Second Person

1.9K 157 57
                                    

Happy Reading!!

Kepulan asap rokok memenuhi ruangan yang minim pencahayaan itu, seorang laki-laki duduk sambil menyandarkan tubuhnya dikursi kerjanya. Matanya terpejam dan ia sesekali menyesap rokok yang ada ditangannya. Ia mendesis pelan menahan emosinya, puntung rokok yang ada di tangannya ia matikan di atas badan seseorang yang ada dibawahnya.

Geraman tertahan dari orang yang baru saja kulitnya dibakar oleh ujung puntung rokok membuat laki-laki yang duduk diatas kursi itu membuka matanya. Mata kelam itu melirik ke arah bawah tempat korbannya berada.

"Orang suruhan itu gagal bawa Marco ke hadapan gua dan lo berani-beraninya datang nyampaiin kabar buruk? Lo sekomplotan sama Marco?"

Seseorang dibawah laki-laki itu menggerang sakit sekali lagi saat tangannya diinjak dengan kuat.

"Dia bahkan ngebunuh tangan kanan gua, Orang kepercayaan gua."

Geram Alvaro lalu menghantam dengan keras wajahnya membuat tubuhnya terpental ke belakang.

Mata tajam milik pelaku yang menendang wajah laki-laki tadi memandang ke arah bawahannya.

"Habisin orang ini dengan sesuka kalian."

Serentak beberapa laki-laki berbadan besar yang merupakan bawahan dari Alvaro itu mengangguk mengerti. Walaupun korbannya sudah memohon bahkan berteriak tapi itu tidak dihiraukan oleh Alvaro. Tangannya terkepal kuat, kalau bukan karena suatu alasan pastinya Alvaro sendiri yang akan menghabisi laki-laki tidak tahu diri itu.

"Udah ngehubungin Kaira?" Tanya nya pada bawahannya yang ada di sampingnya.

"Sudah, Bos. Dia belum bisa ketemu sekarang alasannya karena sakit."

Alvaro menggeram kesal, dia ingin melampiaskan emosinya saat ini juga. Ia juga ingin bertemu dengan Kaira untuk memastikan kalau Marco menghubunginya atau tidak. Tapi mendengar perempuan itu sedang sakit membuat dirinya diliputi rasa khawatir sekarang.

******

Bara terlihat masuk sibuk di meja kerjanya, ia belum berniat untuk pulang ke rumah walaupun langit sudah gelap. Ia berusaha menyibukkan dirinya dan juga menerima tawaran Papa nya untuk menggarap pekerjaan yang ada di Jepang.

Awalnya Bara sempat menolak dan kalau sampai ia menerima pun, ia akan menyerahkan pekerjaannya itu ke sekretarisnya. Tapi karena kejadian malam saat ia menyakiti Kaira, Bara memutuskan untuk turun tangan sendiri untuk mengurus pekerjaan yang ada di Jepang.

TOK TOK TOK

Bara menoleh ke arah pintu lalu ia melihat sekretarisnya masuk ke dalam ruang kerjanya. Sekretarisnya itu berjalan mendekat ke meja kerja Bara lalu menyerahkan tab berisi data yang di minta Bara tadi.

Bara langsung mengecek data yang ada di tab itu dan keningnya berkerut bingung. Ada sebuah nama yang cukup familiar baginya.

"Catherina Ivyna? Dia salah satu orang yang hadir dalam pertemuan di Jepang?"

Sekretarisnya mengangguk menjawab pertanyaan Bara.

"Perusahaan beliau sebagai salah satu investor utama dalam project ini, Pak."

Bara mengangguk mengerti, ia sedikit lega karena ada orang yang ia kenal dalam pertemuan yang akan dia hadiri minggu depan.

Ya, ini adalah salah satu alasan Bara memilih untuk turun tangan dalam mengerjakan project ini. Ini adalah salah satu caranya untuk menghindari Kaira.

Setelahnya Bara memberikan tab itu kepada sekretarisnya dan mengatakan kalau sekretarisnya boleh pulang terlebih dahulu tanpa menunggunya. Ia hendak menyelesaikan pekerjaannya malam ini dan mungkin akan pulang larut malam.

Not My Fault - HarutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang