Bab 43

500 28 9
                                    

Happy Reading Guys
.
.
.
.
.
.

Keenan tengah menatap tajam Asten karena telah berani membawa Kaycia tanpa seijinnya, walau ia sudah menyepakati perjanjian dengan Asten, tapi tetap saja Asten harus meminta ijin padanya.

Sedangkan Kaycia menelan salivanya susah payah, takut-takut kakaknya itu akan membuat keributan ditengah-tengah perhatian semua orang.

Ternyata perkiraan Kaycia salah. Justru Keenan membawanya begitu saja tidak seperti biasanya yang akan menghajar Asten terlebih dahulu untuk menuntaskan rasa kesalnya.

Tidak seperti Kaycia, Asten sudah menduga hal ini akan terjadi. Maka dari itu, ia tak takut lagi jika harus membawa Kaycia pergi secara terang-terangan di hadapan Keenan.

Tak seperti hubungan Asten dan Keenan yang terlihat sepertinya lumayan baik, orang-orang disekitar mereka justru huru-hara membicarakan kehangatan hubungan ketiganya tanpa tahu yang sebenarnya.

"Tuh 'kan apa gue bilang, Asten sama Kaycia emang pacaran. Gue masih inget Asten mengklaim kalau mereka pacaran sebelumnya."

"Iya gue juga masih inget. Lagian si Lidya sok ngaku-ngaku banget pacarnya Asten."

"Hahaha, bener gue gak nyangka dia klaim dirinya sendiri kalau pacarnya Asten. Apa jangan-jangan cinta bertepuk sebelah tangan?"

"Kayaknya iya, buktinya aja tadi dia percaya diri banget kalau pacarnya Asten."

Begitulah kira-kira dari sebagian orang yang membicarakan hubungan mereka. Lidya yang tak sengaja mendengar itu tak kalah sebalnya dari sebelumnya.

"Liat, apa yang gue lakuin nanti!" gumam Lidya menggeram kesal.

"Kak ..." panggil Kaycia menarik ujung baju Keenan.

"Hm," dehem Keenan menjawab.

"Kak Keen marah?" tanyanya memastikan.

"Nggak."

"Beneran? Kak Keen gak akan diemin Cia karena hal ini?"

"Nggak, Cia." kini Keenan sambil mengelus puncak kepala Kaycia. Tentu yang ditanya sangat senang mendengar jawaban itu.

.........

Rembulan yang tertutup awan hitam membuka renungan untuk Kaycia. Ia, menatap figura keluarganya, mengelus sayang potret Mama dan sang kakak kedua. Setitik air matanya menjadi bisu kesedihannya malam ini, rindu dengan kehadiran mereka.

"Mama ... Kak Karl ..." lirih Kaycia.

Sangat sepi rasanya tanpa kehadiran kedua sosok keceriaannya. Tidak bisa dipungkiri, sekuat apapun Kaycia mencoba kuat, ia tidak bisa menutupi rasa rindu dan sedihnya.

Ceklek--- pintu kamarnya terbuka, terlihat sosok Rasello memasuki kamar.

Seperti Kaycia, Rasello pun masih merasakan duka yang mendalam. Ia melangkah menghampiri Kaycia yang sedang bersedih hati.

Mengelus pelan kepala Kaycia, Rasello berucap lembut, "kenapa belum tidur, hm?"

Kaycia mendongak, wajahnya penuh air mata, "Cia kangen Mama sama kak Karl. Biasanya jam segini mama ke kamar Cia dan kak Karl pasti jailin Cia sebelum tidur." isaknya.

Semakin sesak melihat putri semata wayangnya menangis tersedu-sedu. Rasello sedikit menanggah menghentikan air matanya yang hampir terjatuh, "sayang ..." Rasello melepas figura ditangan Kaycia, kembali meletakkan di atas nakas kemudian menidurkan Kaycia perlahan.

My Nerd Is Perfect Where stories live. Discover now