Bab 14

1.9K 112 11
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


.
.
.


"Ho~ siapa ini?"

Kaycia dan Rere menoleh ke arah sumber suara yang mendekati mereka.

"Eh ternyata si cupu,"

"Lid, kenapa lo undang dia?"

Kata itu terucap di mulut Fani. Matanya memandang remeh kearah Kaycia. Dia tidak pernah mengira ada manusia seperti Kaycia, pergi ke pesta pun hanya mengenakan gaun sederhana dan tanpa memakai polesan apapun.

"Dia juga kan temen kita," tutur Lidya.

Mendengar kata lembut itu kedua sudut bibir Kaycia terangkat. Dia merasa bersyukur Lidya tidak seperti teman-temannya yang lain, mengoloknya karena penampilannya yang kurang bagus. Tidak heran, Lidya merupakan primadona sekolah.

"Oh ya Lid, ini kado dari gue." Kaycia menyerahkan bingkisan berbungkus kado.

"Wih, apa nih!"

Saat Lidya ingin mengambil bingkisan kado itu dari Kaycia, seseorang merampasnya lebih cepat.

"Ren?"

Ren, Tio dan Asten menghampiri mereka. Rasanya mood Kaycia runtuh seketika karena kedatangan para setan itu. Apalagi saat Ren tiba-tiba merampas kadonya.

"Gue buka ya Lid, gue pengen tau si cupu beliin lo apa. Siapa tau barang murahan," ejek Ren, hendak membuka bungkus kado itu.

"Eh, kak Ren jangan dong! Itukan buat kak Lidya!"

"Justru itu, lo kan udah kasih ini ke Lidya jadi terserah dong mau di apain. Lagian, Lidya gak protes kado lo gue buka di sini. Iya kan Lid?" tuturnya dibalas anggukan Lidya.

Melihat persetujuan Lidya, membuatnya hanya bisa terdiam, menyaksikan sedikit demi sedikit kadonya di buka oleh Ren.

"Tas di*r? Gue gak yakin ini asli." ejek Ren menenteng tas branded pemberian Kaycia.

Semua orang khususnya para wanita membelalak melihat itu. Tas branded yang di berikan Kaycia merupakan barang yang sedang trend saat ini, dan barang itu hanya ada 4 di dunia. Sekarang mereka mempertanyakan, sebenarnya siapa Kaycia.

Kenapa barang semahal itu dibelinya bahkan dijadikan hadiah ulang tahun. Mereka pikir, sosok cupu seperti Kaycia kebanyakan dari kalangan bawah atau menengah.

Tapi, sepertinya mereka salah besar. Mereka hanya bisa menjudge Kaycia dari tampilannya saja, tanpa mau mencari tahu Kaycia berasal dari keluarga mana dan seperti apa Kaycia.

"Paling juga palsu!"

"REN!!" Lidya dan beberapa orang berteriak histeris kala Ren melempar tas itu ke dalam kolam.

Mereka tidak bodoh, barang langka seperti itu tidak mungkin ada tiruannya. Meskipun ada, tidak ada yang mungkin bisa semirip tas itu juga tidak mungkin dalam jangka dekat ini ada perusahaan menirukan tas yang baru launching.

Kaycia merasa harga dirinya jatuh oleh Ren. Tidak bisakah mereka sehari saja tidak mengganggunya. Sungguh, rasanya ingin sekali menumpahkan tetesan air mata yang kini sudah menggenang di pelupuk matanya.

"Kenapa lo lempar ke kolam sih Ren?! Itukan hadiah gue!!" protes Lidya, dalam hatinya menjerit betapa berharganya hadiah dari Kaycia. Tas itu sebenarnya impiannya, namun karena tas itu langka dan sangat mahal dia tidak bisa memilikinya.

"Barang murah kayak gitu layak di buang Lid, nanti gue beliin yang lebih mahal." timpal Ren, diikuti kekehan Tio, sedangkan Asten sedari tadi hanya menyaksikannya saja tanpa minat bergabung dengan tingkah gila sahabatnya.

"Lo gila Ren, itu tas asli dan mustahil ada tiruannya karna tas itu baru launching minggu kemarin!" frustasi Lidya, menyayangkan tasnya tenggelam di dalam kolam itu.

"Lo harus ambil Ren!" pinta Lidya.

"Ogah gue!"

"Tanggung jawab dong!"

"Gak mau! Gila aja lo, gue harus nyemplung ke sana." tolak Ren lagi.

"Gue gak mau tau, lo —"

"Guys, daripada kalian debat gak penting kayak gini, mending yang punya kadonya aja yang ambil." timpal Fani.

"A—"

Dengan sengaja, Fani mendorong Kaycia tanpa menunggu persetujuan darinya. Semua orang tertawa melihat Kaycia tercebur begitu saja.

"CIA!!"

"TOLONGIN KAYCIA WOY! DIA GAK BISA BERENANG!"

Teriakan Rere tak membuat satupun dari banyak orang berniat menolong Kaycia yang kini sedang kesusahan menggapai daratan.

"BEGO! KALIAN MANUSIA TERBEGO YANG PERNAH GUE TEMUI!" rasa pasrah melanda jiwa Rere, melihat sekitarnya seakan tak memedulikan keselamatan Kaycia. Dia ingin menyelamatkan Kaycia, tapi dia sendiri tidak bisa berenang.

-BYUR- suara ceburan itu terdengar memecahkan seisi ruangan. Semua orang tampak menanti siapa orang yang rela menyebut ke kolam yang dalam itu untuk menyelamatkan si cupu.

Saat tubuh seseorang itu telah nampak, semua orang tampak membelalak tak percaya. Ternyata, itu adalah Asten. Wajahnya yang datar, merangkul Kaycia ke dalam dekapannya.

Asten membawa Kaycia ke permukaan, berusaha menyelamatkannya dengan bantuan yang bisa dia lakukan; memompa dadanya, bahkan memberinya nafas buatan. Siapapun yang melihatnya pasti tidak akan percaya kalau itu adalah si anti perempuan.

Kata kekasih yang disematkan oleh Asten tempo hari itu ternyata memang benar. Namun, ada yang percaya juga ada yang tidak percaya setelah melihat bagaimana Asten menyelamatkan Kaycia saat ini.

"Uhuk, uhuk!"

"Ck, lo ngerepotin gue cupu!" lirih Asten membisik padanya, lalu menyampirkan jasnya ke tubuh Kaycia.

Dia menyadari kalau baju yang di kenakan Kaycia mencetak lekukan tubuhnya. Bukannya peduli, dia hanya merasa kasihan saja, dan moodnya sedang baik hari ini.

Kaycia masih belum sadar sepenuhnya, dia masih merasa pusing dan mual akibat tenggelam tadi. Namun, ditengah rasa itu tiba-tiba tubuhnya terasa melayang. Matanya membelalak, Asten menggendongnya.

'Kenapa gue ngerasa mata ini indah, kalau tanpa kacamata kebesarannya itu?' batin Asten menatap kedua mata Kaycia.
.
.
.
.
.

TBC

*Sans As, baru matanya yang lo puji indah. Belom liat wajah cakepnya ajaa Lo nanti😌

My Nerd Is Perfect Where stories live. Discover now