Bab 9

2.2K 119 9
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

....................


Dengan langkah yang mengendap layaknya seorang pencuri, Kaycia memasuki mansion. Ia terus berdoa dalam hati, agar keluarganya tidak memergokinya saat ini.

Bukan apa-apa, ia hanya takut dengan penampilannya seperti ini akan membuat keluarganya memberi berbagai pertanyaan.

Bagaimana tidak, penampilannya saat ini sungguh terlihat kacau. Potongan rambut yang tak rapih, atasan baju yang berbeda, rok yang terlihat sedikit bernoda karena Rere hanya membawa bajunya untuk ia pinjamkan pada Kaycia.

Namun, satu langkah lagi dirinya akan berhasil memasuki kamarnya, tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya.

Kaycia mematung, memejamkan matanya erat seakan sudah siap diberi berbagai pertanyaan. Yang membingungkan, bagaimana dirinya harus memberi alasan yang masuk akal untuk kondisinya ini? pikirnya.

"Lo kenapa jalan kayak maling?"

Jantung Kaycia semakin berdetak cepat. Lalu, tak ingin mengambil resiko lebih, dirinya langsung menarik lengan Karl ke dalam kamarnya.

"Kenapa lo—" ucapannya terhenti kala Kaycia membekap mulutnya.

"Jangan berisik kak Karl," bisik Kaycia dibalas anggukan oleh Karl.

Kaycia pun melepas tangannya dari mulut Karl.

"Tunggu, ada apa sama kondisi lo? Terus rambut lo? Jangan-jangan, abis di bully ya?" ujar Karl dengan sederet pertanyaannya.

Inilah yang Kaycia takuti. Ini saja baru Karl yang memberinya berbagai pertanyaan, apalagi kakak pertama dan kedua orangtuanya.

Bisa-bisa Papanya akan mengeluarkannya dari sekolah, lalu ia harus melalui hari-harinya seperti dulu. Oh tidak, memikirkannya saja sudah membuat Kaycia jengah.

"Bu-bukan ... rambut Cia begini karna main game sama temen-temen kelas." ujarnya seraya tersenyum kikuk.

Karl memincingkan kedua matanya, melihat apakah Kaycia berbohong atau tidak.

"Gue tau lo bohong."ucap Karl, tampak serius.

Kaycia menundukkan kepalanya. Benar, kakaknya sangat mudah mengenalinya. Sejak kecil, kedua kakaknya selalu mengetahui dirinya berbohong atau tidak. Dia tidak bisa mengelak lagi selain mengatakan yang sebenarnya.

"Kak Karl janji, gak akan kasih tau siapapun kalau Cia jujur?"

"Gak ada janji-janji. Cepet jujur,"

"Kak Karl, janji dulu ..." Kaycia menyatukan kedua tangannya dan menunjukkan puppy eyes-nya di depan Karl.

Melihat itu, Karl memejamkan matanya. Sial, Kaycia tau kelemahannya.

Karl berdecak, "Ck, iya-iya ... Gue janji," jawabnya. Kedua pipinya sudah memerah karena tak tahan melihat wajah imut Kaycia.

My Nerd Is Perfect Where stories live. Discover now