Bab 8

2.3K 125 16
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


.............

Sepanjang membersihkan ruangan kotor itu, Kaycia terus mengumpati Asten. Dirinya begitu kesal dengan laki-laki menyebalkan itu.

Namun, ia tidak menyadari jika ruangan tersebut terpasang CCTV. Asten dan kedua temannya diseberang sana terus tertawa melihat cewek cupu yang sedang mereka kerjai.

"Lo gak boleh gitu As, siapa tau si cupu jodoh lo." ledek Tio yang melihat Asten tak berhenti tertawa.

Satu pukulan mendarat dibelakang kepala Tio. "jaga omongan lo. Amit-amit gue punya jodoh jelek kayak dia." gerutu Asten.

"Jelek-jelek gitu juga kan pacar lo." sela Ren menahan tawa.

"Kayaknya pala lo butuh gue sleding, supaya inget."

"Hehe, sorry bro sorry." Ren dengan tawa tengilnya.

"Batas waktu gue cuma satu bulan kan?" Asten bertanya dan diangguki oleh Tio dan Ren.

"Oke," Dia melangkahkan kakinya keluar dari basecamp mereka.

"Mau ke mana lo?"

"Ketemu si cupu."

Setelah membersihkan seluruh ruangan, Kaycia terduduk lemas. Ia mengecek dadanya yang mulai berdetak kencang.

Nyatanya, penyakitnya itu belum benar-benar sembuh sepenuhnya. Ini semua karena Asten si cowok setan yang mengerjainya. Dan dengan bodohnya Kaycia menuruti permintaannya.

Peluh keringatnya membasahi pelipisnya, badannya terasa pegal semua. Ia pun sejenak memejamkan matanya, tak menyadari Asten yang mulai membuka kunci ruangan tersebut.

Saat Asten membuka pintu, ia melihat Kaycia yang sudah terduduk dan menyender di sebuah lemari di sana. Ia berjongkok mensejajarkan dirinya dan menatap lamat Kaycia yang tertidur lelap.

Asten menarik sudut bibirnya, "Lo jelek banget sih," ia berdiri kembali dan menendang pelannya, "Woy bangun ..."

Kaycia menggeliat, ia terganggu dengan tendangan kecil Asten. "Apaan sih, ganggu banget." gerutunya seraya beranjak bangun.

"Lo udah gue hukum masih aja ngomong santai sama gue! Belum puas sama hukumannya?"

Kaycia menghela, "Kalau gitu, maafkanlah kesalahan hamba yang mulia. Apakah hamba sudah bisa keluar dari hukuman?" Kaycia membungkukkan badannya selayaknya si babu pada tuannya.

Asten berdecak mendengar kata yang berlebihan dari Kaycia, "Ck, jangan gitu juga kali." ucapnya menoyor kepalanya.

Kaycia menepisnya dengan berani, "Kak Asten yang terhormat, kenapa sih selalu gangguin gue? Gue 'kan gak pernah ganggu lo, kak!"

"Lo emang gak pernah ganggu gue, cuma muka cupu lo ganggu penglihatan gue."

"Apa!?" Kaycia tidak habis pikir dengan ucapan Asten. Hanya karena dirinya berpenampilan seperti ini, ia menjadi korban si pembully ini.

My Nerd Is Perfect Where stories live. Discover now