Margaret

97 23 7
                                    

Happy reading All!!

*
*
*
*
*

Margaret.

Madge

Margaret adalah kepanjangan dari nama Madge yang selama ini menjadi pengurus kamar Nona Muda Ane di istana. Ini menjelaskan pula mengapa ia tak sedikit pun melihat kehadiran Madge di pesta bulan madu Loynith, padahal Ane sendiri telah menyuruh tunangannya untuk berdansa dengan si dayang. Tetapi, mengapa?

Api di pendiangan berwarna jingga dengan inti biru yang meredup-redup. Rasanya hangat dan membuat betah. Pendar-pendarnya merambat membelai kulit Ane dengan amat lembut dan mengusap-usap jantungnya yang beku. Warna di dalam kobaran itu sungguh elok di samping kenyamanan yang terus menerus terpancar.

Api itu terasa seperti rumah bagi nyawa yang nyaris berubah menjadi salju. Sensasinya mengundang Ane untuk berada di dekat api tersebut selamanya. Atau bahkan menyentuhnya. Entah mengapa api itu sungguh menggoda. Bahkan Ane tidak sadar bahwa tangannya telah terjulur ke arah sana. Hendak meraih pendarnya walau sedikit saja.

"Aku bilang ingatlah untuk tidak mati."

Eros merebut pergelangan tangan gadis itu kasar. Sekilas membuat Ane kesakitan sebab cengkeraman yang begitu kuat. Saat itu pula ia tersadar bahwa dirinya masih berada di atas pangkuan Eros. Tak ada ubahnya dari posisi kala ia sekarat tadi. Itu membuat wajahnya agak panas. Juga sedikit-sedikit menggelitik telinga.

"Lepaskan aku," ujar Ane tegas, ingin segera beranjak dengan mendorong dada Eros. Namun, dekapan pemuda itu semakin erat. Membuat sekujur tubuhnya seolah masih lumpuh seperti tadi saat seorang pria asing hambir menebas kepalanya di istana.

"Apa jadinya kalau aku melepaskanmu? Kau akan masuk ke dalam sana dan membakar diri?" Sontak, nada bicara Eros yang tadi—sepertinya—sempat terdengar lembut, kini berubah. Menjadi amat keras, atau mungkin tegas.

"Tidak, Eros benar, Nona. Tubuhmu masih sedingin salju. Lagi pula tidak baik jika luka bakar akibat api Shiyo berkeliaran dekat-dekat dengan mantra pendingin." Suara Madge menyahut. Kelembutan yang terdengar jauh berbanding terbalik dengan gelegar yang Eros ciptakan dalam kata-katanya.

Luka bakar? Tidak, Ane sama sekali tidak mengalami luka bakar. Yang tadi menyerang istana juga bukan api. "Aku tidak terbakar, Madge."

"Nonaku," Madge menarik tangannya supaya terlungkup di atas simpuh. "Kau sedang dibakar dari dalam," ucap si dayang, sempurna membuat Ane mengernyit.

"Aku tidak mengerti."

"Rumah kakak iparmu itu baru saja mendapat serangan dari Klan Shiyo kalau kau tidak paham. Mereka Klan pemimpin Noxeham dengan senjata utama api hitam yang tadi kau lihat. Ralat, yang tadi kau rasakan." Eros berbicara tanpa sedikit pun melirik Ane.

"Api itu memang aneh. Tidak terasa seperti api. Tapi efeknya lebih dari sekadar membakar. Api Shiyo membakar dari dalam, tapi penderitanya tidak akan merasa kepanasan. Mereka malah akan menggigil karena saking panasnya api itu. Kulit mereka akan membeku dan yang paling parah, jantung dan darah mereka akan terbakar habis tapi terasa seperti membeku."

Ane gelagapan mencerna itu semua. Semenjak darahnya kembali berdesir dan jantungnya sudah bisa merasakan degup bertalu-talu, otaknya jadi lebih bisa berpikir dengan jernih. Itu memunculkan banyak sekali pertanyaan terhadap fenomena magis yang menyiksanya tempo waktu.

"Tapi kau juga ada di sana. Kenapa kau tidak terbakar? Atau membeku, atau terbakar sambil membeku sepertiku? Orang-orang lain juga."

"Jadi kau mau aku terbakar juga?" tanya Eros ketus.

To Make A Goddess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang