28.

1.1K 148 13
                                    

"kamu tidak bisa menyelesaikan permintaan mu tuan."

Jay memejamkan matanya, menghembuskan nafas panjang. Kini dirinya sedang berada di kantor polisi.

"Apa maksudnya tidak bisa? Ini sudah seminggu!"

"Dia hanya kerabat mu, kami butuh rincian pasti dari keluarganya. Coba anda tanyakan dulu kepada keluarganya. Jangan jangan dia ada disana."

"Keluarganya tidak disini, pak! Mereka berada di Australia."

"Exactly. Apa tidak ada kemungkinan bila dirinya akan ke Australia?"

Jay terdiam membisu. Dirinya baru menyadari sesuatu.

Jangan jangan Jake benar benar pergi ke Australia. Tapi mengapa Jake tidak bilang padanya? Apakah dirinya terlalu berlebihan?

Apakah hanya dirinya saja yang mengkhawatirkan Jake? Bagaimana jika Jake ternyata tidak perduli dengannya?

Jay meninggalkan tempat itu dengan pikiran yang masih kacau. Harus kemana lagi dirinya mencari Jake?

Tetapi Jay tahu betul bahwa Jake bukan orang yang akan pergi tanpa sebab. Terlebih ia bolos kampus tanpa ada alasan apapun. Pasti ada sesuatu yang salah dengannya.

Jay memperhatikan ponselnya. Jake belum juga membalas pesannya.

"Last seen 1 week ago."

Apakah mungkin ponsel milik Jake hilang?

Jay mencoba untuk menelpon Jake untuk kesekian kalinya. Hasilnya tetap sama, tidak dijawab.

Mata Jay membulat saat melihat notifikasi dari Jake. Ia dengan gegabah membuka roomchat itu hingga ponselnya hampir terjatuh.

..


JAKE.
Jay
16.00

JAY.
Jake?!! Kau ada dimana. Kenapa kau tidak memberi tahuku? Anything alright?
16.00

Aku mengkhawatirkan mu, kau ada dimana??
16.00

Jake?
16.05

Jake?? Tolong jawab aku. Apa terjadi sesuatu?
16.05

JAKE.
Tidak ada
16.10

Berhenti mencari ku.
16.10

JAY.
Apa maksudmu?
16.15

JAKE.
berhenti mencari kekasihku, Jay.
16.20

Jake bahagia bersamaku, dia tidak ingin menemuimu sekarang.
16.20

*Send pic*
16.20


Jay membuka foto itu, dilihatnya Heeseung yang merangkul Jake dengan sangat erat sembari mencium pipinya. Jake terlihat tersenyum, tetapi senyumannya sedikit datar.

Jay langsung memencet tombol panggilan saat itu. Dirinya tidak perduli jika Heeseung yang menjawab panggilannya.

"Hey, aku ingin bicara dengan Jake."

"Untuk apa?"

"Kenapa kau bertanya untuk apa? Dia sudah hilang seminggu. Ponselnya mati, apa yang kau lakukan dengan Jake?"

"Kenapa kau resah sekali, Jake senang bersamaku, iyakan sayang?"

Heeseung mendekatkan ponsel itu ke arah Jake, membuat Jake menjawab perkataan kekasihnya.

"Iya.. Jay aku tidak apa apa. Tidak usah mengkhawatirkan ku."

"Apa maksudnya tidak apa apa?! Jake aku butuh jawaban seriusmu."

"Sudah sudah, tidak usah membuang waktu dengan menanyakan hal yang sama. Aku dan Jake adalah sepasang kekasih."

"Apa?"

"Kekasih, kau tidak dengar? Kami akan hidup selamanya berdua. Berhenti menyukainya."

Heeseung kemudian mematikan panggilan itu. Jay hanya terkekeh saat tahu jika Heeseung menebak bahwa dirinya memang menyukainya.

Jay memasukkan tangannya ke saku. Ingin sekali hatinya merelakan Jake yang sudah bersama Heeseung. Toh, mereka kekasih. Artinya Jake juga menyukai Heeseung.

Tetapi dalam benak Jay, ia masih beranggapan bahwa ada sesuatu yang terjadi. Padahal Jake bilang bahwa rahasianya adalah rahasia bersama.

Mengapa Jake tidak berkata apapun ke Jay?

.

.

.

.

"Heeseung.." Jake memainkan jari jarinya, dirinya menatap lurus ke arah Heeseung.

"Iya sayang?"

"Bolehkah aku pinjam ponselku?"

"Kau mau apa?"

"Aku cuma mau memberi tahu teman temanku, aku tidak ingin ini menjadi masalah besar."

"Tidak perlu." Heeseung menatap dalam dalam mata Jake. Mereka kini sedang berbaring bersama.

"Kau kan hanya perlu diriku di dunia ini."

Heeseung mengambil sesuatu dari kantongnya. Diambilnya rantai berbahan besi yang tidak asing Dimata Jake.

Sebuah borgol.

"Tunggu, Heeseung?? Kau mau apa?"

Heeseung memasangkan borgol tersebut ditangannya dan juga tangan Jake.

"Nah kalau begini, tidak ada yang bisa kabur diantara kita."

"Heeseung ini keterlaluan!" Jake mencoba melepas tangannya.

"Jake, kau mencintaiku bukan?"

"Apa??"

"Kau mencintaiku, kan?"

Jake terdiam. Apakah benar dirinya mencintai Heeseung?? Jake memang sayang kepadanya, namun tidak dengan cara ini.

Hubungan mereka baik baik saja sebelum semua ini terjadi.

"Aku..." Jake tidak bisa melanjutkan bicaranya.

Heeseung menindih badan Jake kali ini, matanya kini bisa melihat seluruh ekspresi muka Jake. Ia letakkan kepalanya di leher jenjang milik Jake.

"Say that you love me."

"I-"

"Say it."

"I love you, Heeseung."

Heeseung tersenyum, mengelus rambut kekasihnya tersebut.

"Cium aku." Heeseung berbicara.

Jake kemudian mencium pipi Heeseung di kanan dan juga bagian kiri. Dirinya bahkan tidak tahu apa yang ia rasakan saat ini.

"I'm glad i didn't die before I met you."





















7 mei.

Akhirnya.

Akhirnya dirinya menjadi milikku.

Milikku seutuhnya.

Malaikat kecilku, shim jaeyun.

Tapi apa yang harus kulakukan selanjutnya? Bagaimana jika aku kehilangannya? Tidak, itu tidak mungkin terjadi.

Bagaimana jika ada orang lain yang merebutnya dariku? Bagaimana jika aku mati duluan dan dirinya bersama orang lain seletelahnya? Apa yang harus kulakukan?

Aku ingin dirinya terus menyebut namaku. Aku ingin dirinya terus memelukku, aku ingin dirinya terus menciumku.

Jaeyun, apa yang sudah kau lakukan padaku??










TBC.

STALKER. | HEEJAKEWhere stories live. Discover now