Bab 34

1.9K 120 31
                                    

Happy Reading Guys
.
.
.
.


"Bukan gini caranya pulang, kak."
-Kaycia-
.
.
.

"Bagaimana keadaannya, Dok?"

"Dia baik-baik aja, hanya ada beberapa luka goresan di bagian tubuhnya. Tapi, tidak serius." jelas sang Dokter setelah memeriksa Kaycia.

Semua orang menghela lega. Kekhawatirannya terhadap Kaycia berubah menjadi ketenangan. Namun, tidak seutuhnya ketenangan itu ada.

Mereka masih memikirkan keadaan Karl yang tak kunjung pulang. Menghubunginya pun tidak ada gunanya, karena ponsel Karl tidak dapat dihubungi.

Satu hari, dua hari, sampai tiga hari, tidak ada titik terang dari keberadaan Karl. Sedangkan Kaycia belum mengetahui bahwa kakaknya telah menghilang. Mereka sengaja menyembunyikan hal tersebut darinya, karena memikirkan kondisi Kaycia.

"Kak Keen, kenapa kak Karl belum juga pulang? Kak Karl marah ya sama Cia?" tanya Kaycia seraya memakan apelnya.

Kegiatan Keenan yang tengah mengupas kulit apel terhenti, "sebentar lagi kak Karl pulang, kamu gak perlu khawatir." hanya kalimat itu yang bisa Keenan ucapkan sebagai alasan.

"Kak Keenan gak bohong, 'kan?"

Keenan tersenyum kecil, mengelus lembut puncak kepala Kaycia, "makan apelnya banyak-banyak ... Supaya cepat sembuh."

"Kak Keen--- AH!!"

Suara petir mengguncang langit sore itu. Langit yang berwarna senja, berubah menghitam. Gorden-gorden melambai akibat angin yang cukup kencang menerpanya. Perubahan cuaca sore itu terlalu mendadak.

Hujan turun dengan derasnya. Pemandangan disekitar tak terlihat bentuknya, hanya bayangan semu yang diciptakan oleh hujan yang sangat lebat.

"Kak Ello, Ola ke kamar anak-anak dulu." ucap Viola, mengkhawatirkan keadaan anak-anaknya di tengah badai ini. Apalagi hatinya tengah risau memikirkan Karl.

Viola mengambil langkahnya pelan hendak menutup knop pintu kamarnya. Namun, seorang tukang kebun keluarga Castelo menghampirinya.

Pak Yudo, nama tukang kebun tersebut. Dia, dengan tubuh menggigil karena baju yang basah terkena hujan memberitahu Viola jika di luar sana ada sebuah paket yang terbungkus kardus besar.

"Siapa pengirimnya?" tanya Viola sambil menuruni tangga.

"Saya kurang tau, di sana gak tertera nama pengirimnya." tutur pak Yudo.

Viola, meneliti kardus besar di depannya. Kardus itu tampak misterius.

"Panggilkan suami saya, pak."

"Baik,"

Tak berani membukanya seorang diri, Viola menunggu Rasello. Setelah suaminya itu datang, dia memintanya untuk membukakan kardus tersebut.

Perlahan, Rasello membuka kardusnya dibantu oleh pak Yudo. Saat tutup kardus sudah terbuka, Viola melihat tubuh suaminya membeku, dan wajahnya berubah pucat.

Penasaran dengan yang dilihat oleh Rasello, Viola ikut melihatnya. Matanya membulat, wajahnya berubah menjadi pucat pasi, dan jantungnya tiba-tiba saja tidak bisa menompa dengan normal.

Rasello menangkap tubuh Viola yang hampir terjatuh. Viola berkali-kali menggelengkan kepalanya, berusaha menyingkirkan mimpi ini. Dia, memukul dadanya yang kian menyakitkan.

My Nerd Is Perfect Where stories live. Discover now