Bab 19

2K 119 10
                                    

"Gak ada orang jahat yang ngelakuin kejahatannya tanpa alasan! Jangan sok jadi pahlawan!"

Mereka saling terdiam, menatap satu sama lain, seolah menggali sesuatu yang belum mereka pahami. Sedangkan hujan terus mengguyur mereka. Menenggelamkan keduanya dalam gelora yang asing.

"Tolong akhiri semua ini." Kaycia membuka perbincangan setelah beberapa detik terdiam.

"Lo ngatur gue?"

Kaycia menggeleng, "kakak pikir aku berani?" ucapnya menarik ujung bibirnya.

"Lo harus ingat ini kak. Apa yang lo lakuin gak akan merubah apapun, kecuali rasa sakit orang lain. Cara lo pengecut tau gak?" lanjutnya, setelah itu berbalik pergi.

Tubuh Asten membeku, mencoba mencerna lontaran Kaycia. Hatinya merasa goyah, pikirannya berkelana mencari sesuatu yang selama ini mengusik pikirannya. Tangannya bergetar, mengingat hal yang seharusnya dia lupakan.

Sedangkan Kaycia terdiam juga. Dia meraba wajahnya, melupakan jika kini tak terlapis oleh make up nerdnya. Matanya menyisir ke seluruh penjuru sekolah yang kini orang-orang tengah menatap padanya. Dia baru menyadari jika dia menjadi pusat perhatian.

Kebimbangan melanda Kaycia, tak tahu harus pergi ke mana saat situasi seperti ini. Dia terus menunduk, mencoba menyembunyikan wajahnya. Namun, sebuah tarikan mengejutkannya.

Dia mendongak, menatap Asten yang kini menatapnya juga. Keterdiaman Asten membuat Kaycia bertanya-tanya. Belum sempat menebak apa yang dipikirkan cowok di depannya ini, tanpa diduga Asten menggendongnya.

"Kak?!" panik Kaycia, menatap Asten dengan garang.

"Lo gak mau kan semua orang tau muka tanpa riasan lo?"

Kaycia spontan menggeleng.

"Lo bisa sembunyiin muka lo ke gue." ujar Asten.

Seperti saran Asten, dia menyembunyikan wajahnya di dada bidang Asten. Dia hanya diam ketika Asten membawanya pergi entah ke mana. Dia hanya bisa mendengar orang-orang tengah menjerit meneriaki dirinya. Sudah dipastikan, lagi-lagi dirinya akan menjadi bahan perbincangan.

-BUK- suara dentuman itu berasal dari tubuh Kaycia yang dilempar begitu saja oleh Asten ke atas brankar UKS.

"Bisa pelan-pelan gak sih kak?!" ringisnya memijat pinggulnya yang terasa linu.

Asten tak menyahut celotehan Kaycia. Kedua mata Kaycia membulat, terkejut melihat tindakan tak terduga dari Asten.

"L-lo mau ngapain kak?!" gugupnya.

Asten menghentikan gerakan lengannya yang tengah membuka satu persatu kancing seragamnya. Dia menatap Kaycia, menggodanya menggunakan tatapan nakalnya. Lalu melangkah lebih mendekat padanya.

Reflek saja Kaycia memundurkan kepalanya ketika wajahnya dengan wajah Asten begitu sangat dekat. Dia mulai gugup ditatap oleh Asten begitu dalamnya. Bahkan semburat rona merah di pipinya mulai menghiasi.

Asten mendekati telinganya dan berbisik, "kenapa? Bukannya lo udah pernah liat? Atau mau lebih dari ini?"

Tak hanya pipi yang merona, kini telinganya pun ikut merona. Tak tahan dengan godaan menggelikan dari Asten, dia mendorongnya kuat, menjauhinya.

"Mesum!!"

Asten tertawa kecil, lalu melemparkan selimut padanya, "pake itu. Gue pergi dulu, bye ..."

"Eh tunggu ..." Kaycia gagal menghentikan Asten yang pergi begitu saja.

Dia merasa kesal karena Asten sama saja meninggalkan saat dirinya belum memakai kembali make up-nya. Dia tidak tahu harus bagaimana, dia benar-benar takut seseorang memergokinya saat ini.

My Nerd Is Perfect Where stories live. Discover now