Hope

2K 166 80
                                    

Happy Reading!!

Alvaro kembali datang ke kafe Kaira untuk mencari Kaira malam ini. Ia hendak menagih janji Kaira sekaligus memeriksa kondisi Kaira yang susah dihubungi beberapa hari ini.

"Saya mau ketemu Kaira." Ucap Alvaro pada barista di kafe Kaira.

"Hari ini Kak Kaira gak ke sini." Kening Alvaro berkerut bingung.

"Dia kemana? Kok gak datang ke kafe?" Tidak ada jawaban dari barista itu dan tatapan curiga ditujukan kepada Alvaro.

"Saya kenalannya, teman kamu yang disana sering lihat saya datang kesini." Orang yang ditunjuk oleh Alvaro cuma memandang kaku ke arah Alvaro lalu mengangguk menyetujui.

"Jadi Kaira ke mana?" Ulang Alvaro sekali lagi.

"Katanya Kak Kaira sakit."

Alvaro menghela nafas mendengar kabar Kaira. Hati Alvaro semakin tidak karuan mendengar Kaira sakit. Alvaro tidak bisa berbuat apa-apa selain pergi dengan perasaan sedikit kecewa karena tidak bisa bertemu dengan Kaira.

Alvaro berjalan keluar dan meronggoh kantung jas nya untuk mengambil sebatang nikotin dan membakar ujungnya. Alvaro menghisap dalam-dalam batang nikotin sampai dadanya sesak.

Dia berdiri di dekat mobilnya lalu memejamkan matanya. Tak lama matanya terbuka lagi dan langsung mengambil ponselnya yang ada di saku jas.

"Pesan gua belum lo bales. Lo kemana, Kaira?"

Suasana hati Alvaro semakin buruk saat ia kembali memikirkan Kaira yang tidak membalas pesannya dan mengangkat telfonnya dari tadi pagi, Alvaro hanya ingin tau kondisi Kaira. Alvaro tidak bodoh, ia tahu Kaira menyembunyikan sesuatu selain tentang Marco.

Dari pada marah, Alvaro lebih ke khawatir mengingat luka ditangan Kaira, Alvaro semakin yakin kalau Kaira mengalami perlakuan buruk di rumah yang entah dilakukan oleh siapa. Tapi itu bukan ranah Alvaro walaupun ia sangat khawatir. Alvaro setidaknya harus tau batasan.

*******

Bara duduk di sofa diruangan tempat Kaira di rawat. Pagi tadi Kaira di bawa ke rumah sakit dan hampir keguguran. Kandungannya lemah selama ini dan Kaira menutupinya dari Bara. Bara tidak bisa untuk tidak menyalahkan dirinya sendiri, sebab dirinya adalah penyebab Kaira dan anak dalam kandungan Kaira menjadi begini.

"Pak." Bara menoleh dan melihat sekretaris nya yang baru saja datang.

Semua urusan kantor hari ini ia serahkan pada sekretaris nya dan beberapa meeting di re-schedule kembali karena Bara tidak bisa meninggalkan Kaira sendiri di rumah sakit.

"Gimana?" Sekretarisnya memberikan tab yang berisi data yang diminta oleh Bara.

Mata Bara menelisik seluruh jajaran angka yang ada di layar tab itu. Dirinya mendesah frustasi. Bara tidak lupa dengan ucapan Kaira tadi pagi dan ia langsung menyuruh sekretarisnya untuk mencari tahu tentang hutang keluarga Kaira.

Nominal yang tertera tidak membuat Bara terkejut, tapi mungkin berbeda dengan Kaira. Bara tidak habis pikir, bagaimana bisa Kaira menyimpan semua ini rapat-rapat tanpa tercium oleh Bara. Salahnya juga yang tidak berusaha mencari tahu tentang seluk beluk keluarga Kaira sebelum menikahi Kaira. Bara terlalu percaya pada Kaira dan dibutakan oleh cinta.

Bara tidak mau gegabah bertindak dengan melunasi seluruh hutang keluarga Kaira, dirinya ingin mendiskusikannya dengan Kaira dulu karena Bara tidak memiliki hak untuk ikut camput kalau tidak ada ijin dari Kaira.

Bara hendak menghubungi Marco sebagai orang yang disebut Kaira tadi pagi yang menanggung hutang keluarga mereka. Dirinya yakin kalau Kaira belum bisa diajak berdiskusi sekarang jadi lebih baik Bara menemui Marco dan meminta penjelasan dari Marco sekaligus mencari solusi bersama.

Not My Fault - HarutoWhere stories live. Discover now