Bab 12

2.1K 126 16
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.
.
.

"Kalau gue menang, gue bakal bawa dia?" tanya Karl.

"Hey, sejak kapan seorang Karl Castelo tertarik sama barang taruhan kali ini?"

Lagi-lagi, Karl hanya bisa memendam emosinya, "bukan urusan lo gue tertarik ataupun nggak. Sekarang, kita mulai. Lo harus serahin dia kalau gue menang!" ujar Karl seraya memakai kembali helmnya.

"Oke!" jawab Asten menarik sudut bibirnya.

Pertandingan antar dua kubu pun di mulai, satu tembakan yang mengudara menjadi awal start mereka. Terlihat, tidak ada yang mau mengalah dari pertandingan ini. Keduanya sama-sama mencoba menjatuhkan satu sama lain.

Jalanan penuh elokan itu akan menjadi saksi bisu kemenangan dan kekalahan diantara keduanya. Asten, pria penggila jalanan itu menambahkan kecepatannya, kala melihat sang rival meliukkan kuda besinya lebih gesit darinya.

Asten tidak mengira, malam ini rivalnya itu terlihat lebih ambisius untuk memenangkan pertandingan ini.

Asten yakin, ada sesuatu antara rivalnya dan si cewek cupu. Jika tidak ada apa-apa diantara mereka, tidak mungkin rivalnya ini berubah menjadi ambisius dan agresif.

Beberapa lap telah mereka lewati, kini tinggal satu lap yang tersisa. Di depan mereka, sudah terlihat tanda finish. Keduanya sama-sama menambah kecepatan.

'Gue harus menang!' batin Karl, memikirkan taktik untuk memenangkan pertandingan ini.

Harapannya untuk menang sangat kecil, mengingat segila apa Asten di jalanan. Namun, kali ini Karl tidak akan membiarkan itu terjadi. Demi Kaycia, dia rela melakukan apapun.

Tanpa sepengetahuan Asten, Karl membanting setirnya kearahnya. Melihat itu, tentu Asten terkejut. Bahkan motornya dengan milik Karl sangat dekat dan hampir bersenggolan.

Karl tersenyum smirk, lalu kembali membanting setirnya lebih dekat pada Asten. Sekarang, karena ulahnya membuat Asten oleng hampir terjatuh karenanya. Melihat kesempatan itu, Karl menambah kecepatannya dan berhasil mencapai finish.

Kaycia, yang sedari tadi memperhatikan pertandingan kakaknya begitu merasa khawatir.

Ia terus saja berdoa dalam hati agar Karl tidak kenapa-kenapa dan berharap Karl menang dari pertandingan ini, supaya Karl bisa membawanya pergi.

Hingga Karl mencapai finish, Kaycia baru merasa lega. Apalagi melihat kakaknya itu tengah menghampirinya. Sesaat dia merasa senang, lalu terlintas dipikirannya tentang perbincangannya dengan Karl tempo hari mengenai Black Lion.

Senyumnya menghilang saat itu juga. Rasa khawatirnya bertambah, ia takut akan terjadi sesuatu jika identitasnya terbongkar.

Ia akan lebih takut jika kakaknya terluka oleh ulah mereka, mengingat dirinya memiliki masalah serius dengan Asten.

"Gue menang, kasih dia ke gue." ucap Karl pada beberapa anak Black Lion.

Baru saja salah satu dari mereka ingin menyerahkan Kaycia, tiba-tiba saja Asten menghentikannya.

"Itu gak sah! Jangan kasih dia!" teriak Asten.

"What? Gue udah berhasil capai finish, dan lo bilang itu gak sah?"

"Lo curang, jadi itu gak sah!" Asten menarik Kaycia ke belakangnya.

Karl tertawa kecut, "oh, lo gak terima sama kemenangan gue jadi lo nge-klaim kalau ini gak sah?"

"Lo gak akan menang kalau lo gak pake cara murahan buat gue hampir jatuh!"

"Itu trik bro, lo gak bodoh tentang masalah trik. Sekarang, serahin dia!"

Asten melangkah maju, mendekati Karl, "ada hubungan apa lo sama si cupu?" tanyanya menyunggingkan senyumnya seolah menantangnya.

Karl terdiam, dugaannya benar. Asten pasti akan menanyakan itu. Asten memang tipe yang berhati-hati dan peka pada situasi semacam ini.

"Kenapa, lo tertarik sama cewek yang lo sebut cupu? Lo takut kalau gue dan dia punya hubungan khusus?" ujar Karl, seakan tahu kelemahan Asten.

Benar saja, Asten terlihat mengeratkan rahangnya. "Jaga ucapan lo! Tipe gue gak serendah itu!"

Ucapan Asten, terdengar menyakitkan di telinga Kaycia. Sebisa mungkin, Kaycia menahan dirinya. Karl pun sama halnya dengan Kaycia, dia tak terima adiknya dianggap murahan oleh rivalnya.

"Kalau gitu, serahin dia sama gue. Kebetulan tipe gue kayak dia."

Asten tertawa keras, lalu berkata, "di liat-liat, kalian bener-bener cocok!" Asten menarik Kaycia dan melemparnya pada Karl.

Dengan sigap, Karl menahan tubuh Kaycia yang hampir saja terjatuh.

"Bisa pelan-pelan gak sih!" gertak Kaycia.

Asten tak memperdulikan gertakan Kaycia, "selamat bersenang-senang,"

"See you cupu," Asten menepuk kepala Kaycia sebelum dirinya dan teman-temannya berlalu dari sana.

"Karl, lo beneran mau seneng-seneng sama —" ucapan Danu, teman Karl, terhenti oleh ucapan Fahri, salah satu sahabat baik Karl. Perlu diketahui, hanya Fahri lah yang tahu siapa itu Kaycia.

"Sstt, kita mending pulang. Gue traktir kalian minum ..." sela Fahri merangkul Danu, terdengar sorakan dari Geng Phoenix menyambutnya. Mereka pun pergi meninggalkan Kaycia dan Karl.

"Yuk kak, kita pulang," baru saja Kaycia membalikkan badannya, tiba-tiba saja telinganya di tarik.

"Aduhv.... Aduh kak!"

"Lo dari mana aja, hm? Papa, Mama, kak Keen dan gue khawatir dari tadi sore!"

Kaycia menampilkan deretan giginya, "maaf kak, Cia juga gak nyangka hal ini bakal terjadi."

Karl melepas tarikannya, "gue juga udah kasih peringatan sama lo, buat jauhin Black Lion! Tapi kenapa sekarang lo malah terlibat sama mereka?"

Kaycia mengangkat kedua jari telunjuk dan tengahnya, "Cia berani sumpah kalau Cia gak melibatkan diri sama mereka. Malah mereka sendiri yang selalu cari gara-gara sama Cia. Katanya penampilan Cia bikin mereka sakit mata." jujur Kaycia.

Mendengar penjelasan Kaycia, bukannya semakin memperingan pikirannya, malah membuat pikirannya lebih berkecamuk.

"Kita pulang dulu, abis itu kita bicarain ini."

"Tunggu kak, Cia mau ganti baju dulu. Gak mungkin 'kan, Cia pulang sama pakaian ini?"

Pandangan Karl menatap Kaycia dari atas hingga bawah, Karl memijat pelipisnya. "Kita cari toilet umum." ucapnya seraya menuntun Kaycia pergi dari sana.
.
.
.
.
.
.

TBC

TBC

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
My Nerd Is Perfect Where stories live. Discover now