Bab 39

1K 62 16
                                    

Happy Reading Guys
.
.
.
.
.
.

Langkah kaki Kaycia berderap menyusuri lorong sekolah. Helaan nafas terdengar melirih di sela mulutnya.

"Kenapa harus di keluarin sih!!" gumamnya.

Ia teramat menyesal karena telah melupakan tugas sekolahnya, sekarang dirinya harus di keluarkan dari kelas. Bukan tanpa alasan, itu semua tak ia ingat karena menemani Viola di rumah sakit.

Ah, sepertinya ia tidak seharusnya menyalahkan sang Mama.

Saat pandangan terus menatap bawah, tak sengaja kepalanya terpentuk sesuatu yang keras. Ia menggaduh, namun, ketika matanya bersitatap dengan seseorang yang tak sengaja ia tabrak, tangannya lebih dulu ditarik.

Kaycia tidak protes hanya bisa diam tangannya ditarik dan entah seseorang itu ingin membawanya kemana.

Kalian pasti sudah menebaknya, siapa dibalik orang yang menarik Kaycia. Benar, seseorang itu adalah Asten. Ia membawa Kaycia ke belakang sekolah, tepatnya taman belakang sekolah.

Tidak membiarkan Kaycia berbicara, Asten langsung memeluknya. "Lo tau gimana gilanya gue nahan buat ketemu lo, Cia?"

Kaycia ingin melepas pelukan itu, tapi Asten memperat pelukannya. "Kasih gue waktu buat peluk lo." bisik Asten.

Tanpa membantah sedikitpun, Kaycia menuruti permintaan Asten.

Setelah beberapa menit puas memeluk Kaycia, akhirnya Asten melepaskan. Jujur saja, ia senang Kaycia tidak mencoba menolak saat dirinya dengan lancang memeluknya.

Sementara Kaycia menelisik penampilan Asten yang cukup berbeda dari biasanya. Rere benar, Asten hari ini tampak berbeda. Ia hampir tidak mengenali Asten yang biasanya berpenampilan berandal.

"Lo pasti penasaran sama penampilan gue?" ucap Asten membuyarkan lamunan Kaycia.

Asten menggapai tangan Kaycia, menggenggamnya dengan penuh perhatian lalu membisik tepat di telinganya. "Lo. Lagi-lagi karena lo, babe. Semakin gue ikhlas sama perasaan ini, gue semakin gak waras. Gue gak bisa ngelupain cinta gue. Kali ini, gue akan buktiin kalau gue pantas buat lo."

Kaycia memundurkan kepalanya, berusaha menjauh. "udah aku bilang, jangan cinta sama aku ... Itu bakal buat kak Asten sakit." seraya menepis tangannya.

Asten menggeleng cepat, "gue gak peduli, bahkan---"

"CIA KAMU DI MANA?!"

Pengakuan Asten terhenti ketika mendengar suara Keenan yang tengah meneriaki keberadaan Kaycia.

Melihat Kaycia ingin menyahuti Keenan, Asten langsung menyelanya dengan berucap, "bahkan gue rela koma untuk kedua kalinya!!" tegas Asten, menarik Kaycia berlari bersamanya.

Kaycia belum siap menolak Asten, namun tenaga Asten begitu kuat menariknya. Ingin berteriak pun takut akan menimbulkan masalah. Mau tak mau langkahnya harus mengikuti Asten yang entah ingin membawanya kemana.

Berbeda dengan Kaycia yang tampak risau, Asten menarik Kaycia dengan senyum yang cerah. Sesekali Asten melirik Kaycia di belakangnya.

Perempuan pujaannya itu tengah mengikuti langkahnya, rambut indah yang terkepang dua menari ke sana kemari, peluh keringatnya sudah nampak di pelipis, tak lupa pemandangan sekitar sudah tak lagi terlihat bangunan-bangunan kokoh melainkan pepohonan rindang yang berbaris di sepanjang jalan.

Katakan saja bahwa Asten benar-benar sudah hilang akal. Ia tidak memedulikan keselamatannya, setelah ini bisa saja di hajar habis-habisan oleh Keenan dan Rasello seperti tempo hari.

My Nerd Is Perfect Where stories live. Discover now