Longing

1.6K 140 29
                                    

Happy Reading!!

CW// angst, family issue

Bara melepaskan jas yang menempel pada tubuhnya seharian, rasa lelah menggerogoti tubuhnya. Tapi ia belum bisa pulang ke hotel karena ada janji makan malam dengan seseorang di restoran yang ada di hotel tempat ia menginap.

"Bara." Bara menoleh dan tersenyum kecil melihat perempuan yang ia tunggu dari tadi akhirnya datang.

"Maaf lama, tadi aku di ajak buat ngobrol." Bara mengangguk untuk memaklumi.

Mereka memesan makanan untuk makan malam mereka lalu sibuk berbincang sambil sesekali mengeluarkan candaan beserta rayuan yang sering mereka lakukan semasa mereka masih muda.

Tak lama pelayan restoran datang dan menuangkan wine di gelas mereka masing-masing. Bara mengambil gelas wine nya yang menyesapnya perlahan. Matanya terpejam untuk menikmati rasa pahit dan nikmat dari anggur yang ada di gelasnya.

"Kamu belum menikah?" Ivy menggeleng pelan.

"Masih belum ketemu yang pas." Sudut bibir Bara terangkat mendengar ucapan Ivy.

"Kamu aja yang pemilih." Wajah protes Ivy langsung terpampang mendengar sindiran Bara.

"Kamu gimana?"

"Apanya?"

"How's your married life?"

Bara terdiam sebentar lalu dirinya menganggukkan kepalanya pelan lalu meneguk wine di gelasnya sampai habis.

"Good, nothing special."

Cuma itu yang mampu Bara jawab. Ivy yang tidak mengerti kenapa ekspresi Bara tiba-tiba berubah itu langsung membungkam mulutnya untuk tidak bertanya lagi.

Pelayan datang dan mengantarkan pesanan makan malam mereka. Keduanya menikmati makan malam sambil mengobrol ringan. Sampai setelah mereka selesai makan, Bara memijit keningnya yang pening akibat terlalu banyak minum.

Dia menatap wajah Ivy yang sedang menikmati dessert dengan hati berkecamuk. Sampai sekarang Bara belum menghubungi Kaira, dia memang sengaja menyibukkan dirinya dan pas sekali ada Ivy disini yang menemaninya. Ia jadi tidak terlalu memikirkan Kaira.

Mereka berpisah setelah makan malam itu, Bara naik ke lantai atas tempat kamarnya berada. Ia masuk dan langsung membuka kameja yang sudah melekat ditubuhnya seharian. Bara menuju meja kecil yang ada di depan jendela lalu menuangkan alkohol yang sudah di sediakan disana.

Dengan bertelanjang dada, Bara duduk di sofa single menghadap ke jendela yang menampilkan pemandangan kota Jepang pada malam hari.

Drrtt...

Tangannya meronggoh saku celananya dan memeriksa ponsel yang tidak ia sentuh selama seharian ini. Bara mengerutkan keningnya dan memicing matanya agar dapat membaca rentetan huruf di ponselnya dengan jelas.

Segera setelahnya Bara langsung membuka room chat milik Kaira dan menghubungi perempuan yang ia abaikan sejak tiga hari lalu.

Tidak diangkat.

Bara beralih ke nomor orang rumah yang menghubunginya. Terdengar nada panggilan tersambung sebelum panggilan telfon Bara di jawab.

"Kaira belum pulang? Dia tadi pagi bilangnya kemana? Nomornya gak aktif."

Kegusaran Bara semakin menjadi-jadi ketika tidak mendapatkan jawaban yang ia inginkan. Setelah memutuskan panggilan Bara langsung memijit keningnya.

Ia rasanya ingin segera memesan tiket pulang saat mendengar Kaira yang sakit setelah kepergiannya ke Jepang. Tapi dirinya akan di amuk oleh Papa nya kalau sampai kerja sama project ini gagal karena Kaira.

