39 Remember

4.1K 419 17
                                    

Hey Guys...!!! Welcome back to my story...!!!

Siapa yang jadi barbar dan minta lanjut terus dari kemaren? Author bawa kelanjutannya hari ini. Seperti biasa VOTE jngan lupa dan komentarnya juga.

Siapin posisi enak, cemilan atau apapun karena malam ini Baby Project akan end setelah 2 part author publish langsung. Langsung aja hope you guys enjoy it, let's check this out.

Enjoy and happy reading...

*
*
*

Adifa memang menikmati waktu selama ia terjebak di abad 16. Tapi ia tidak pernah tahu kalau ia akan kembali ke abad 21 dengan keadaan utuh. Ia bahkan tidak berekspektasi kalau Zayn akan tetap mau berinteraksi dengannya setelah kejadian yang menurutnya hanya mimpi belaka. Mimpi terliarnya lebih tepatnya.

Kini melihat sendiri bagaimana Zayn berdiri di hadapannya dengan seragam sekolahnya membuat Adifa mulai meragukan pemikirannya. Ia mulai sangsi kalau kejadian yang ia alami kemarin adalah mimpi. Tapi pemikiran akan kewajiban piketnya membuat Adifa melebarkan mata dan segera melewati Zayn yang masih berdiri. Ia harus bergerak cepat sebelum bel masuk berbunyi.

Adifa benar-benar melaksanakan tugasnya dengan gugup. Pasalnya ia mengakui kalau dirinya tidak bisa melakukan sesuatu dengan cepat. Dirinya adalah salah satu orang yang sangat lelet dalam melakukan sesuatu. Sementara taman yang harus disapunya malah memiliki banyak daun berjatuhan dari salah satu pohon yang ada di sana. Belum lagi pemikirannya yang masih bertentangan antara percaya atau tidak dengan kejadian kemarin. Pekerjaannya benar-benar kacau kalau waktu hanya tinggal 5 menit lagi.

Namun ditengah kegugupan Adifa dalam mengejar waktu, ia mendengar bunyi sapu lidi yang juga bergerak di dekatnya. Seketika dirinya menoleh dan terkejut dengan apa yang ia lihat. Zayn ada di sana, menyapu taman dengan cepat dari sisi berlawanan. Bukannya ikut bergerak, Adifa justru mematung melihat hal itu. Selama hampir 2 tahun berada di kelas yang sama dengan Zayn, ia tidak pernah melihat pemuda itu memegang sapu lidi.

Sementara Zayn tetap bergerak dengan cepat membersihkan taman dari dedaunan yang jatuh dari pohon. Tidak sampai 3 menit Zayn sudah menyelesaikan acara menyapunya. Ia membiarkan Adifa tetap berdiri di tempatnya tanpa melanjutkan pekerjaannya.

"Rul, cepet buang sampahnya," titah Zayn setelah memasukkan semua tumpukan daun itu ke dalam tong sampah di depan kelasnya.

Pemuda bernama Fahrul yang juga piket bersama Adifa pun segera mengambil tong sampah itu dan berlari untuk membuang sampah sebelum bel berbunyi. Sementara Zayn menolah pada Adifa yang masih berdiri mematung. Perlahan ia mendekati gadisnya.

"Udah selesai, kamu masuk ke dalam aja," ujar Zayn lembut sambil mengambil sapu lidi yang masih ada di tangan Adifa. Perlahan pemuda itu menggenggam tangan Adifa dan mengantarnya untuk masuk ke dalam kelas.

Adifa yang kaget segera melepaskan genggaman tangan Zayn. Dilihatnya Damiya yang sejak tadi melihat keakraban mereka dengan bingung. Adifa segera menarik lengan Damiya untuk masuk ke dalam kelas bersamanya, meninggalkan Zayn yang langsung merasa kosong saat genggaman tangannya dilepaskan begitu saja.

***

Selama jam pelajaran berlangsung, pikiran Adifa tidak pernah bisa fokus. Ia bingung dengan semua hal yang terjadi. Belum lagi tatapan sendu yang ia rasa selalu menatap ke arahnya dari arah kiri depannya. Apa Zayn tidak sadar kalau ini adalah jam pelajaran sehingga terus-terusan menatapnya seperti itu? Adifa masih mencoba menata perasaannya dan mencoba menyusun semua teka-teki yang muncul di kepalanya.

