13.

1.6K 174 16
                                    


"can I be yours?"














"don't you love me, Jake??"










"Why are you ignoring me?"







Jake menjauhkan tubuh Heeseung perlahan, kini mereka berada di posisi saling duduk berhadapan hadapan. Jake hanya membuang mukanya dan sedikit meringis. Ia tidak tahu hal ini akan terjadi.

"Hee dengar, aku butuh waktu..."

Butuh tenaga extra hanya untuk mengatakan satu kalimat itu. Jake berfikir dirinya lebih baik pingsan daripada harus menatap mata pria didepannya.

Jake melirik ke arah Heeseung.

"Tatapan macam apa ini.."

Sebuah tatapan yang tidak pernah Jake lihat sebelumnya.

Kekhwatiran, ketakutan, panik, semuanya menjadi satu seakan Heeseung akan kehilangan segalanya jika Jake tidak membalas perkataan itu.

Heeseung benar benar memohon.

"Heeseung, aku sebenarnya tidak mengerti apa yang kau bicarakan daritadi. Rasa.. padaku? Aku bahkan seorang lelaki."

Jake mencoba untuk berkata tenang dan tidak menunjukkan reaksi yang sama.

"...."

Pandangan Heeseung berubah. Perasaan Heeseung kini benar benar jatuh sejatuh-jatuhnya. Badannya kaku, kepalanya pusing, bahkan tatapannya kini tidak lagi sama.

Jake yang melihat itu menjadi bergidik. Ya, itu adalah tatapan seperti yang Jake lihat saat pertama kali bertemu Heeseung.

"Waktu ya.." Heeseung menatap kosong kearah Jake.

"Ah hahaha, kau benar! Waktu. Semua pasangan akan berkata hal seperti itu bukan saat mereka saling mengungkapkan perasaan?" Heeseung mencoba tersenyum walau hatinya sudah hancur saat ini.

"Heeseung, bukan-"

"Jangan- jangan paksakan dirimu. Aku akan beri kau waktu sampai besok. Itukan yang kau mau?"

Jake diam seribu bahasa.

Heeseung kemudian bangkit. Pikirannya bak kapal pecah. Ia berjalan perlahan mengambil jaket yang dirinya gantungkan diujung pintu.

"Aku tunggu jawaban mu, ya? tidak apa- aku tahu setiap pasangan yang menyatakan perasaan mereka pasti membicarakan ini."

Heeseung menutup pintu Jake dengan sedikit kasar.

Pria berambut hitam pekat itu hanya duduk melihat Heeseung yang kian hilang dari pandangannya.

Kini.. apa yang harus ia lakukan?

.

.

.

.

Heeseung membanting jaket yang ia kenakan di kasur miliknya.

Nafasnya terengah, ia remas wajahnya sendiri. Heeseung mencoba mengatur nafas dan bersikeras untuk tidak membanting barang keras yang nantinya akan menimbulkan "bunyi" kepada tetangga di sebelahnya.

"Dia tidak mungkin menelantarkanku bukan?"

"Dia juga sangat mencintaiku bukan?"

"Dia menginginkanku, bukan?"

Heeseung meraba barang barang dimejanya mencari ponsel yang ia sengaja tinggalkan. Dilihatnya roomchat milik Jake yang tidak menunjukkan satupun pesan.

Heeseung merangkak naik ke kursi dan mulai menyalakan komputernya. Ia lalu senderkam bahunya dan memejamkan matanya. Ia coba tenangkan dirinya saat itu.

STALKER. | HEEJAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang