Peace?

2.2K 189 51
                                    

Happy reading!!

Setelah beberapa hari berada di rumah sakit, Kaira akhirnya di ijinkan untuk pulang ke rumah. Bara mengantarkan Kaira ke rumah dan membawanya ke kamar utama.

"Istirahat ya, jangan sampai kecapekan dan jangan lupa diminum obatnya, aku bentar lagi baik ke kantor." Ucap Bara dan hanya di jawab anggukan oleh Kaira.

Setelahnya Bara pamit untuk balik ke kantor lagi karena masih ada yang harus dia urus soal pekerjaannya. Kaira ditinggal sendiri di rumah sendiri dan memilih untuk istirahat di kamar karena dirinya benar-benar belum sanggup melakukan aktivitas normal.

Berbeda dengan Bara yang sekarang sedang sibuk memutar otaknya, dirinya memang berjanji untuk tidak ikut campur urusan hutang keluarga Kaira tapi bukan berarti ia tidak mencaritahu secara diam-diam.

"MH Company gak masuk dalam list hutang keluarga Kaira?" Tanya Bara sekali lagi untuk memastikan pada sekretarisnya. Anggukan dari sekretaris Bara membuat kepala Bara berdenyut sakit.

"Gak mungkin kita cari tau tentang informasi petingginya, mereka pasti ngerahasiain. Kalau gitu, dari desas desus yang kamu dapat, siapa salah satu petinggi yang sempat bersinggungan dengan perusahaan kita?" Sekretaris Bara memberi sebuah surat kontrak tender pekerjaan yang membuat Bara mengerut kening bingung.

"Alvaro Mosha, tahun lalu sempat merebut tender yang hampir jatuh ke tangan perusahaan kita." Bara menghela nafas kesal.

"Orang licik satu ini. Tahun ini dia juga jadi saingan kita kan?" Gelengan kepala dari sekretaris Bara membuat Bara semakin bingung.

"Dia mengundurkan diri dari tender yang sama yang akan diambil tahun ini."

"Kenapa?"

"Belum diketahui alasan jelasnya, tapi kemungkinan besar tender pembangunan hotel ini akan di jatuh ke tangan perusahaan kita."

Bara memijit keningnya, aneh sekali kalau orang sekompeten Alvaro akan mundur begitu saja. Apalagi kalau di tarik ke tahun lalu, mereka sempat jadi saingan dalam bisnis bahkan sampai sekarang. Jadi pasti ada alasan besar di balik itu semua.

******

"Malam ini siap-siap buat datengin kediaman Marco dan bawa Marco ke hadapan gua." Ucap Alvaro yang memandang foto seorang laki-laki yang ia cari keberadaannya selama ini. Laki-laki yang adiknnya pun ikut menjadi beban pikiran Alvaro.

Kaira sampai sekarang belum mengabari Alvaro. Maka dari itu Alvaro mengambil tindakan untuk menangkap Marco yang sebenarnya sudah ia lacak tempat tinggalnya sekarang sebagai bentuk ancaman buat Kaira.

Alvaro juga tau kalau Kaira sempat bertemu dengan Marco sebelum Kaira hilang kabar seperti sekarang. Dirinya sedikit geram dengan Kaira yang entah apa alasannya tiba-tiba menghilang begitu saja membuat Alvaro berfikir yang tidak-tidak.

Setelahnya Alvaro ditinggal sendiri di dalam ruangannya. Saat sedang sibuk bekerja, ponselnya berbunyi membuat Alvaro melirik lalu langsung menyambar ponselnya.

'Kaira.'

'Alvaro, maaf aku baru ngabarin, aku baru buka hp.'

'Lo kemana?! Lo mau coba buat kabur?'

'Enggak, sama sekali enggak. Aku lagi dalam kondisi gak baik-baik aja kemarin. Maaf.'

Alvaro menyenderkan bahunya yang tegang ke sandaran kursi kerjanya. Jujur saja Alvaro merasa lega mendengar Kaira menghubunginya sekarang.

'Lo gak tau gimana gua pusingnya ngehubungin lo, gua udah bilang buat jangan sampai tiba-tiba ngilang gini!"

'Iya maaf, aku kemarin sempat sakit dan harus di rawat di rumah sakit jadi aku gak bisa jawab pesan sama telfon kamu.'

Not My Fault - Harutoحيث تعيش القصص. اكتشف الآن