Bara tidak bisa tidur semalaman menunggu kabar Kaira sambil terus menghubungi nomor Kaira berharap Kaira menjawab panggilannya. Salahnya yang mau sok mengabaikan Kaira, nyata nya Bara sendiri yang kebingungan dan khawatir sekarang.

******

"Kai, masih mual banget? Mau ke dokter aja?" Marco menunggu di depan pintu kamar mandi menunggu Kaira yang sejak tadi pagi mual-mual.

Tak lama pintu kamar mandi terbuka dan Kaira muncul dari sana dengan wajah pucatnya. Marco langsung merangkul bahu Kaira untuk menuntunnya berjalan.

"Kai, ke rumah sakit aja ya? Panggil supir yang disediain Bara buat lu buat bawa lu ke rumah sakit." Kaira menggeleng pelan.

"Udah kak, gak apa-apa. Ini bawaan hamil jadi tiap pagi aku selalu gini." Marco menatap Kaira dengan pandangan tidak tega.

"Sini gua peluk." Kaira menoleh ke arah Marco yang sudah merentangkan tangannya untuk membawa Kaira ke dalam pelukannya.

Kaira menyamankan posisi di dalam pelukan Marco, pelukan ini tidak pernah Kaira rasakan hampir satu tahun. Tidak ada yang memeluknya seerat dan sehangat Marco, bahkan Bara sekalipun. Kaira sudah menganggap Marco sebagai kakak sekaligus orang tuanya karena cuma Marco yang Kaira punya.

"Yang sehat ya, Kai. Gua selalu disini kok, maaf ya selama ini susah banget ketemu sama gua." Kaira mengusak kepalanya di dada Marco sebagai jawaban. Marco tersenyum simpul melihat betapa manja adiknya ini.

"Kak, aku pengen kita tinggal bareng lagi. Kayak sebelum Ayah dan Bunda pergi dan sebelum aku nikah sama Bara." Permintaan Kaira membuat hati Marco berdenyut sakit. Ia tahu itu tidak akan pernah terjadi lagi sampai kapan pun.

"Lo udah ada keluarga baru, Kai. Lo bahkan bentar lagi udah mau punya anak, jadi bangun itu di keluarga lo ya. Beri kehangatan yang Ayah dan Bunda gak bisa kasih ke kita dulu."

Kaira menggigit bibir bawahnya ragu. Apa ia bisa? Bahkan rumah tangga nya hampir retak sekarang.

Tangan Marco merambat ke perut berisi milik Kaira dan mengelus perut itu dengan lembut. Kaira memejamkan matanya menikmati setiap usapan diperutnya. Ia sudah lama tidak merasakan ini, sejak dirinya dan Bara bertengkar. Mungkin anak dalam kandungannya juga merindukan usapan sayang seperti ini, lebih tepatnya merindukan usapan dari ayah biologisnya yang sudah tidak pernah lagi anaknya dapatkan.

Pagi itu kedua kakak beradik itu sama-sama melepaskan rindu melalui pelukan hangat. Semalam Kaira menginap di tempat Marco karena tidak mau pulang dengan alasan masih merindukan kakaknya. Marco cuma bisa menyanggupi keinginan Kaira mengingat semalam Kaira menangis dengan begitu pilu, ia tidak tega mengusir Kaira.

Marco tahu semalam Bara sibuk menghubungi Kaira, dirinya sengaja tidak mengangkat panggilan dari Bara. Marco diam-diam geram terhadap Bara karena sudah membuat adiknya begini. Walaupun tidak sepenuhnya salah Bara tapi tetap saja ia membela adik satu-satunya ini. Marco siap membuat Bara menjadi korban selanjutnya kalau sampai Bara berani menyakiti Kaira dan keponakannya lagi.

TBC

Double update, nanti malem up part berikutnya. Soalnya gua pengen liat gregetnya kalian buat nemenin malming gua 🤭😩

Not My Fault - Harutoحيث تعيش القصص. اكتشف الآن