Suaka Senja

86 17 5
                                    

Happy Reading All!

.

.

.

.

"Kakek buyut kami selalu menentang ide gila ayah Ratu Meredith untuk membuat matahari kedua." 

Mata Evangelo menajam saat mengatakannya. Pelan-pelan tangannya menelusup merengkuh pinggang Ane sembari menatap cahaya yang menjilat-jilat dari atas sana. Sedikit banyak membuat gadis itu teralihkan karena sensasi menggelitik yang menjalar.

"Aku tidak tahu persis apa sebenarnya yang Kakek Buyut katakan, tapi banyak orang bilang bahwa Kakek Buyut paham betul Noxeham tidak akan suka dengan gagasan ini. Apalagi dia tahu kalau putranya juga seorang raja yang cukup mengerti tentang dampak dari sesuatu yang dibuat dengan tergesa-gesa. Tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa karena rajanya sudah berkata demikian."

Ane menengadah. Memaksa kedua mata untuk menyusuri garis rahang sang Adipati yang menegang dan tampak lembut di saat yang bersamaan. Ia tidak ingin Evangelo berhenti bicara karena masih ada jutaan pertanyaan di benak Ane yang harus terjawab saat ini. Atau ia tidak akan bisa hidup tenang di istana Solephim dengan seorang kakak ipar yang membenci dirinya.

"Semua orang pasti mengerti matahari kedua adalah keputusan sepihak yang, kalau aku boleh bilang, agak konyol. Tidakkah ada alasan lain yang membuat ayah Ratu bersikukuh untuk membuat benda itu?" Ane mengerling. Kali ini tiliknya turut mengamati sinar magis yang menjilat-jilat di puncak langit-langit.

"Tidak ada alasan lain, Raja saat itu hanya terlalu menyayangi putrinya. Kakek buyutku menganggap keputusannya sangat egois, dan seperti katamu, Ane, itu memang agak konyol. Tapi karena tidak ada yang bisa mencegah ambisi itu, ketambahan seluruh dukungan yang diberikan rakyat Solephim, Kakek Buyut membuat cara lain untuk mengatasi dampak dari proyek besar ini."

Entah apa yang membuat suara Evangelo melirih saat mengatakan kata-kata terakhirnya. Tetapi apa pun alasannya, jelas membuat Ane sangat ingin tahu. Atau mungkin ia butuh untuk tahu.

"Cara lain?"

"Ya. Cara yang menurutku sedikit ... sulit."

Sang Adipati mengakhiri ucapannya seolah dia enggan mengatakan lebih banyak lagi. Membuat Ane merengek dalam hati, memohon pada tunangannya untuk melanjutkan. Maka ia melepas rangkulan Evangelo dan berpindah ke hadapan wajah pria muda itu. Menatapnya dengan mata berkaca-kaca haus akan jawaban.

"Cara apa itu, Evan?"

Lagi. Ane melakukannya lagi. Memohon dengan memanfaatkan cinta yang Evangelo punya untuknya. Tadi, ia memanggil pria muda itu dengan panggilan sayang dan menyerang sisi lembut sang Adipati habis-habisan. Kini, ia lagi-lagi meluluh lantakkan keengganan si calon suami dengan membuat panggilan yang tidak pernah Evangelo terima dari siapa pun.

"Kakek Buyut membuat sebuah suaka," jawabnya pasrah dengan tatap sayu. Walau Ane mengerti itu adalah tatapan penuh cinta alih-alih pasrah.

"Suaka itu dibuat untuk menghentikan perang abadi yang terjadi di antara Kota Cahaya dan Kota Kegelapan. Tapi fungsi dari suaka itu hanya bisa terwujud jika suaka itu berhasil dibuka. Namanya suaka keseimbangan. Hanya bisa dibuka di perbatasan siang dan malam, kira-kira saat fajar atau senja. Tapi orang-orang di Solephim lebih suka dengan nama suaka senja.

"Hanya sedikit yang benar-benar tahu tempatnya karena Kakek Buyut terlanjur meninggal sebelum sempat mengatakan informasi paling penting itu pada orang-orang. Tapi, beliau meninggalkan sebuah larik ramalan yang orang-orang percaya, jika larik ramalan itu tersusun dengan rapi dalam wujud yang sudah ditentukan, suaka senja akan bisa dibuka."

To Make A Goddess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang