42. Taman Bermain

4.5K 559 71
                                    

Wajib follow wowok9091 sebelum baca.
Vote sama komen yang banyak, yaa🔪😊🫰soalnya aku suka baca komen dari kalian😊

Happy Reading ✨





"Lepasiin gue, Bandiittt!!!"

Di dalam awan dan di bawah teriknya sinar mentari. Iblis itu terbang tinggi dengan kecepatan konstan, bersama seorang remaja laki-laki di bahu kanannya.

Neo tak henti-hentinya meraung dan memberontak liat di bahu Azazel. Pasalnya iblis itu mendadak muncul di hadapannya dan menculiknya begitu saja. Bahkan, anak itu masih mengenakan piyama tidurnya sekarang.

Memakan waktu cukup lama untuk Azazel melandai di salah satu hutan yang jauh dari pemukiman warga. Neo pun di turunkan dari bahunya, belum sempat kakinya menapak tanah, sebuah tendangan ia lepaskan dengan sempurna.

"Tendangan garudaaa!!" pekik Neo menendang tepat di pelipis Azazel.

"Doh! Curut comberan! Ini udah saya turunin malah disleding!" marah Azazel yang kini tersungkur di tanah.

Anak itu menahan emosinya yang meluap-luap. Ia berusaha mengontrol pernapasan dan meredakan dadanya yang kembang-kempis itu.

"Lagian lo apa-apaan, dah?! Tiba-tiba ngilang, tiba-tiba muncul, terus sekarang main bawa gue ke hutan belantara! Mau syuting Badarawuhi lo?!"

"Hiks, jahat ... Padahal saya cuma mau ajak kamu main ... Halo, Mbak Nadia Omara ...," isak Azazel dengan menempelkan ponselnya di telinga.

Neo berdecak keras, ia nyaris meludah kesal ke wajah iblis itu. Namun, niatnya urung. Ia mengacak rambutnya yang berantakan semakin tak berbentuk. Remaja itu frustrasi ketika melihat sekelilingnya hanya ada pepohonan dan semak belukar.

"Bentar, ini kok ga asing? Masa gue pernah ke sini?" terka Neo menyelidik ke arah sekitarnya.

Azazel tersenyum kecil, ia mulai berdiri dan menyimpan sayap gadangnya itu.

"Bukan kamu, tapi ingatannya Neo. Tuh, liat jurang yang di sana? Itu TKP-nya," ucap Azazel santai sembari menunjuk ke arah lubang besar yang tak jauh di belakang Neo.

Sontak anak itu menoleh ke belakang, dan semakin teringat dengan memori asing itu. Air muka Neo seketika suram. Ia menukikan alisnya dan melirik tajam ke arah si iblis, tanda tak suka.

"Apa cobak bawa gue ke sini? Dah lah, emang gobloknya gue selama ini percaya sama iblis yang bikin nyungsep ke jurang yang sama," sarkas Neo seraya melangkahkan kakinya menjauh dari si iblis.

"Eist, tunggu dulu. Kan, saya sudah bilang, saya cuma mau ajak kamu main," dalih Azazel menahan pergelangan tangan Neo.

Neo tak melawan, batin dan raganya lelah. Ia berpasrah pada si iblis yang kini menuntunnya ke arah lembah gelap itu.

Dia menutup matanya, dan mengira jika iblis itu akan menyeretnya ke dalam jurang dan mati terbengkalai di dasar curamnya.

Namun, langkahnya tetap menapak di sana. Neo sedikit membuka kelopak matanya dan melihat ke sekeliling.

Kabut gelap nan keruh mengalangi pandangannya. Ia melihat ke bawah, kakinya melayang di atas jurang. Sedangkan, Azazel setia menggandeng tanggannya dan berjalan hingga sampai ke sisi jurang yang lain.

"Nah, sampai," girang Azazel usai melewati portal kabut itu.

Hal yang pertama kali netra hazel itu tangkap adalah, sebuah taman hiburan yang lengkap dengan wahana serta stand makanan seperti di dunia nyata pada umumnya. Hanya saja, para pengunjung yang membedakannya.

Fake Wizard Where stories live. Discover now