan melakukan USG untuk memeriksa kandungan kamu. " ucap dokter Yuna berdiri dan membuat ku juga ikut berdiri sembari memandang wajah Wira.

" semangat sayang. " bisik Wira nyaris tak terdengar dan membuat ku menggangguk samar sembari tersenyum padanya.

*****

" sekarang kita buka bajunya sebatas perut ya. Saya akan kasih gel khusus di alat nya. Rasanya seperti lendir dan dingin. Tapi jangan khawatir. Setelah selesai pemeriksaan, akan saya bantu bersihkan dengan tissue basah. " ucap dokter Yana dan membuat ku mengerti dan mengangguk.

" boleh saya menemani Acha? " Tanya Wira tiba - tiba.

Dirinya memang semenjak tadi terus memperhatikan interaksi ku dan dokter Yuna. Dan dirinya pun ingin menemani ku memeriksaan kandungan ku saat ini.

" tentu saja. Silahkan. " ucap Dokter Yuna mempersilahkan dan membuat Wira beranjak dari kursi nya dan mendekati ku.

" mas. " ujar ku dan membuat Wira mengenggam tangan ku erat.

" sakit ya? " tanya Wira khawatir dan ku balas dengan gelengan kepala.

" Enggak kok. dingin aja. " jawab ku saat aku merasakan sensasi dingin dari gel yang terkena perut ku.

Si Fueras MiaOnde histórias criam vida. Descubra agora