III. Teman, Bisa Mendekat Sebentar?

5K 194 31
                                    

Teman, bisa mendekat sebentar? Aku ingin membisikkan sesuatu:

"I want to be in the same shoes as you are in."

.

.

.

Mereka menanyakan kepastian hubungan kalian. Dan aku ada disana, mendengarkan setiap kata yang keluar melalui jawabanmu. Kamu tidak tahu, teman, aku memalsukan senyum saat itu. Mereka bilang kamu cocok dengannya, aku pun mengiyakan. Kenyataannya? Kamu memang sangat cocok dengannya. Kamu cantik, dia pun tampan, benar-benar tampan.

Saat kita semua jalan berbarengan di tepi jalan saat itu, aku kerap memikirkan tentangnya. Mana mungkin dia memilihku sedangkan ada gadis sepertimu yang menyenangkan, disukai banyak orang, tidak membosankan, mempunyai banyak kesamaan dengannya dan hal-hal lain yang mungkin aku tidak punyai dalam diriku.

Sumpah, kalau kamu dan dia benar-benar bersama, aku tidak tahu lagi harus bagaimana. Tetap berbahagia atas hubungan kalian walaupun mungkin nantinya hatiku hancur tiap melihat kalian berdua?

Yang paling mengiris hati adalah tidak ada satu orang pun yang tahu kalau aku menyukainya. Tidak ada yang mendukungku, yang menguatkanku, yang menjadi penopang saat pertahananku runtuh.

Aku juga ingin berjalan di sampingnya.

Aku juga ingin mengobrol dengannya tentang apa saja.

Aku juga ingin merasakan semua yang pernah kamu jalani bersamanya.

Aku mungkin tidak tahu banyak tentangnya, sebanyak yang kau tahu, tapi aku yakin bahwa perasaanku padanya tidak lebih dari yang kau miliki. Kau menganggapnya teman, bukan? Kamu harus pegang omonganmu itu.

Mungkin aku juga perlu bersyukur sebab kamu tidak menyukainya dalam artian tidak membencinya. Dia pintar, dia punya banyak penghargaan, dia akan memiliki masa depan yang cerah dan sekali lagi, dia tampan.

Jangan ajari aku tentang hal ini: aku membencimu saat dia selalu berlari ke arahmu untuk menanyakan, memastikan, mengingatkan tentang sesuatu. Kenapa bukan aku duluan? Kenapa harus kamu? Oh, ya. Kamu dan dia (sekali lagi) punya banyak kesamaan.

Beberapa hari setelah hari dimana kamu mengungkapkan perasaanmu yang—aku tidak yakin—jujur tentangnya, aku sedang berada dalam mobilku. Menatap keluar jendela sambil mendengarkan lagu yang terlantun melalui DVD player pagi itu, Right Here Waiting For You.

Tidak tahu kenapa, dadaku tiba-tiba sesak dan tenggorokanku tercekat. Aku menggigit bibir bawahku, mengerutkan keningku dan menangis. Aku ingat dia. Selalu dia, juga kamu yang sedang tertawa bersamanya. Aku benci itu, sebesar apapun dengan yang ingin kamu bandingkan. Aku benar-benar mencintainya. Sialan!

Aku baru mengerti sekarang bagaimana rasanya pemain-pemain serial TV maupun film yang pernah kutonton, yang sok kuat bertahan dalam tempat yang seharusnya tidak mereka tinggali—mencintai tanpa dicintai. Mereka bodoh, aku tahu itu, tapi aku harus mengapresiasi kesetiaan mereka. Perasaan tulus dan tidak meminta imbalan apapun. Tidak sepertiku yang meraung-raung ingin diperhatikan olehnya.

Dan satu lagi. Mengapa aku harus suka padanya? Bukan yang lain?

Semua akan lebih mudah jika aku berhasil memaksakan diriku untuk jatuh cinta dengannya.  Dengan lelaki itu, bukan dia. Orang itu juga hebat, mungkin lebih dari dia yang sering kupikirkan selama berbulan-bulan ini dan juga saat aku menulis paragraf-paragraf dalam tulisan ini. Nilai plusnya lagi, lelaki itu menyukaiku, dia yang bilang begitu.

Tapi, teman, cinta tidak selalu gampang dan semudah teori satu tambah satu sama dengan dua atau percepatan yang dialami oleh setiap benda jatuh bebas selalu sama, yakni sama dengan percepatan gravitasi bumi. Sepertinya aku jatuh cinta pada orang yang salah. Aku tahu, dia tidak akan melirikku atau sekedar menyadari kalau selama ini aku selalu memperhatikannya diam-diam.

.

.

.

Teman, bisa mendekat sebentar? Aku ingin bicara dari hati-ke-hati denganmu:

"Katanya dia tidak suka padamu. Katanya kalau dia jadian denganmu, dia akan dibenci gadis lain. Katanya meski kamu suka padanya, dia tetap tidak akan tertartik padamu. 

Itu katanya, bukan kataku. Itu dirinya, bukan diriku.

Kamu mau mendengar pernyataan cintaku? Aku sayang kamu."

L'Éternité et AprésWhere stories live. Discover now