22. Timah Panas

10.5K 1.1K 68
                                    

Wajib follow wowok9091 sebelum baca.
Vote sama komen yang banyak, yaa🔪😊🫰soalnya aku suka baca komen dari kalian😊

Happy Reading ✨










Dewata menodongkan kepala pistolnya pada dahi George. Pria eksotis itu tersenyum miring dan kemudian menanyakan sesuatu, "Kata-kata terakhir?"

"Sialan! Kalian yang akan mati!" balas George tak gentar.

"Uy, me.nge.ri.kan ... "

Mendengar ejekan Dewata, si lawan kembali tersulut meski ia tak dapat berbuat banyak. Kendati demikian, Steve yang setia terjerat rantai di sebelah mereka, ikut membuka suara.

"Hentikan, Dewa. Kita tak perlu membunuhnya."

Tentu, pernyataan Steve membuat Dewata melirik penuh tanda tanya terhadap seniornya itu. Pasalnya, satu nyawa melayang bukan hal besar baginya, terlebih orang yang kini sudah melukai keluarganya sendiri serta dirinya. Apa bisa dianggap normal, jika pria itu berkata demikian?

"Maksud?" heran Dewata setia dengan posisi menodongkan pistolnya.

Steve tersenyum dan berkata, "Dia seorang ayah sama sepertiku, ada keluarga yang menantinya. Sebaiknya, kau bantu lepaskan saya, dan selamatkan putra-putra saya."

Dewata menurut untuk menyimpan senjatanya kembali. Namun, tentu tak melepaskan George begitu saja, ia menjadikan si penculik itu sandera sebagai timbal balik agar si korban dapat terlepaskan.

"Bapake!! Neonya ga ada!" pekik Vanu melapor pada Ayahnya yang masih sibuk melepaskan rantai milik Steve.

Belum sempat Dewata menjawab, tiba-tiba George mulai membuka suara.

"Dia ada di kamar saya."

"Gak ada woi! Udah dicari ke seluruh ruangan! Ottoke?!" timpah Neil menjambak salah satu anak buah George.

Sementara itu, Neo dan Azazel yang berada di sudut ruangan mulai terlihat kebelingsatan.

"Mampus! Mana si Ustadz ngelirik ke sini lagi! Balik, Je! Bawa gue ke kamarnya Pak itu!" titah Neo lekas memanjat ke tubuh Azazel.

Iblis itu hanya bisa menurut pada bocah asuhnya. Azazel lekas membuka sayap gadangnya, dan membawa tubuh kecil Neo terbang menembus atap, tanpa diketahui satu orang pun.

Kecuali dengan Asa yang sedari awal merasakan kehadiran dua buah energi yang ia kenali.

"Kenapa, Bang? Mau berdoa? Gue bantu amin aja, ya," celetuk Oki langsung menengadah kedua tangannya sesaat melihat  Asa yang terdiam menatap ke langit-langit ruangan.

Dibalas satu gelengan oleh Asa, "Mungkin hanya perasaanku," jawabnya sembari menepuk-nepuk kepala Oki.

Beberapa orang yang sudah ditugaskan dalam misi penyelamatan ini, mulai membantu Calvin, Galen, serta Zoey untuk di bawa ke tempat yang lebih aman.

"Still alive?" Lafran menggoyangkan tubuh Zoey yang kini terkapar tak berdaya menggunakan kaki panjangnya itu.

"Menurut ... lo aja ... njeng ...," lirih Zoey tak bersemangat membalas sahabatnya itu.

Meski begitu, dengan sigap Lafran membopong Zoey untuk keluar dari ruangan tersebut, dan diikuti oleh yang lain.

Calvin dengan napasnya yang masih terpenggal serta tubuhnya yang seakan hancur, mulai memaksakan berdiri. "Biar saya yang mencari Neo," tegasnya.

Fake Wizard जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें