Bab 32

1.9K 103 15
                                    

Happy Reading Guys
.
.
.
.
.


"AHH!!"

Satu peluru menembus lengan atas Karl. Dia menggaduh, merasakan sakit yang luar biasa.

Karl memegang lengan atasnya yang mengucur deras darahnya, dia menatap Flora dengan mata yang memerah. Sedangkan Flora terdiam dengan kedua tangan yang masih memegang pistol.

"Gue kasih lo kesempatan hidup, buat mastiin dengan mata kepala lo sendiri kalau adik kesayangan lo itu udah mati!" ujar Flora menurunkan pistolnya.

Karl menggertakkan giginya. "Jaga omongan lo!"

Flora menepukkan kedua tangannya, mengkode para sniper untuk berkumpul di sana. Dan benar saja, hampir delapan orang tengah mengelilingi Karl, seolah dirinya mangsa yang siap untuk ditangkap.

Kaki Flora melangkah mendekati Karl yang tampak mewaspadainya, "ayo kita cari jasad adik lo," Flora menyunggingkan sebelah bibirnya.

Tidak terima Flora mempermainkannya, Karl melayangkan satu pukulan padanya. Namun, karena tubuhnya terus mengeluarkan darah, Karl tidak bisa mengontrol tubuhnya yang kian melemah.

Melihat kesempatan itu, Flora menendangnya hingga tersungkur. Lalu, menginjakkan kakinya di luka Karl.

"AAHHH!!" jerit Karl.

Flora semakin menekan lukanya dengan senyum kemenangan, dia berjongkok dan berkata, "jangan terlalu banyak menggonggong, kalau mau liat adik lo yang terakhir kali."

Karl tidak bisa menjawabnya, dia terus menjerit kesakitan.

"Jawab!!"

Karl mengangguk, peluh keringatnya membanjiri wajahnya, bahkan air matanya tidak bisa dia bendung karena rasa sakit yang luar biasa itu.

Flora akhirnya menghentikan penderitaan Karl. Dia memerintahkan snipernya untuk membawa Karl ke tengah hutan, mencari keberadaan Kaycia. Sekaligus menghindari kelompok orang yang dia tebak adalah sekelompok polisi.

Saat Kaycia dan Asten jatuh ke dalam jurang, Flora berada dekat mereka. Dia sengaja tidak menolong, karena berharap keduanya mati terutama pada Asten. Apalagi jurang tersebut sangat curam. Sudah dipastikan, jika mereka tidak selamat.

Saat mereka tengah menyusuri hutan, tak sengaja pandangan Karl tertuju barang yang dia temui.

Karl menggeleng keras, "nggak! Ini ~" Karl menggenggam erat pita merah muda yang dipakai Kaycia saat di pesta.

"CIA!! LO DI MANA?! AYO KELUAR ... JANGAN NAKUTIN KAKAK! PLEASE ..." teriak Karl, tubuhnya meluruh tak berdaya, ketika menemukan pita merah muda itu berada di semak-semak, dasar jurang.

"Lo percaya sekarang? Adik lo itu udah mati dan gak mungkin selamat dari jurang sedalam ini!" ucap Flora.

"DIEM BANGS*T!! CIA GAK MUNGKIN MATI!! NGGAK!!" tangis Karl pecah, dia bahkan tidak memedulikan imejnya di depan musuhnya.

Dia hanya memedulikan Kaycia, berharap kejadian ini adalah mimpi, berharap semua ini bohong, berharap adiknya baik-baik saja.

"Sekarang ... Lo rasain juga 'kan, gimana perasaan gue saat itu? ADIK GUE MATI!! DAN ITU KARENA KALIAN!!!"

"AAHH!!! UDAH GUE BILANG, GUE GAK BUNUH ADIK LO, BRENGS*K!!" nafas Karl menggebu, air matanya terus saja mengalir.

Penuh amarah, Flora menarik pistolnya dari sakunya dan kembali mengarahkan pada Karl. "Pembohong dan pencundang kayak lo, pantas mati!!" serunya.

My Nerd Is Perfect Där berättelser lever. Upptäck nu