Akibatnya

113 40 5
                                    

*****

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*
*
*
*
*

Cat hijau yang luntur di pintu tampaknya menerima siksaan yang begitu keras hari ini. seorang gadis baru saja mendobraknya asal tanpa peduli pintu reyot itu akan rubuh atau tidak. Ane masuk dengan langkah menghentak dan kerlingan mata yang sontak menyisir seluruh sudut ruangan. Mencari dalam gelap kala detak jantungnya menderu. Tetapi jelas, ia tak terlihat peduli dengan itu.

Gelap memenuhi ruangan dengan sempurna. Ane bahkan tak dapat melihat meja bundar dan keempat kursi beda bentuk yang tempo waktu ia temui di tempat Eros. Tetapi seluruh perintilan ruangan itu tidak penting jika Ane tak bisa menemukan pemiliknya.
“Eros! Kau ada di sini?”

Gadis itu melangkah. Kaki-kakinya tak bisa bergerak terlalu bebas karena khawatir menabrak sesuatu. Ruangan itu terlalu sempit untuk disusuri dalam keadaan mata yang tidak bisa melihat apa-apa.

Sekonyong-konyong suara gesekan korek api pada pematik terdengar memecah lengang. Cahayanya yang tak seberapa, menarik perhatian Ane sebelum apinya berpindah ke atas sebuah lilin yang berdiri paling tinggi. Memberi penerangan yang cukup untuk memunculkan wajah Eros di tengah gelap.

“Hati-hati dengan pintunya, Nona Patah Hati. Aku tidak mau lagi ada yang patah selain hatimu.” Lelaki itu berucap dengan amat santai. Seolah tidak menyadari nada serius dalam panggilan Ane tadi. Atau mungkin tidak peduli.

Lilin-lilin lain menyala bersamaan setelahnya. Seiring dengan tirai kecil yang tersibak tanpa ada yang menyentuh. Memperlihatkan terali hitam pada kaca tempat cahaya matahari masuk. Sosok Eros kini terlihat dengan amat jelas. Menopang pelipisnya dengan tangan terkepal di atas meja. Kaki kanannya bertumpu pada lutut kiri saat tangannya yang satu lagi memutar-mutar sebuah botol ramuan.

“Dengar, aku tidak datang ke sini untuk merusak pintumu. Ini sesuatu yang jauh lebih penting daripada itu. Kakak tiriku, dia meminum habis ramuan cintanya!”

Eros menyeruput botol ramuan itu. Samar-samar terlihat isi di dalamnya berwarna cokelat gelap entah cairan macam apa. “Lalu?”

“Lalu? Apa kau tidak mengerti? Dia meminum semuanya, Eros! Menurutmu ada yang lebih buruk dari itu?”

“Lalu kenapa? Itu bukan berarti dia akan mati.” Eros beranjak dari kursi dengan sandaran merah bau cat dan besi. Berjalan beberapa langkah ke meja penuh botol ramuan dan menuangkan sesuatu dari sebuah teko perak ke dalam botol yang dia genggam. “Mau kopi?”

“Tidak, terima kasih. Um, apa maksudmu tidak akan ada efek tertentu yang akan terjadi pada Damian?” Seketika gadis itu bingung apa yang seharusnya ia tanyakan.

“Tidak.”

“Bagaimana jika dia mencium tangan seseorang?”

Eros menyeruput botol ramuannya lagi. Kali ini dengan tatap lamat pada wajah Ane yang penuh gurat kegundahan. “Itu satu cerita yang berbeda.”

To Make A Goddess Where stories live. Discover now