34.

1K 127 11
                                    

Heeseung mendempetkan dirinya di antara kerumunan orang orang, ia penasaran sebenarnya apa yang sedang terjadi.

Heeseung bertanya kepada wanita paruh baya disampingnya.

"Ada apa ini?"

"Diriku juga tidak tahu.. mereka tiba tiba panik."

Heeseung sudah mencoba bertanya ke pada petugas bandara tapi tidak satupun diantara mereka yang menjawab. Semuanya disibukkan dengan kegiatan masing masing.

Heeseung melemparkan pandangannya ke arah toa pemberitahuan, ia dengarkan baik baik berita saat itu.

"Mohon maaf untuk para penumpang yang berbahagia, kami disini ingin mengabarkan bahwa semua penerbangan akan kami delay sampai sekiranya suasana telah kondusif."

"Hari ini, pesawat penerbangan ke Australia berkode X-77 kehilangan kendali dan kami belum bisa mengetahui pasti bagaimana keadaan awak kabinet saat ini."

"Radar masih melihat pesawat itu berputar putar di tengah lautan, kita berdoa bersama sama agar para penumpang dan semua pegawai selamat."

Pemberitahuan itu berhenti. Heeseung masih tidak percaya apa yang barusan didengarnya. Ia terduduk untuk seketika, mencerna semua yang bandara itu beritahukan.

"Tidak, bukan. Itu hanya kecelakaan kecil kan? Pesawat itu akan masuk kontrol lagi dan mendarat dengan sempurna, kan?"

Heeseung meremas rambutnya kuat kuat, ia hanya bisa terduduk disana untuk beberapa menit.

Heeseung berjalan dengan langkah yang diseret ke arah pusat pemberitahuan bandara.

Beberapa pegawai sudah menyuruhnya untuk pergi tetapi Heeseung menolak. Ia berkata bahwa tidak masalah jika ia harus menunggu seharian.

2 jam berlalu. Heeseung masih menundukkan kepalanya menunggu dengan pasti kabar dari bandara saat itu.

"Maaf, tuan Heeseung?"

Heeseung dengan cepat menaikkan kepalanya.

"Iya, iya! Itu saya."

"Sebelumnya, apakah ada keluarga anda yang berada di dalam pesawat itu?"

"Tidak, bukan. Kekasih saya."

Perempuan itu terdiam sejenak, mengambil nafasnya panjang panjang untuk menjelaskan kepada Heeseung.

"Saya minta maaf, maaf untuk anda harus mendengar ini. Tetapi.. pesawat dengan kode X-77 jatuh, tuan."

Heeseung berdiri membisu, ia baru saja seperti ditusuk oleh ratusan pedang. Bahkan dirinya terlalu terkejut untuk bisa menggerakkan seluruh tubuhnya, dirinya terlalu shock untuk bisa menangis dan mencerna perkataan wanita itu.

Pandangan Heeseung kini buram dan kian memudar. Suara lalu lalang bandara hilang perlahan, yang hanya bisa ia dengar adalah suara wanita tadi yang terus memanggil dirinya. Suara itu kini menjadi samar.

Pikiran Heeseung kosong.

Ia tidak tahu harus bereaksi apa apa, dirinya tidak dapat berbicara sekarang.

Beberapa detik berlalu, Heeseung tanpa sadar mengeluarkan air matanya. Dirinya kini bisa merasakan sakit yang teramat tersebut.

Ia tidak bisa bernafas, dadanya sakit. Butuh tenaga extra hanya untuk berbicara satu patah kata. Jantungnya seperti ingin meledak, Heeseung terengah saat ini.

"Apa.. katamu?" Heeseung melihat wanita itu kembali.

"Pesawat penerbangan ke Australia, jatuh tuan."

..

"INI PASTI ADA KESALAHAN TEKNIS, RADAR KALIAN SALAH BUKAN??"

"tuan tolong jangan berteriak, kami bahkan belum memberitahu penumpang lain tentang hal ini."

"KATAKAN PADAKU INI SEMUA BOHONG. IYAKAN?"

"Tuan, maafkan kami."

Kedua pria dengan Jas itu berusaha menahan Heeseung yang terus terusan meronta. Heesseung kini malah terlihat seperti.. orang gila.

Heesseung terus terusan saja menanyakan hal yang sama.

Ini hanya kesalahan informasi bukan?

"LALU BAGAIMANA DENGAN PENUMPANG NYA, APAKAH SEMUANYA SELAMAT?"

"kamu belum melakukan pencarian, ini kecelakaan yang baru saja terjadi."

"DASAR TIDAK BERGUNA, KENAPA KALIAN HARUS MENUNGGU LAMA UNTUK MELIHATNYA?"

"tuan, pesawat itu terjatuh di lautan."

"Lalu kenapa..." Suara Heeseung melemah.

"Kami tidak bisa melakukan pencarian langsung jika dilautan, tuan. Terlalu beresiko."

"Bawa aku pergi untuk mencarinya juga."

"Apa?"

"Aku bilang aku ingin ikut dalam pencarian pesawat itu."

"Tentu tidak bisa-"

"APA MAKSUDMU TIDAK BISA? KAU MAU BERAPA? RATUSAN JUTA? MILIARAN? ATAU KAU MAU SEMUA SAHAMKU? AMBIL." Heeseung menutup matanya sendiri dengan tangan.

"Bukan soal itu tuan.. hanya tim SAR yang berhak melakukan pencarian. Kami akan berikan info lebih lanjut besok, kami pasti akan melakukan yang terbaik. Pasti."

"kekasihku pasti selamat, kan?"

"......"

"Hey? Mengapa kau tidak menjawab ku?"

Heesseung langsung diseret keluar, dirinya masih meronta, terus terusan memaki wanita itu.

Heesseung kini menjadi tontonan banyak orang, ia bahkan tidak tahu bagaimana penampilannya saat ini.

Menyedihkan.

"Mau kami antar?" Pria berjas itu memastikan agar Heeseung tidak melakukan apapun di jalanan.

"Tidak, saya bisa sendiri." Nadanya berubah menjadi dingin.

Heeseung mengemudikan mobilnya seperti kesetanan, ia tidak perduli jika harus menabrak saat itu juga.


..

Pria itu melempar semua barang yang berada di dekatnya, komputernya ia cabut dan dirinya lempar.

Kameranya, kamera seharga ratusan juta itu rusak seketika saat Heeseung membalikkan raknya.

Heeseung frustasi, dirinya gila.

Ia hanya bisa terduduk di sofa dengan pandangan kosong. Ia ambil rokoknya dan menyalakan api itu.

"Tidak, pencariannya masih besok. Aku yakin Jake akan selamat."




"Dirinya akan selamat."









TBC.

STALKER. | HEEJAKEWhere stories live. Discover now