Saat jam istirahat tiba, Adifa menjalankan aktivitas seperti biasa dengan teman-temannya. Mereka pergi ke kantin untuk mengisi perut setelah pelajaran mencekam dari guru killer yang judes itu. Seperti biasa, Adifa tidak pergi ke kantin yang sama dengan Zayn. Di sekolah mereka ada beberapa pilihan kantin yang semuanya selalu ramai. Sudah sejak tahun lalu, rombongan Adifa tidak pernah makan di tempat yang sama dengan rombongan Zayn. Sudah Adifa bilang, mereka itu seperti langit dan bumi. Satu kelas tapi tetap berbeda kelas dalam artian circle pertemanan yang berbeda.

Namun saat jam istirahat ke-2 tiba, semua tidak berjalan seperti biasa. Adifa yang biasanya memilih tinggal di kelas karena malas pergi saat itu didatangi Zayn yang tiba-tiba menggenggam tangannya dan menariknya pergi. Tentu saja hal itu membuat heran Nadia yang saat itu duduk dengan Adifa.

"Heh itu tadi Zayn yang bawa Difa pergi?" gumam Nadia yang syok. Pasalnya ia tidak pernah melihat interaksi antara Adifa dan Zayn selama hampir 2 tahun sekelas dengan mereka.

Bukan hanya Nadia yang syok, Adifa yang dibawa pergi pun tidak kalah syoknya. Ia kira Zayn tidak akan berani membawanya pergi seperti ini, tapi lihatlah sekarang apa yang ketua kelasnya lakukan. Datang dan langsung menariknya keluar kelas tanpa mengatakan apapun. Lagipula dimana teman-temannya Zayn? Biasanya Zayn selalu bersama Daniyal dan Raffa sebagai 3 serangkai kemana-mana.

Kebingungan Adifa berlanjut sampai mereka berada di belakang sekolah. Zayn berhenti melangkah, namun tidak melepaskan genggaman tangan mereka. Perlahan cowok itu berbalik padanya dan menatapnya lekat.

"Sayang," panggil Zayn lembut.

Panggilan itu tentu saja membuat tubuh Adifa mematung. Pasalnya panggilan itu hanya digunakan Zayn saat mereka masih berada di abad 16, tepatnya saat mereka masih menjadi sepasang suami istri. Tentunya hal itu hanya berada di dalam mimpinya Adifa, setidaknya begitulah isi pikirannya. Namun apa yang baru saja ia dengar ini?

Adifa kembali tersadar dan diserang kegugupan saat Zayn kini sudah menangkup wajahnya dengan lembut. Cowok paling ganteng di sekolah itu kini sedang menatapinya intens. Hanya saja terlihat kesenduan di sana, belum lagi kantung mata itu.

"Kenapa seharian ini kamu nyuekin aku hm? Aku kangen banget sama kamu Yang," tanya Zayn lirih lalu membawa tubuh mungil Adifa ke dalam dekapannya.

"Aku nggak bisa tidur semaleman, nggak ada pelukan kamu," lanjut Zayn lagi yang membuat Adifa syok sejadi-jadinya. Kenapa Zayn berkata seperti itu? Apa itu artinya mimpinya itu nyata?

"Zayn," panggil Adifa mencoba melepaskan pelukan itu. Namun Zayn menolak, ia justru mengeratkan pelukan mereka.

"Biarin gini dulu. Aku masih kangen banget sama kamu," lirih Zayn yang kepalanya masuk ke leher Adifa.

"Kamu ngomong apa sih Zayn? Kenapa kamu tiba-tiba kaya gini?" tanya Adifa ragu.

"Kamu yang kenapa? Kenapa kamu jadi cuek banget sama aku? Aku ada buat salah sama kamu?" tanya balik Zayn.

"Maksud aku, kenapa kamu kangen dan peluk aku gini? Kita kan nggak sedeket ini?" Adifa kembali bertanya dengan hati-hati.

Pertanyaan Adifa sukses membuat Zayn membuka matanya yang tadinya sedang terpejam menikmati pelukan. Perlahan ia melonggarkan pelukan mereka dan menatap kedua mata Adifa lekat.

"Jangan bilang kalo kamu nggak inget tentang kejadian di hutan," ujar Zayn cemas.

[Sebagian part telah dihapus untuk kepentingan penerbitan. Silakan baca eBook yang tersedia di Google Play untuk membaca keseluruhan cerita. Link eBook tersedia di bio profil author]

Baby Project (COMPLETED)Where stories live. Discover now