V. Sedangkan Kamu...

4.5K 163 20
                                    

Dia paling suka melihat langit senja. Apalagi kalau warna yang mendominasi adalah magenta dan oranye. Sedangkan kamu... kamu lebih suka melihat langit malam. Apalagi kalau saat terang bulan purnama, begitu katamu.

Dia paling suka minum kopi hitam buatanku melalui piringnya. Sedangkan kamu... kamu lebih suka minum kopi yang berharga dua kali lipat dari uang jajanku sehari.

Dia paling suka menonton film yang aku sukai tanpa harus memaksakan untuk menonton film favoritnya bersamaku. Sedangkan kamu... kamu lebih suka bermain XBox dari pagi sampai malam dibanding menyetujui kemauanku.

Dia paling suka mengobrol denganku sampai larut malam meski itu berarti dia harus belajar sampai subuh. Sedangkan kamu... kamu lebih suka bercerita tentang dirimu sendiri sampai aku hafal diluar kepala tentang apa yang akan kamu katakan selanjutnya. Kamu bahkan tidak bertanya apakah hariku menyenangkan atau sebaliknya.

Dia paling suka menggambar pemandangan menggunakan pensil kayunya. Sesekali dia juga melukis apapun yang menurutnya menarik, terkadang aku jadi objeknya. Sedangkan kamu... kamu lebih suka membuat puisi, yang sering kamu tunjukan padaku tiap Jum'at pagi. Aku tidak tahu kenapa harus pada Jum'at pagi dan aku tidak akan bertanya. Mengingat kamu juga tidak pernah bertanya tentang komentarku akan puisimu itu.

Dia lebih suka menggangguku saat aku membaca komik yang baru kubeli atau membuat fokusku tidak tertuju pada komik itu, tapi padanya. Sedangkan kamu... kamu lebih suka meminjam komikku setelah aku selesai membaca padahal aku tahu, kamu bahkan tidak membacanya samasekali.

Dia lebih suka mendahulukan kepentinganku, mendengar keluh kesahku, menanggapi rengekkanku dengan senyum yang menyejukkan lalu memelukku dan mengusap-usap punggungku lembut, memberi efek menenangkan pada hatiku. Sedangkan kamu... kamu lebih suka membuatku kesal, melakukan sesuatu yang aku tidak sukai dan memaksaku untuk mengucapkan kata "maaf" duluan hanya supaya kamu bisa mengulang kembali segala hal yang kusebutkan diatas tadi. Selalu begitu, lagi dan lagi.

Dia seorang muslim yang taat dan sosok pria yang hampir sempurna. Sedangkan kamu... kamu termasuk salah satu orang yang tidak percaya akan adanya Tuhan. Kamu meragukannya, katamu.

Seharusnya aku tahu, dia adalah orang yang tepat buatku. Dia punya segalanya yang aku inginkan dalam diri seorang pria. Dia lebih dari kamu! Tapi mengapa sangat sulit untuk jatuh hati padanya? Terlebih lagi... untuk yang kedua kalinya?

Bukankah seharusnya segalanya menjadi mudah karena dulu aku pernah mencintainya?

Mengapa aku bisa lupa cara untuk mencintai disaat dia selalu mengajarkanku cara tersebut setiap harinya?

Kenapa aku malah semakin tertarik padamu?

Apakah mungkin karena kesempurnaan dirinya membuatku silau dan bosan? Mungkin saja. Dia terlalu sempurna dan aku tidak suka itu, aku semakin sulit mengimbanginya. Aku malah menyukai orang yang suka akan bulan purnama, yang suka minum kopi mahal, yang lebih mementingkan XBox-nya dibandingkan denganku, yang ceriwis, yang mahir membuat puisi yang menyentuh hati, yang jarang mengembalikan komik yang ia pinjam dariku dan seorang ateis.

Sayangnya, sekarang semuanya sudah terlambat. Semestinya aku mengutarakan perasaanku dua bulan yang lalu. Saat kamu belum pergi meninggalkan aku dan semua penyesalan yang aku alami sekarang.

Kamu dimana?

Aku tidak dapat mencarimu dimanapun.

Kamu selalu bilang kalau kamu benci melihatku menangis dan terluka. Dari semua waktu yang kamu gunakan untuk melukai perasaanku, apakah kamu kerap membutakan matamu?

Kamu dimana?

Aku harap kita bertemu di kehidupan mendatang dan akan kupastikan kalau kamu membayar semua waktu yang kujalani tanpamu.

L'Éternité et AprésWhere stories live. Discover now