Bab 37

1.6K 98 24
                                    

Happy Reading Guys
.
.
.
.
.

"APA INI?!" 

Kertas hasil Ulangan Tengah Semester milik Asten bertebaran setelah Wijaya, Ayah dari Asten melempar ke wajahnya.

"NILAI KAMU SEMUANYA C!! MAU JADI APA KAMU?!" 

"LIAT KAKAK KAMU HAZEL! SELAMA SEKOLAH DIA GAK PERNAH MENDAPATKAN NILAI C DAN SEKARANG DIA BERHASIL MASUK KEPERGURUAN TINGGI BERGENGSI DI EROPA!"

"SEHARUSNYA KAMU CONTOH HAZEL! DASAR ANAK GAK BERGUNA."

Teriakan demi teriakan terus masuk ke telinga Asten. Ingin sekali dirinya tertawa keras. Mereka berteriak dan memberinya wejangan seolah mereka peduli. 

Nyatanya, saat sakit pun mereka tidak datang menemuinya. Bagi kedua orang tuanya, pekerjaan dan harga diri mereka lebih penting ketimbang menghargai perbedaan anaknya serta kesehatan anaknya sendiri.

Jujur saja Asten sudah muak menghadapi segalanya, yang terjadi hampir seumur hidupnya. 

"Kalian berbicara seperti ini seolah peduli sama aku. Kemarin, saat aku koma di rumah sakit, kalian kemana?"

"Oh astaga aku lupa. Kalian mengurus bisnis di luar negeri dan lebih mementingkan acara tahunan di universitas kak Hazel." tuturnya tersenyum kecut. Ada rasa sakit di lubuk hatinya mendapati kenyataan yang begitu menyayat.

"Jangan mengalihkan pembicaraan!" ucap Wijaya menggeram kesal.

Asten tidak peduli dengan gertakan Wijaya, dia melanjutkan ucapannya, "aku capek dan Papa sama Mama juga pasti capek 'kan? Kalau gitu, aku akan pergi. Setelah aku pergi, kalian bisa hidup dengan damai bersama putra kesayangan kalian. Tolong, kali ini jangan halangi langkahku." 

Setelah menuturkan isi hatinya, Asten berlalu begitu saja. Meninggalkan kebingungan untuk kedua orang tuanya.

"ASTEN BERHENTI!! KAMU GAK BISA PERGI GITU AJA DARI RUMAH INI!" teriak Jessica mengejar Asten yang hampir mencapai pintu keluar.

Namun, Wijaya menghentikannya untuk mengejar Asten. "Biarin dia pergi. Paling besok pulang lagi." ucapnya.

"Tapi Pa, gimana kalau Asten gak pulang?" 

Wijaya mengelus punggungnya, "anak nakal itu sekali-kali harus di hukum. Biarin dia hidup dijalanan untuk sementara waktu. Dia gak akan berani buat tinggalin kita." 

Pertengkaran malam ini membuat Asten semakin berkecamuk. Sudah cukup dirinya mendapatkan penolakan dari Keenan untuk menemui pujaan hatinya, sekarang ia harus keluar dari rumahnya sendiri.

Tidak ada tempat yang bisa Asten singgahi selain basecamp black lion. Ia, dengan kecepatan sedang melajukan sepeda motornya.

Namun, saat dirinya melintasi sebuah mini market, pandangannya tak sengaja melihat sosok yang sedang dia rindukan.

Asten memberhentikan lajuannya. Senyumnya mengukir, ketika Kaycia memasuki mini market tersebut dengan wajah cerianya. Ada ketidakrelaan yang ia rasakan, ingin sekali bibir itu terukir karenanya.

Asten menguatkan cekalannya di stang motornya, keinginan untuk merengkuh tubuh Kaycia ke dalam pelukannya begitu menggebu. 

Saat memikirkan bagaimana caranya untuk bisa bertemu Kaycia, tak sengaja sebuah ide terlintas dibenaknya saat melihat sosok badut beruang di depan mini market.

Asten melepas helmnya, dan menemui pemilik badut tersebut.

"Apa boleh saya pinjam kostumnya sebentar? Saya kasih berapapun untuk menyewanya."

My Nerd Is Perfect Where stories live. Discover now