Bab 11

2.1K 119 47
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

...............


Setengah hari penuh Kaycia terkurung di dalam basecamp milik Asten.

"Mau ke mana lo?" tanya Asten saat melihat Kaycia ingin melangkah keluar dari sana.

"Pulang," ketusnya kesal. Bagaimana tidak kesal, setengah hari ia terkurung dan harus meninggalkan pelajarannya karena hukuman konyol Asten.

"Kata siapa lo boleh pulang?" ujar Asten.

"Emangnya siapa yang larang gue pulang ke rumah gue sendiri?" tanya balik Kaycia menjawab pertanyaan bodoh Asten.

Asten yang memang sedari tadi moodnya sudah tidak bagus, dan kini harus menahan emosinya mendengar selorohnya Kaycia.

Ingat ini, Asten sangat tidak bisa mengontrol emosinya. Jadi, tanpa menjelaskan apapun pada Kaycia, ia langsung menariknya keluar dari basecamp.

"Eh, lo mau bawa gue ke mana?" panik Kaycia, pasalnya Asten tiba-tiba memintanya untuk menaiki motornya.

"Tutup mulut lo sebelum gue kasih sesuatu di sana!" ucap sinis Asten.

Spontan saja Kaycia merapatkan mulutnya. Otaknya berputar pada ingatan di kantin tadi. Di mana, Asten melemparkan sebuah sambal pada seorang siswi. Ia tidak mau Asten melakukan itu padanya.

Padahal dirinya tadi sangat pemberani, dan kini hanya mendengar kalimat ancaman dari Asten saja sudah membuatnya menciut. Ini bukan saatnya untuk membantah ucapannya.

Tapi setelah beberapa saat ia berpikir, jika ia mengikuti Asten pasti kedua kakak dan orangtuanya mengkhawatirkannya. Apalagi mengingat Papa dan kedua kakaknya itu sangat posesif padanya. Bisa habis ia jika harus mengikuti Asten.

"Sorry kak, tapi gue gak bisa ikut lo. Gue udah di jemput sama orang rumah. Lain kali aja gue ikut ya," tolak Kaycia selembut mungkin.

Ia berusaha agar tidak menimbulkan percikan api. Namun, sepertinya usahanya gagal membujuk Asten.

Buktinya saja sekarang, tanpa ingin Kaycia bicara lagi Asten tiba-tiba saja memasangkan helm di kepala Kaycia dengan kasar, lalu mengangkatnya ke atas motor.

Ingin meronta pun rasanya Kaycia tidak bisa. Jadi dengan hati yang dongkol dan penuh paksaan, ia ikut bersama Asten.

"Kenapa kak Asten bawa gue ke sini?" tanya Kaycia setelah turun dari motor Asten. Asten membawanya ke sebuah gedung apartemen, yang Kaycia tebak itu adalah milik Asten.

"Menurut lo?" seringai Asten.

Kaycia menyilangkan tangan di dadanya. "Jangan macam-macam ya kak!" ucapnya memperingati.

Asten menarik sudut bibirnya, lalu menoyor kepala Kaycia, "Gue gak mungkin nyentuh tubuh jelek lo! Muka lo aja sejelek ini, apalagi tubuh lo!"

Kaycia melepas silangan tangannya, "syukur deh," ucapnya santai walau hatinya sedikit tersentil oleh ucapan Asten.

My Nerd Is Perfect Where stories live. Discover now