14. Kepercayaan

13.9K 1.6K 109
                                    

Wajib follow wowok9091 sebelum baca.
Vote sama komen yang banyak, yaa🔪😊🫰soalnya aku suka baca komen dari kalian😊

Happy Reading ✨





Kilauan netra amber itu kini mulai terbuka sempurna. Bocah itu sesekali merenggangkan otot-ototnya dan menguap hebat sebelum seluruh otaknya dapat memproses dengan normal kembali.

Ketika sadar sepenuhnya, Neo mulai mendudukan dirinya, dan melihat pemandangan yang tak asing. Yah, ia kini berada di kamar si pemilik tubuh aslinya.

"Ck, bisa-bisanya gue diculik," gerutunya sembari menggaruk pinggangnya yang sedikit gatal.

Masih mengumpulkan niatan untuk turun dari kasurnya. Suara decitan pintu terbuka mendahului langkahnya.

"Sudah bangun?" tanya si pembuka pintu yang ternyata Calvin, lengkap dengan nampan berisikan makanan di tangannya.

"Nggak, gue masih col1! Pergi lo makanya!" usir Neo tak sopan.

Calvin meletakkan nampan yang dibawanya di atas nakas. Lalu, mendudukan dirinya di pinggir kasur milik si bungsu.

"Siapa yang ngajarin kamu ngomong kotor, hm?"

Neo tak menjawab, ia justru mengembungkan pipinya kesal dan membuang wajahnya, enggan melihat si sulung.

Sekilas, Calvin menarik sudut bibirnya tak kuasa menahan gemas melihat reaksi lucu dari adik bungsunya itu. Detik kedua, tangannya mulai bergerak mencapit dagu Neo membawa wajahnya untuk menghadap ke arahnya.

"Maaf, sudah membuat luka di wajahmu. Abang janji mulai sekarang gak akan membuatmu menderita lagi," sesal Calvin mengusap pelan pipi Neo yang sedikit memerah bengkak itu.

"Dih, pendusta, najis! Kebiasaan mulut cowok, nanti ya bakal diulangi lagi, cuih!" ketus Neo kembali membuang wajahnya.

Mendapat repon negatif dari adiknya sendiri, Calvin hanya hela napas pasrah, ia tahu tak akan semudah itu untuk mengembalikan kepercayaan adiknya. Melihat apa yang sudah dilakukannya selama ini, belum juga dari perubahan sikapnya yang berbading terbalik sebelum anak itu masuk ke rumah sakit. Tentu akan sangat sulit.

"Iya, tak masalah. Abang hanya perlu berusaha untuk mendapatkan kembali hati adik manisku ini, kan?" goda si sulung mencolek dagu Neo main-main.

Seketika itu juga, jiwa Leo seakan ingin keluar dari tubuhnya, ia bergidik ngeri mendapatkan perlakuan dari orang yang masih asing menurutnya, apalagi sesama jenis.

"Najong hih!! Belok lu ye?! Astagfirullah tobat bro tobat!! Mana si Ustadz Asa itu tadi?! Tadz! Liat ini kelakuan sodara lu, Taaadz!!" pekik Neo lekas membungkus tubuhnya dengan selimut dan merangkak menjauh dari Calvin.

Tak lama, Asa pun yang terlihat khawatir lekas memasuki kamar sepupunya itu.

"Ada apa?" tanyanya panik.

"Kamu bicara apa? Kita kan saudara," jelas Calvin yang justru kebingungan.

Detik itu juga Neo mengatupkan bibirnya. Ia baru sadar jika saat ini, sukmanya tak berada di dalam tubuh aslinya.

'Iya sih! Tapi, tetep aje gue bukan adek lo yang asli woi! Jijik elah!' riuh Neo dalam suara kalbunya.

"Bang Calvin, aku sudah bilang, akan bawa Neo ke rumah Ayah kalau kalian masih menyiksanya lagi," tegas Asa memperingati sepupu tertuanya itu.

"Ck, saya tidak apa-apakan dia. Saya hanya mencoba menarik kepercayaan lagi barusan," dalih Calvin sesuai faktanya.

Asa kembali melihat Neo yang kini membungkus tubuhnya bak kepompong bulat.

Fake Wizard Where stories live. Discover now