Bab 44

376 27 8
                                    

Happy Reading Guys!!

Meskipun telat, aku mau mengucapkan "minal 'adin wal-faizin, mohon maaf lahir dan batin"🙏

Maaf jikalau aku ada salah yang menyinggung hati kalian atau ada kekesalan yang diperbuat sama aku🙏

Aku harap untuk kedepannya, bisa up lebih sering lagi ... Tolong doakan aku guys untuk iniಥ⁠‿⁠ಥ

Sangat berharap juga kalian bisa memaafkan aku༎ຶ⁠‿⁠༎ຶ
.
.
.
.
.

"Serius, cuma jalan-jalan sebentar?" tanya Keenan diambang pintu, memperhatikan tampilan Kaycia yang begitu cantik seolah ingin pergi berkencan.

Kaycia mengangguk semangat. Sejujurnya, ia sengaja bernampilan secantik mungkin karena tak mau Asten melihatnya jelek. Semenjak perasaannya berkembang tak karuan, pikiran Kaycia mengenai itu timbul begitu saja.

Kaycia berharap, Asten bisa melihatnya selalu manarik dan cantik.

"Cia berangkat, bye kak Keen ..." pamitnya, tak lupa mengecup singkat pipi Keenan.

Asten bersama motornya sudah terparkir tak jauh dari kawasan mansion Castelo. Sengaja untuk menghindari kecurigaan Rasello, Kaycia memintanya untuk tidak menjemputnya di depan gerbang mansion.

Dengan senang hati Asten menuruti permintaannya. Ia sudah cukup senang Kaycia menerima tawaran untuk menghabiskan weekend bersama, bahkan kini senyumnya tak lepas dari bibirnya dibarengi oleh senandung kecil menunggu peri kecilnya muncul.

"Hai," malu-malu Kaycia menghampiri Asten.

Tatapan Asten terpaku, terpesona dengan penampilan Kaycia yang begitu--

"Cantik."

Pipi Kaycia bersemu merah mendengar ucapan spontan Asten. Menyadari ucapannya, Asten berdehem kecil seraya menggaruk tengkuknya.

"Ayo, naik."

Kaycia mengangguk, siap menunggangi kuda besi bersama Asten. Tangannya pun tanpa disadari melingkar di pinggang Asten.

Tentu tindakan Kaycia membuat hati Asten bungah, tanpa diminta Kaycia berinisiatif untuk memeluknya.

Matahari pagi itu bersinar begitu terang, seperti dua sejoli yang tampaknya sedang kasmaran namun tak berani saling mengungkapkan. Mereka, menyusuri jalanan dengan obrolan kecil dan gurauan.

"Udah sarapan?" tanya Asten disela obrolan mereka.

"Udah, tadi Papa yang masakin."

"Papa lo bisa masak?" tanya Asten, jika iya luar biasa sekali Papa mertuanya. Eh maksudnya calon mertua.

Bisa saja 'kan jodohnya memang Kaycia, dan suatu saat nanti dia bisa belajar memasak bersama mertuanya. Membayangkannya saja sudah membuat Asten senyum-senyum sendiri seperti orang gila.

"Emm, sebenarnya Papa gak bisa masak. Cuma aku dan kak Keen berusaha tetap makan masakan Papa walaupun rasanya aneh. Hahaha ..." jujur Kaycia diakhiri tawa.

"Ppfft, hahaha ..." Asten ikut tertawa, ternyata khayalannya tadi ambyar ketika mendengar penuturan Kaycia.

Obrolan dan gurauan mereka terhenti ketika bibir pantai mulai terlihat. Sungguh, Kaycia begitu senang. Terakhir kali ia ke pantai sudah sangat lama sekali.

"Gimana, suka?" tanya Asten, menoleh kepada Kaycia yang tengah menghirup udara pantai dalam-dalam. Lucu sekali, pikir Asten.

"Suka!" jawab Kaycia senang. Lalu, melepas alas kakinya dan berlari mendekat menuju ujung bibir pantai. Melihat itu, Asten pun mengikutinya.

My Nerd Is Perfect Where stories live. Discover now