30.

1.3K 165 42
                                    

Jake menghela nafasnya pelan. Pandangannya kini lurus ke arah lantai. Dirinya benar benar ingin pergi, namun kakinya tidak dapat bergerak.

Jake berjalan mendekati Heeseung yang masih berada di lantai. Jake peluk erat erat badan Heeseung.

"Tenang, aku disini."

.

.

.

.

.

Kini kedua pria itu duduk bersampingan. Jake menatap dalam dalam mata Heeseung.

"Heeseung.."

"Maaf."

"Tidak, aku tahu keadaanmu."

Heeseung mengelus rambut Jake, ia benar benar takut jika Jake menjauhinya.

"Kau tidak perlu seperti itu."

"Apa maksudnya Jake?"

"Sayang, dirimu tidak perlu mengkhawatirkanku berlebihan. Aku tidak akan pergi."

"Benarkah?"

"Iya, Heeseung. Dengarkan baik baik." Jake menangkup pipi Heeseung.

"Aku menyukaimu. Aku menyukaimu dari dulu, bahkan sebelum kau melakukan semua ini, aku sudah bertekad untuk tidak meninggalkanmu."

"Tolong, percaya padaku. Selama aku masih berada di sisimu, kau selalu yang aku pilih." Jake menambahkan.

Perasaan Heeseung menjadi sedikit lega, ia rasanya mendapatkan sesuatu yang dirinya inginkan saat ini.

Heeseung tidak perlu melakukan semua itu, dirinya tidak perlu mengurung Jake, tidak perlu mengekang Jake.

Hati Heeseung rasanya ingin meledak saat mendengar bahwa Jake menyukainya.

"Jake menyukaiku.."

"Walaupun aku tidak 24 jam ada di sisimu, aku selalu ada bersamamu, Disini." Jake menyentuh dada Heeseung.

Kini Heeseung yang tidak dapat berkata apa apa.

"Aku tidak akan kemana mana, ayo kita mulai yang baru. Balik seperti dulu."

Heeseung memeluk Jake erat erat ia usap kepala Jake dengan lembut. Dirinya cium pipi Jake berkali kali.

"Terimakasih." Bisiknya.

Jake tersenyum.

"Kita sembuh sama sama, ya?"

.

.

.

.

.

Kedua pria itu mematung di depan bangunan berwarna putih dengan orang yang terus berlalu lalang.

Rumah sakit jiwa.

Heeseung menggandeng tangan Jake dan masuk kedalamnya. Pikiran Heeseung seakan ditarik ke masa lalu, masa dimana ia harus menghabiskan berbulan bulannya untuk tinggal dan dirawat disana.

"Kau akan bertemu psikiater?"

"Iya."

"Dimana ruangannya?"

"Aku.. tidak tahu."

Jake memiringkan kepalanya, bagaimana Heeseung bisa tidak tahu dimana ruangannya? Bukankah dirinya sendiri bilang kalau dia rutih pemeriksaan?

"Bagaimana kau tidak tahu? Bukankah saat itu kau pemeriksaan??"

"Sebenarnya, aku tidak pernah periksa, aku tidak suka disini."

STALKER. | HEEJAKEWhere stories live. Discover now