24.

1.2K 160 19
                                    

Hari itu Heeseung tidak datang untuk mengunjungi rumah Jake, dirinya harus pergi ke dokter untuk pemeriksaan rutin.

Jake sudah memaksa untuk menemani tetapi Heeseung menolak.

Jake yang bosan kini mulai bermain main dengan rambutnya.

"Hari ini tidak hujan, apa aku ke taman saja?"

Jake kemudian bangun dan melihat cuaca pagi itu. Langit menunjukkan warna biru cerahnya, awan pun berjejer indah bak membentuk sebuah lukisan.

Jake bersiul ringan dan mengunci pintu kamarnya. Ia lalu merogoh kantong dan mengambil ponsel miliknya. Ia akan memberi tahu Heeseung jika dirinya akan pergi mencari udara segar.

"Huh? Kenapa teleponku tidak dijawab?" Jake terus mendekatkan ponselnya itu ke telinga.

Tubuh Jake tersentak saat mendengar dering ponsel yang sama dari dalam kamar disebelahnya. Ia awalnya mengira itu hanya sebuah kebetulan. Tetapi saat ia matikan dan nyalakan ulang, ponsel itu berdering.

Pintunya tidak ditutup.

Jake tahu hal ini bukan hal yang sopan tetapi ia sangat penasaran dengan tetangga misterius itu.

Otak Jake melarang dirinya untuk masuk, tetapi kakinya terus saja berjalan.

..

Ruangan itu gelap, sangat gelap. Dirasakan udara yang panas dan juga tidak nyaman. Tangan Jake meraba raba dinding mencari saklar dan kemudian menyalakannya.

Ruangan itu terlihat normal, sama seperti kamarnya.

Jake lalu mencari arah suara ponsel tersebut, ia masuk kedalam satu ruangan yang tidak terkunci.

Jake kemudian membuka pintu itu.

Dilihatnya ponsel yang terus bergetar diatas meja dekat komputer.

"Tunggu, ini bukannya..?"

Jake terdiam memaku memperhatikan desain ponsel tersebut, sebuah ponsel yang tidak asing baginya.

Itu milik lee Heeseung.

Jake kemudian memperhatikan seluruh bagian kamar dan menyadari sesuatu.

Puluhan bahkan ratusan foto terpampang jelas, tertempel di dinding putih kamar itu. Jake mendekatkan wajahnya ke salah satu foto didepannya.

Itu foto dirinya, itu foto shim jaeyun.

Pusing, penat, bingung, semua menjadi satu. Jake tidak bisa berbicara apa apa. Kakinya kini melemas. Ia masih melihat seluruh isi ruangan yang dipenuhi oleh fotonya tersebut. Bahkan di kasur terdapat foto dirinya.

Jake melihat komputer yang menyala didepannya, walau ragu Jake tetap mencoba menyalakannya. Jake kemudian mengutak Atik isi komputer tersebut.

"Apa apaan..."

Jake membisu melihat pemandangan didepannya, sebuah komputer berisikan layar CCTV yang bersebaran dimana mana.

Tidak, ini bukan tempat yang asing bagi Jake. Ini adalah kamarnya.

Kamar tidur, ruang tamu, dapur, bahkan kamar mandi semuanya terlihat jelas di mata Jake kala itu.

Dengan tangan gemetar Jake terus membuka isi dari komputer itu, dilihatnya situs yang menampilkan chat tentang dirinya, menampilkan semua pesan yang berada di ponselnya.

Bahkan di bagian lokasi, ia menemukan GPS bernamakan nama Jake.

Jake rasanya ingin menghilang saat itu, ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Jake kemudian berlari ke arah dapur.

STALKER. | HEEJAKEDär berättelser lever. Upptäck nu