34. Hukum Pacaran

69 34 4
                                    

Halo semuanya..

Makasih yang udah setia baca cerita aku... Jangan bosen-bosen baca cerita aku ya...

Yang mau feedback dm aja ya
Hihi...

Bantu vote and komen nanti aku folback deh, janji🙃

-Happy Reading-

~~~

"Gimana? Masih ada yang sakit?" Tanya Habibi yang baru saja memasuki ruang rawat VVIP itu.

Seorang lelaki yang terbaring di atas brankar rumah sakit menatap Habibi dan para sahabat Habibi yang baru saja memasuki ruangan.

"Udah baikan, sekali lagi makasih ya udah mau bantuin gue," Ucap Viktor sungkan.

Kata dokter, lelaki itu memiliki luka tusukan di area perut kiri nya, mangka nya harus di jahit, dan untung saja luka nya itu tidak terlalu dalam. Tapi tetap saja, Viktor harus menginap untuk beberapa hari disini.

Selama Viktor di rawat Habibi dan para sahabat nya memang sengaja menunggu. Khusus nya sekarang jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, dan Viktor baru sadar.

Habibi duduk di kursi yang ada di samping brankar, "santai aja."

"Oh iya, btw kalian tadi dari mana? Setahu gue jalan itu jarang di lewatin?" Tanya Viktor penasaran.

"Apa urusan nya sama lo? Minimal intropeksi diri, lo siapa berani nya tanya-tanya kayak gitu, jangan sokap yeww!" Kesal Arsaka sambil menatap sinis ke arah Viktor.

Viktor terkekeh mendengar ucapan Arsaka, "sorry gue terlalu lancang, habisnya gue penasaran aja."

"Kami lagi cari bukti tentang pelaku yang udah buat Aldebaran pergi," Celetuk Habibi.

Arsaka menatap kaget ke arah Habibi, "lo gimana sih Bi?! Kenapa di kasih tahu, nanti kalau dia rencanain sesuatu buat halangin kita cari bukti gimana?!"

"Iya tau tuh, seharusnya kita nggak boleh langsung percaya sama si curut ini, dia itu licik sama kayak geng nya," Ucap Wistian mengompori.

"Gue gak sejahat itu, kalian tenang aja gue akan tutup mulut soal ini. Tapi kayak nya gue bisa bantu."

"Maksud lo?" Tanya Aksel.

Kini posisi nya, Habibi sedang duduk di kursi samping brankar, dan Aksel, Arsaka juga Wistian berdiri melingkari brankar. Sedangkan dua kutub (Ghaza, Arkana) sedang duduk santai di sofa.

"Kalian pasti udah tahu pelaku asli nya kan?" Tanya Viktor.

"Bel-"

"Udah," Serobor Habibi memotong ucapan Arsaka.

"Nah... Waktu itu gue pernah liat di kamar dia ada pisau yang udah kotor gitu sama darah kering, dan parah nya lagi di pajang, sama ada tulisan di atasnya kayak gini "maut Aran," Bisa jadikan pisau itu adalah pisau yang waktu itu dia pakai saat tauran, dan disana pasti masih ada sidik jari nya," Jelas Viktor.

"Tunggu-tunggu, dia yang lo maksud itu siapa?" Tanya Wistian tak mengerti.

"Orang yang udah bunuh Aldebaran," Geram Habibi sambil mengepalkan kedua tangannya.

PERMAINAN TAKDIRWhere stories live. Discover now