Perdebatan Para Bunga

431 52 11
                                    

Teruntuk siapa pun yang pernah menjadi Nona Patah Hati.

*

*

*

*

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

.
.
.

Jendela memang begitu baik, mengizinkan sepasang mata sewarna ametis itu melihat apa yang ada di baliknya. Namun, terkadang juga sedikit genit, sebab refleksi yang terpantul dari kacanya menjadi semakin menarik perhatian saat apa yang dipantulkannya adalah bayangan seorang lelaki yang sangat segar. Baru muncul akhir-akhir ini pula, menjadi berita hangat di kalangan para gadis lajang Kota Timur.

Bunga aster sudah berusaha memperingatinya, bahwa Ane (dibaca An) tidak seharusnya terus menengok ke luar jendela di tengah-tengah pekerjaannya menjual bunga. Dari dulu ia tumbuh di tengah-tengah bunga bersama ibunya, lalu untuk apa sekarang memperhatikan sesuatu yang lain selain bunga? Ane agaknya sedikit membuat aster kecil cemburu.

Tetapi bunga aster tidak salah, karena bunga tansy juga merasakan aura permusuhan dari lelaki berambut pirang lurus acak-acakan itu. Matanya yang sewarna laut membuat dia terkesan urakan. Namun, bunga mawar menyangkal itu semua. Lagi pula, lelaki itu cukup tampan, dan sebagai bunga dengan bahasa cinta, bunga mawar dapat merasakan sedikit warna romantis dari sorot biru mata tajam itu.

Sedangkan Ane, ia hanya bersandar di balik meja kasir tanpa memedulikan apa yang dipikirkan para bunga. Sibuk dengan pikiran sendiri saat mata ametisnya terpaut pada sosok di balik jendela. Tak merasakan aura permusuhan maupun aura romansa. Hanya saja ia tersenyum kala pintu toko bergemerincing menyambut lelaki itu masuk. Membuat bunga aster kecewa, bunga tansy berapi-api, dan bunga mawar meleleh.

To Make A Goddess Where stories live. Discover now