15.

1.5K 166 16
                                    

Dering ponsel malam itu membuyarkan lamunan Heeseung.

sebuah nomor yang tidak dikenal. Heeseung awalnya enggan menjawab panggilan tersebut, namun nomor itu terus terusan meneror ponsel Heeseung.

..

"Halo, akhirnya dijawab."

Heeseung mengenali suara itu.

"Halo? Heeseung?"

"...."

"Ini nyambung kan? Lee Heeseung?"

"...."

"Hah, kau tidak berubah ya. Ini aku Victor."

"Aku tahu."

"Aku mencari nomormu beberapa hari kebelakangan ini, untung saja ketemu. Kau ada waktu hari ini?"

.

.

.

.

Pria itu menyodorkan tangannya, ia tersenyum menunjukkan deret giginya yang rapi. Pria berambut blonde itu tidak bisa menahan senyumnya Karna akhirnya pria yang ia cari cari selama ini sudah ketemu.

Heeseung tidak membalas jabatan tangan itu. Ia lipat tangannya di dada dan menatap remeh pria disampingnya.

"Langsung saja." Heeseung menyalakan rokoknya.

"Ini kan sudah sekian lama kita bertemu, setidaknya kita basa basi dulu."

"Untuk apa, aku banyak urusan."

"Urusan apa? Kau dapat pekerjaan baru?" Pria itu merogoh sakunya dan memberikan selembar kartu perusahaan.

Heeseung membaca kartu pengenal itu. kartu perusahan dimana ia bekerja dulu.

"Singkat aja, kami ingin kau kembali."

"Aku tidak mau."

"Hey, kau-" pria itu sudah siap mengepalkan tangannya.

Victor lalu menyenderkan dirinya di kursi taman. Ia menatap gelapnya langit saat itu.

"Jadi kau sudah keluar dari rumah sakit jiwa ya? Sudah tidak gila?" Victor terkekeh pelan.

"Aku tidak gila, bos bodoh mu itu saja yang tiba tiba mengantarkanku. Atau mungkin aku memang gila, ya."

"Bagaimana kehidupanmu sekarang?"

"Sangat baik, ini terbaik yang pernah ada."

"Wah, tunggu dulu. Bagaimana bisa? Seorang pria gila yang harus masuk rumah sakit, depresi tiap hari kini sudah sembuh?"

"Aku punya kekasih, aku punya alasan untuk hidup."

"Kau-" Victor sedikit tersentak.

"Sejak kapan kau punya pacar?? Apakah dia cantik?"

STALKER. | HEEJAKEWhere stories live. Discover now