38.

1K 123 8
                                    

"Aku Jake shim, kekasihmu Lee Heeseung."















Heeseung memundurkan langkahnya perlahan, ia kemudian menepuk nepuk pipinya pelan, dicubitnya sesekali.

Tidak, ini bukan mimpi.

Heeseung kembali melihat pria didepannya itu, ia perhatikan seksama paras wajahnya, itu adalah Jake, Jake shim kekasihnya.

Pria didepannya itu mendekat, matanya merah menahan air matanya sendiri. Ia kemudian rentangkan tangannya.

"Heeseung, ini aku. Ini aku kekasihmu, sayang."

Heeseung mendekat dengan keraguan, ia kemudian memeluk pria didepannya itu.

Ledakan memori seketika muncul kembali, pelukan ini, perasaan hangat ini.

Ia adalah shim Jaeyun.

Jake mengusap air matanya, "Heeseung maafkan aku, aku sungguh minta maaf."

"Bagaimana bisa.." Heeseung masih sangat terkejut, seluruh tubuhnya kaku.

Jake kembali memeluk Heeseung, Heeseung membalas pelukan itu sambil mengusap kepala Jake.

Yang Heeseung butuhkan saat itu adalah dekapan yang menenangkan, dan Heeseung sudah mendapatkan itu hari ini setelah sekian lama dirinya berpisah.

"Ada banyak sekali yang ingin aku jelaskan, Heeseung aku sangat merindukanmu."

"Jake.." Heeseung memejamkan matanya.

"Heeseung, bagaimana kehidupanmu saat ini?"

Heeseung melepas pelukan itu, ditatapnya Jake dengan dalam.

"kau tahu bagaimana hidupku setelah kau pergi?"

"Aku memikirkanmu setiap saat, bahkan hal pertama yang kupikirkan saat bangun tidur pertama kali adalah dirimu, kau tahu seberapa memuakkannya hal itu? Rasanya seperti aku tidak ingin bangun saja."

"Aku menangis setiap malam, aku menangis setiap kali melihat bulan. Diriku ingin berkata tidak, tetapi hatiku terlalu rapuh."

"Semua hal, barang, bahkan tempat yang diriku kunjungi mengingatkan ku padamu, aku lelah Jake.. aku lelah."

"Sakit, rasanya sakit sekali. Aku tidak bisa kehilanganmu, aku tidak bisa hidup tanpamu. Semua yang kulalui menjadi hampa."

Heeseung tidak bisa menahan kakinya yang mulai melemah. Ia kini terduduk tepat berada dihadapan Jake. Mencengkram dengan erat kaki pria itu.

"Aku mencintaimu mu Jake, aku terlalu mencintaimu."

"Aku hanya ingin kau selalu ada disisiku, aku hanya ingin diriku dapat mencintai mu seutuhnya. Sesusah itukah?"

Air mata Heeseung pecah. Ia menangis.

Hal yang paling menyakitkan dalam dirinya, kini rasa tangis itu bercampur dengan perasaan bersyukur.

Kembalinya Jake adalah sebuah keajaiban yang tidak pernah terpikir olehnya.

Jake terduduk, ia memeluk badan Heeseung erat. Mengelus punggung Heeseung.

Jake tidak bisa berkata apa apa mendengar semua perkataan Heeseung. Ia tidak menyangka dirinya akan sepenting ini bagi Heeseung.

Heeseung mengelus rambut Jake. Sudah lama sekali sejak ia merasakan betapa lembutnya rambut kekasihnya itu.

Heeseung dengan perlahan mendekatkam wajahnya. Mencium bibir Jake lembut.

Kali ini rasanya benar benar seperti surga.

Heeseung melumat bibir Jake dengan gentle, ia usap kepala Jake dengan penuh kasih sayang.

keduanya saling berpelukan, tenggelam di hangatnya pelukan itu.

"Heeseung apakah kau membenciku?" Jake menaruh dagunya di pundak Heeseung.

"Tidak..tidak akan pernah." Heeseung memejamkan matanya.

"Bagaimana aku dapat membenci orang yang menyelamatkan hidupku? Bagaimana aku dapat membenci orang yang paling aku sayangi? Seseorang yang selalu menarik ku dari kegelapan, seseorang yang selalu ada disaat diriku membutuhkannya, seseorang yang aku anggap sebagai semestaku. Bagaimana aku dapat membencimu, sayangku?"

Ah ya. Itu pertama kalinya setelah beberapa tahun, pertama kalinya Heeseung menyebut Jake dengan panggilan sayang.

Jake menangis tersedu sedu. Dirinya sangat menyayangi kekasihnya, ia sangat menyayangi Heeseung.

"Kau selalu jadi yang pertama, Jake. Kau adalah cinta pertama dan terakhirku."




..

Mereka kini saling berjejer menatap langit sore yang kian berubah menjadi gelap. Heeseung memegang tangan Jake, dirinya masih tidak percaya.

"Kenapa kau menghilang?" Heeseung membuka mulutnya.

"Ah itu.."

Jake menarik nafasnya dalam dalam.

"Saat sampai ke Australia, aku langsung dikurung oleh bibiku di rumahnya."

"Tunggu.. bagaimana dengan pesawatmu?"

"Pesawat apa?" Jake kebingungan.

"Pesawat mu jatuh.."

Jake menaikkan kedua alisnya, melihat Heeseung dengan tatapan bertanya tanya.

"Pesawat ku tidak pernah jatuh hee."

Ah jadi seperti itu, Jake menaiki pesawat yang berbeda. Heeseung terkekeh mengingat dirinya yang hampir gila karna hal itu.

"Bibiku memaksaku menikah dengan seorang perempuan, dengan begitu ayah akan simpati kepadanya."

"Dia hanya menginginkan harta ayahku."

"Aku benar benar tidak diberi akses apa apa, Hee. Kalau dipikir pikir, terkurung denganmu rasanya lebih baik."

"Lalu?"

"Aku hampir menikah dengan wanita itu."

Jake menghela nafasnya, "pernikahan kami seharusnya dilakukan tahun ini, tapi sungguh aku tidak kuat. Aku kabur dengan segala cara yang bisa kulakukan."

"Dan tentang ayahku, ternyata dia juga memanfaatkan ku. Dia tidak sayang sama sekali denganku." Jake menatap Heeseung sambil tersenyum.

"Itu adalah kesalahan terbesar yang pernah diriku lakukan, seharusnya aku tidak pergi saat itu."

Kalau dipikir pikir, itu menyakitkan. Tetapi yang berlalu biarlah berlalu. Toh, yang penting sekarang Heeseung sudah bersama dengan Jake, Jake juga sudah kembali. Apa lagi yang harus dirinya pikirkan??


"Tidak apa, Jake. aku mengerti."








TBC.


STALKER. | HEEJAKEWhere stories live. Discover now