23. Ngidam

20 4 8
                                    

" huekk... "

" hueekkkk... "

" Cha? " ujar Wira menyerbu ke kamar mandi.

Dirinya langsung menemukan ku yang menundukkan wajah ku ke arah dalam wastafel, memuntahkan cairan bening dari mulut ku. Apalagi saat dirinya masuk ke kamar untuk menemui diri ku yang belum ke luar kamar semenjak tadi dan justru mendengar aku yang muntah muntah hebat di kamar mandi.

" kenapa sayang? " Tanya Wira sekali lagi mendekat ke arah ku dan membuat ku menggeleng sembari mengulurkan tangan ku ke arah nya untuk menahan dirinya agar tak mendekati ku.

" jangan ke sini mas. Aku bau muntah. Jijik nanti. " larang ku di sela – sela rasa mual hebat yang ku rasakan saat ini dan dengan suara yang bergetar.

" sst. Gak papa. Mas gak jijik. " ucap Wira meraih tangan ku dan semakin mendekat ke arah ku.

Dan tak lupa dirinya mengusap punggung ku berkali – kali untuk mengurangi rasa mual yang memang sejak beberapa minggu ke belakang selalu ku rasakan. Selama ini memang rasa mual yang ku rasakan memang tak tentu waktu.

Terkadang pagi - pagi buta aku bisa saja terbangun karena merasa mual yang hebat. Tapi terkadang aku juga bisa merasa mual saat malam tiba dan saat hendak tidur. Dengan elusan tangan Wira di punggung ku juga genggaman tangannya di tangan ku membuat ku sedikit merasa mual yang ku rasakan kini mulai berkurang.

" masih mual sayang? " Tanya Wira memandang ku dengan lekat. Dirinya sama sekali tak terlihat jijik pada ku dan justru semakin mendekati ku.

" Sedikit. " jawab ku pelan.

Aku pun membuka keran air untuk membersihkan sisa muntah yang ku keluarkan. Walau pun aku hanya memuntahkan cairan bening, tapi tetap saja aku tak tega jika Wira melihatnya.

" rebahan di ranjang lagi ya? Pucat muka mu sayang. " pinta Wira dan membuat ku hanya bisa mengangguk pelan. Dan dalam diamnya, Wira pun mulai menggendong ku ala bridal style dengan hati – hati.

*****

" buka baju mu sayang. " pinta Wira dan membuat ku memandangnya dengan sayu. Baru saja dirinya mendudukkan ku di ranjang dan kini dirinya duduk di hadapan ku.

" hm? "

" buka ya? mas mau olesin minyak kayu putih di badan mu. Gak enak pasti perutnya. " ujar Wira lembut dan membuat ku mengangguk. 

Setelah melihat anggukkan kepala ku ini lah yang membuat Wira dengan segera membuka kancing piyama milik nya yang ku pakai saat ini dan melepaskan piyama itu sembari melemparnya ke lantai. Dan dengan cepat, Wira segera mengambil minyak kayu putih yang memang ada di nakas di samping ranjang dan mulai membalurkannya ke tubuh ku.

" Habis ini istirahat aja. Gak usah ngapa - ngapain kamu. " ucap Wira dengan tangan yang sibuk di tubuh ku. Dan membuat aroma minyak kayu putih menguar di kamar kami berdua ini.

" tapi aku mau beresin rumah. Belum masak juga. Cucian pakaian kita juga ada kan. " jawab ku pelan. Mengingat semua nya memang belum ku kerjakan.

" mas yang beresin rumah dan masak. Cucian kita di laundry aja gampang. Yang penting sekarang kamu istirahat. " ucap Wira menggeleng. Menolak Keinginan ku untuk membereskan segala urusan rumah.

" badan ku sekarang anget. " ucap ku dan membuat Wira tersenyum simpul.

" masih gak enak perutnya? Masih mual? " Tanya Wira mengusap perut ku yang mulai membesar.

" udah enggak terlalu mas. Tapi boleh gak aku minta sesuatu mas? " tanya ku pada dirinya dan membuat Wira mengangguk.

" Boleh. Mau minta apa sayang? " Tanya Wira lembut dan mengusap pipi ku yang sedikit lebih chubby dari biasanya.

Si Fueras MiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang