Luke Hemmings; "Off-Limits"

4.5K 155 25
                                    

A/N: Buat nadhifara yang minta dijadiin adeknya Ashton Irwin dan disukain sama Luke Hemmings (5SOS) di one shot ini. Anda suka, saya senang.

ENJOY!

***

Oh god I did the wrong thing to the right girl

My mind was only in it for a minute

Had a bad fling with a good girl

I was stupid and dumb and not giving a—

The blank stare out the window

If I could just sober up I could just admit

I did the wrong thing to the right girl

"Please, please, baby come back," Luke memetik senar-senar gitarnya sambil menyanyikan bait terakhir dalam lagu kesukaannya. Matanya memandang Amira lekat-lekat. "Yeah, it was your world baby and I just lived in it."

Amira merasa tubuhnya menegang. Dengan was-was, ia melirik pintu kamar Ashton yang terbuka lebar. Kakak laki-lakinya belum kembali dari kampus, syukurlah.

"Ifa?" Luke memanggil nama kecil Amira. "Bagaimana? Bagus, kan, suaraku?"

Amira menjawab pertanyaan Luke dengan gumaman yang mungkin tak bisa dianggap sebagai gumaman. Matanya justru memandang poster One Direction yang tertempel di dinding kamar Ashton.

Luke menaruh gitar miliknya asal lalu berbaring di atas tempat tidur Ashton. "Huh, kau ini pelit sekali untuk memujiku saja."

Amira bangkit dan berjalan keluar kamar, meninggalkan Luke sendirian. Ia menebak-nebak dalam hati, kira-kira kapan Luke akan menyatakan cintanya. Padahal mereka sudah saling tahu kalau masing-masing memendam rasa suka.

Gara-gara Ashton Penguin, batin Amira.

Karena bingung mau melakukan apa, ia akhirnya menuju dapur dan membuat cokelat panas. Mumpung di luar sedang hujan.

Dan seperti yang Amira harapkan, Luke membuntutinya sampai ke dapur. Laki-laki itu kemudian berdiri di sebelah Amira, mengamati gerak-gerik gadis itu.

Amira mendecakkan lidahnya. "Kau mau juga?"

"Tidak usah."

"Oke."

Luke menimbang-nimbang sebentar cara apa yang bagus untuk mencairkan suasana lalu ia bertanya. "Kau tahu tidak ada berapa banyak huruf alfabet?"

"Pertanyaan macam apa itu," Lambat-laun, Amira mulai melupakan kekesalannya. Tidak tahu juga pada siapa. Ia pun mengerinyit. "Duapuluh enam...?"

Luke menepuk dahinya sambil tersenyum malu. "Oh, I must've forgotten the letters U, R, A, Q, T."

Senyum Amira langsung mengembang seperti kembang gula. Manis, dan selalu disukai Luke. "You are a cutie?"

"Thank you, Ifa," gurau Luke. "Sudah banyak orang yang mengatakannya sebelum kau. Tapi aku baru percaya sekarang setelah mendengarnya dari mulutmu langsung."

Amira tertawa geli. "Sama-sama. Tapi masa anak guru matematika sepertimu tidak bisa menghitung..."

"Well," Luke memasang tampang sok kerennya. "Kesempurnaan hanya milik Tuhan, bukan?"

Amira hanya mencibir.

"Meski kau sangat sempurna di mataku," tambah Luke, membuat Amira tertawa terpingkal-pingkal.

Sialan, gadis itu malah menertawaiku. Luke menyeringai kecil sambil bersandar pada counter dapur. Matanya memperhatikan gerak tangan Amira memutar sendok berisi cokelat panas yang gadis itu buat. Sesekali, Luke juga senyam-senyum sendiri saat matanya beralih ke wajah Amira.

"Aku mengerti kecantikanku ini harus diamalkan," Amira tiba-tiba membuka suara. Menyipitkan matanya, ia kemudian menolehkan kepalanya ke Luke. "Tapi jangan melihatku seperti itu terus-menerus. Seram, tahu."

Luke terkekeh. "Don't be so full of yourself, Ifa, aku cuma sedang memastikan sesuatu."

Amira menaruh sendok yang ia pegang di samping cangkir lalu melipat kedua tangannya di dada. "Oh, ya? Memastikan apa?"

Luka tersenyum jahil. "That you look like my first wife,"

Amira menggeleng-gelengkan kepalanya. Dalam hatinya, ada rasa senang yang ingin meledak. "Alright, Robert, but how many wives do you have?"

"None," dia tersenyum lebih lebar lagi. "That's why I'm calling you my first dan semoga saja yang terakhir."

DEG.

Dada Amira terasa terbakar lagi, detak jantungnya tidak stabil.

Tapi yang terakhir memang selalu terjadi tiap Amira berada di dekat Luke.

"Apanya yang terakhir?" tanya Ashton yang entah dari kapan sudah berdiri di dekat pantry.

Bisa mati kalo Ashton tahu aku sempat flirting dengan adiknya, suntuk Luke dalam hati.

Luke menelan ludah. Sial. "Umm, aku... itu...," gagapnya yang mendadak salah tingkah. Pemuda pirang itu tampak ragu untuk melanjutkan kalimatnya, malahan semburat merah muncul di kedua pipinya. Ia mengusap bagian belakang lehernya sembari memberikan senyum kaku pada Ashton. "Bukan apa-apa."

Ashton melangkah lambat mendekati Amira dan berkata. "Jemput ibu di kantornya, gih. Kunci mobil ada di atas TV."

"Kok aku?" protes Amira.

Ashton menghela nafas berat. Ia mengangkat kaki kirinya dan menunjukkan perban yang terbalut di betisnya, ada bekas obat merah yang sangat kentara. "Tadi kena pecahan kaca. Dan jangan tanya-tanya lagi, sudah sana jemput ibu."

"Kakimu sudah baikan?" tanya Luke basa-basi.

Ashton memberi pandangan menurutmu-sendiri-rasanya-terkena-pecahan-kaca-itu-bagaimana.

Amira menggaruk-garuk kulit kepalanya bingung. "Terus yang mengantarmu pulang tadi siapa?"

"Michael," jawab Ashton cepat.

Amira mengutuk dalam hati meski ia merasa sedikit kasihan pada Ashton. Namun kadang-kadang kakaknya itu suka seenak jidat memerintahnya begitu.

"Ayo, aku temani," kata Luke menawarkan diri. Ia merangkul bahu Amira sambil memainkan alisnya. "Tidak apa-apa, kan?"

Ashton memicingkan matanya. "Awas ya, kalau kau berbuat macam-macam pada adikku."

Luke memalingkan wajahnya lalu memajukan bibirnya, memimikkan wajah Ashton saat berbicara dengan gaya konyol. Ia kembali menatap Ashton penuh hormat dan tersenyum datar. Aku tidak janji, batinnya.

"Aku tidak akan macam-macam kok," ujar Luke. #fingercrossed

Amira cuma bisa memutar matanya, sama seperti Ashton.

"Punyamu?" tanya Ashton, menunjuk cokelat panas yang dibuat Amira tadi.

"Kalau mau ambil saja," kata Amira. "Sebelum kau tanya-tanya lagi, marshmallow-nya sudah habis."

"Kelamaan," kata Luke sambil menggenggam tangan Amira dan menyeretnya keluar dari lubang singa itu.

Saat sudah berada diluar rumah, Luke membisikkan sesutu di telinga Amira yang membuatnya tidak bisa berkata-kata lagi. "A boy will tell someone they love them, but a man will show it y'know?"

Luke menepuk pundak Amira beberapa kali. "Jadi suatu hari nanti, aku janji akan benar-benar membawamu pergi jauh dari singa menyeramkan itu," Mata birunya menatap Amira dalam-dalam. Dan bibirnya memainkan senyum jahil andalannya. "Untuk tinggal bersamaku se-la-ma-nya."

L'Éternité et AprésWhere stories live. Discover now