43. Dunia Lain

2.6K 444 72
                                    


Pencarian tak berhenti dilakukan. Seluruh anak buah Steve dikerahkan mencari keberadaan tubuh bungsunya.

Sedangkan, dirinya bersama keempat putranya, kini tiba di pelosok desa, yang hanya berdiri satu rumah bambu di tengah luasnya lahan itu.

"Heh?! Kok horor tempatnya?! Ba-Bang! Kita tunggu di mobil aja, ya!" panik Zoey seraya menarik tangan Galen yang hendak keluar dari mobil itu.

Naasnya, Galen menepis tangan adiknya dan mulai beranjak pergi bersama keluarganya. Yah, entah bagaimana, sosok wanita yang baru saja memasuki tubuhnya keluar begitu saja setelah menunjuk jalan sampai ke tempat itu.

Tak lama langkah mereka sampai di sebuah tempat yang telah diajukan oleh sosok Iblis yang sempat beradu dialog dengan Regio semalam.

Calvin yang pertama kali mengetuk pintu bambu itu. Bersama dengan sahutan dari suara Steve, sembari menunggu respon dari dalam.

Pintu terbuka, namun kosong di depan mata mereka. Yah, tak ada satupun manusia yang membukakan pintu itu.

"Masuk."

Semua nampak kebingungan dan ketakutan disaat yang bersamaan. Lain halnya dengan Regio, ia menelan ludahnya seketika melihat sebuah entitas pria tanpa kepala yang baru saja membuka pintu untuk mereka.

"Di-disuruh masuk katanya," kata Regio sedikit melirik bingung ke arah sosok itu. Jangankan mulut, kepala saja tak ada. Lantas dari mana suara itu berasal?

Mereka menurut masuk ke dalam rumah bobrok nan suram itu. Tepat di sebuah ruangan dengan berbagai macam media persembahan di lantai tanah itu, seperti; kembang tujuh rupa, belasan dupa, tak lupa kepala kambing sebagai menu utama.

Zoey setia memeluk leher Galen hingga sang empunya tercekik.

"Ga-ga ada orangnya! Udah pulang aja lah!" pekik Zoey satu-satunya orang yang nyaris kencing akibat rasa takutnya.

"Dupanya masih baru, mungkin orang itu sedang keluar sebentar," ucap Calvin sembari berjongkok melihat dengan seksama sajen tersebut.

Sedangkan, Regio diterkam rasa gelisah akibat puluhan makhluk yang berkumpul sesak di dalam rumah itu. Bahkan, ia nyaris meluah akibat bau anyir yang begitu menyeruak.

"Aku akan cari keluar. Ayo, bantu aku kalau kamu takut di sini," kata Galen sembari menarik kerah baju Zoey.

Baru saja kedua pemuda itu berbalik badan hendak menuju pintu keluar. Tanpa disangka sesosok wanita tua, yang seluruh helai rambutnya yang memutih, serta bola mata kanannya yang juga putih, menyambut mereka dengan wajah penuh getih.

"LAMPIIR!!" jerit Galen dan Zoey bersamaan.

Sontak seluruh insan yang ada di ruangan itu menoleh ke sumber suara. Mereka, nampak sama terkejutnya setelah melihat sosok wanita tua itu, bahkan celana Zoey sudah basah dan Galen jatuh pingsan.

"Ramai kali mulut kalean ni ku tengkok! Diam!" titah wanita itu sembari menyeka darah kambing yang baru saja ia sembelih.

Mereka patuh dan mulai menerka-nerka jika sosok yang ada di hadapannya sekarang adalah manusia.

"Apa benar anda Mbah Sumiyati?" tanya Steve berusaha bersikap tegas.

Bukannya menjawab, wanita tua itu tersadar dengan keberadaan pemuda yang ia dambakan kehadirannya selama ini.

"Cucukuu?! Kau cucuku, kan?! Ini yang mana? Leo atau Gio?! Ah, Gio ya?! Kalau Leo pernah Mbah terawangan, dia bentukanya cungkring ga kekar gini!" heboh Mbah Sumiyati lekas memeluk tubuh Regio.

"Cucu?!" kaget mereka serempak tak terkecuali dengan Regio sendiri.

Singkat cerita, wanita yang terduga sebagai ibu dari Ariel, atau bisa dibilang nenek kandung dari Leo dan Regio itu, menjelaskan semua kilas balik kisahnya. Tak lupa dengan pantauan terhadap anak dan cucunya yang semakin tak karuan kelakuannya di luar sana.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 09 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Fake Wizard Where stories live. Discover now