not a bitch

957 112 157
                                    

Tzuyu keluar dari kamar mandi dengan bathrobe yang melingkar ditubuhnya setelah hampir 35 menit berdiam diri disana. Sebagian besar waktunya digunakan untuk menatap pantulan dirinya di cermin yang dipenuhi tanda kepemilikan yang disematkan Sana di seluruh permukaan badannya.

Lelehan air mata mengalir mengingat bagaimana kasarnya perlakuan Sana semalam dan lagi kebungkamannya tadi pagi betapa mengoyak hati moengil Tzuyu. Kenyataan, Sana tidak pernah memandangnya sebagai orang terkasih. melainkan sebatas partner dalam permainan nafsunya saja. Tidak lebih!

Miris

Nampaknya... Dirinya memang layak jika harus dikategorikan sebagai seorang simpanan yang tidak tahu diri karna telah berani mengharap cinta yang suci.

Tzuyu mengipasi wajahnya, membersut hidung dan mencoba menenangkan dirinya. Sebelum kemudian Tzuyu melanjutkan langkahnya dengan debaran jantung yang menggila lantaran tahu ia tidak sendirian dirumahnya yang besar ini, di ruangan berbeda ada Sasha yang tengah menunggunya.

Sejujurnya kalau bukan karna bujukan nenek Kim, Tzuyu enggan buat diantarkan Sasha pulang. Ia terlalu malu, merasa sudah kehabisan muka.

Ntah tindakan apa yang akan dilakukan Sasha untuk meluapkan segala emosi terhadapnya, Tzuyu sudah siap menerima konsekuensi itu dengan pasrah.

Pintu kamar toilet digeser berbarengan dengan Sasha yang memutar badannya dan .. oh gosh .. jantung Sasha hampir melompat keluar saat menatap tubuh basah Tzuyu yang kini hanya berbalut handuk.. she's so hot

Sasha sampai mengeratkan pegangannya pada kotak p3k yang sedang ia bawa atau kotak itu akan terjun ke lantai secara tidak etis.  Sasha cepat menyadarkan dirinya sendiri

Tzuyu dibuat gugup melihat Sasha yang bergerak mendekatinya. Pelan namun pasti, satu tangan Sasha meraih pergelangan Tzuyu dan membawanya duduk diatas ranjang.

Sasha membuka kotak ditangannya, lalu mengambil salep. Tujuannya tak lain, mengobati sudut bibir merona Tzuyu yang sobek akibat kebrutalan Sana. Bibir merona yang setelah ini hanya boleh dinikmatinya seorang.

"Shaa, l-lo gak marah?" Tanya Tzuyu menghentikan pergerakan Sasha

"Gue marah kalau lo gak diem"

Tzuyu auto mingkem dan memalingkan sedikit wajahnya sebagai batas terakhir agar nafas mereka tidak terlalu beradu saat Sasha mulai pokus mengolesi bibirnya dengan jarak yang sangat minim.

Shit

Sasha mengumpat keras dalam hati begitu pokusnya terbagi pada leher Tzuyu yang terdapat bercak merah bekas Sana.

Kemudian pandangannya buru-buru ia alihkan pada kedua tangan Tzuyu yang memar, mengompresnya dengan handuk mini yang sudah ia masukan ke air es. Meletakkan tangan itu diatas pangkuannya, di pahanya.

Jujur berat, mendapat perlakuan manis tak terduga dari Sasha. Tzuyu merasa tidak nyaman dalam hati. Apalagi setelah semua yang terjadi seharian ini. Namun disaat yang bersamaan pula Tzuyu tak kuasa untuk menolak, ia hanya tidak ingin menambah emosi dan perasaan campur aduk diantara keduanya.

Tzuyu memperhatikan wajah Sasha dari samping, tampilan Sasha masih sama seperti semalam. Gadis itu masih mengenakan dress hitam, wajahnya nampak dingin dengan rahang mengeras. Sudah dipastikan otak Sasha tengah dipenuhi kejutan yang menusuknya bertubi.

"S-sha"

Sasha menoleh, dan sial.. lagi-lagi tatapannya jatuh pada kotoran merah dileher jenjang Tzuyu. Dadanya naik saat Sasha menghembuskan nafas berat, wajahnya memerah lagi.

"Gue udah ambil keputusan"

Mata Sasha menatap lurus kearah Tzuyu, menunggu sekiranya keputusan apa yang dimaksud.

Calon Mama is Mine (Tzuyu twice)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang